Saya mengikuti postingan beberapa tulisan yang mengupas tentang sayid dan habib. Didalamnya rata-rata mengungkapkan tentang bagaimana sebenarnya pengertian habib, kedudukan, dan penilaian tentang habib dalam konteks sosiologis kekinian. Fenomena yang paling menjadi pemicu pembahasan seputar Habib ini adalah kasus terbaru yang melibatkan seorang Habib bernama Bahar, pimpinan Majelis Pembela Rasulullah (MPR).
Habib Bahar sang Pemimpin Majelis Pembela Rosulullah yang melakukan aksi sweeping dan pengrusakan sebuah Kafe di kawasan Bintaro di tangkap oleh aparat kepolisian beserta 62 anak buahnya. 23 orang ditetapkan sebagai tersangka, dengan ancaman hukuman selama 12 tahun penjara. Mereka terbukti melakukan aksi sweeping dan pengrusakan. Barang bukti yang ditemukan berbagai senjata tajam diantaranya pedang, samurai, golok, stik golf.
Siang puasa, malam menjalankan sholat tarawih, lalu konvoi bawa senjata tajam, rusak-rusakan! bagaimana pandangan kita selaku ummat muslim? Saya menangkap 3 hal yang menarik untuk diulas dari peristiwa tersebut. Pertama landasan philosofis aksi tersebut yang pasti tak akan keluar dari " Amar Ma'ruf Nahyil Munkar, Kedua Nama kelompok itu " Majelis Pembela Rosulullah", Ketiga, Pimpinannya yang mencantumkan nama Habib didepan namanya.
Amar Ma'ruf Nahyil Munkar. ayat yang mendasari praktik menyeru pada kebaikan dan mencegah kemunkaran ini tercantum dalam QS. Ali Imran ayat 110 " Kuntum khairu ummatin ukhrijat linnaas ta'muruuna bil ma'ruf wa tanhauna anil munkar....." kamu adalah ummat terbaik yang dilahirkan untuk ummat manusia, yang menyuruh untuk berbuat ma'ruf dan mencegah dari kemunkaran..."
Kita memang akan dikualifikasikan ummat terbaik jika kita mampu menjalankan praktik amar ma'ruf nahyil munkar. Tapi bagaimanakah penjelasan sederhana akan hal ini. Secara bahasa saja, yang awal yang utama. Laksanakan dulu amar ma'ruf. Menyeru pada ummat untuk senantiasa berbuat kebaikan. Berdakwah dengan mengajak ummat melakukan yang terbaik dari apa yang kita bisa. Pekerjaan, kemampuan, harta, amalkan dalam berbagai kebaikan.
Mengajak dan menyeru pada kebaikan lebih indah nilainya, karena disana akan tercermin akhlaq dan perilaku kita dalam menjalankan ajaran agama. Kita mengajak ummat agar taat menjalankan perintah agama. Jika ummat taat menjalankan ibadah Shalat misalnya, jika benar shalatnya mereka akan tercegah dari keburukan dan kemungkaran " Inna Shalaata tanha anil fahsyaa'i wal munkar".
Ukur dulu sejauhmana dakwah amar ma'ruf kita selama ini. Jika kita sudah maksimal mengajak ummat untuk ke jalan ma'ruf, mencipta banyak kemaslahatan dalam kehidupan sosial ekonomi dan pendidikan ummat, kita sudah diakui peran dan kiprahnya, dicintai dan diikuti ummat, teruskanlah dengan nahyil munkar. Itupun ada panduannya, ada metodenya. Bukankah Al-Qur'an juga mengajarkan " Ajaklah ke jalan Tuhanmu dengan cara hikmah, contoh tauladan yang baik, dan berdebat dengan argumentasi yang lebih baik"
Ada satu prinsip dakwah amar ma'ruf nahyil munkar itu, bahwa selaku manusia kita tak akan pernah bisa memaksa hidayah itu datang pada seseorang. Urusan seseorang itu berubah dari kemunkarannya tak bisa dipaksa dan ditakut-takuti oleh kekerasan kita sesama mahluk. Dalam konteks hukum positif negara hal itu pelanggaran hukum.
Dan secara agama hanya Allahlah yang mampu menurunkan hidayahnya " Innaka laa tahdi man ahbabta, walakinnallaaha yahdii man yasaa" sesungguhnya engkau tak akan mampu memberikan hidayah bagi orang yang engkau cintai sekalipun, akan tetapi Allahlah yang memberi hidayah siapapun yang DIA kehendaki.
Lalu bagaimana dengan nama Majelis Pembela Rasulullah sendiri. Nama itu kalau dalam kegiatannya malah mencerminkan gerombolan preman yang bersenjata tajam, menakut-nakuti dan merusak, bukan malah membela Rasulullah, tapi malah merusak Rasulullah. Akhlaq Rasul itu Al-Qur'an. Nyata adanya pada diri Rasul itu uswah hasanah, contoh tauladan yang baik. Dan Rasulullah tidak semata-mata diutus sebagai rasul kecuali menyempurnakan akhlak yang mulia. Pelajari bagaimana akhlaq Rasul dalam menjalankan misi dakwahnya dulu. Penuh kelembutan dan cinta kasih, hatta terhadap musuh sekalipun.
Untuk kasus Habib Bahar (33 th), usianya dibawah saya, jadi gak apa-apa kalau saya menyebutnya Dik Bahar. Semoga saja mampu merenungi ulang lanmgkah-langkah dakwahnya agar tidak merusak nama dan citra habib yang melekat pada namanya. Habib itu kalau sejauh yang saya pahami seseorang yang garis keturuannya nyambung dengan keluarga Rasulullah SAW. Nyambung ke Arab sana.