Saya memang mendapatkan kabar dari semua kejadian tersebut, bahwa petugas-petugas yang aneh-aneh itu di mutasi ke tempat-tempat yang jauh. Tentu hal tersebut merupakan bentuk respon dan reaksi pegawai bapak di level lebih atasnya yang mendapatkan laporan atau masukan dari orang desa yang setidaknya memiliki akses informasi dan melek teknologi.
Namun point utamanya “Bagaimana sich sebenarnya pola rekruitmen pegawai BRI itu pak, koq banyak sekali pegawai BRI unit yang tak memiliki kecerdasan emosional dan spiritual begitu, yang melayani nasabah di tingkat unit dengan gaya arogan, minus senyum, dan menganggap bodoh orang desa. Bapak perlu melakukan pembinaan dan pelatihan kecerdasan emosional dan spiritual lebih intensif khusus untuk para pegawai bapak di tingkat unit agar mereka mampu melayani nasabah dengan baik, sopan, ramah, sabar, ikhlas dan penuh senyum. Karena BRI Unitlah yang paling banyak bersentuhan dengan masyarakat di pedesaan.
Aduh, maaf yaa pak suratnya kepanjangan. Sementara cukup sekian dulu ya pak, mudah-mudahan ada manfaatnya demi perbaikan BRI sebagai Bank “Rakyat” Indonesia kedepannya sesuai dengan kapasitas dan kewenangan yang bapak miliki. Mohon maaf jika ada kata-kata saya yang tidak pantas dan kurang sopan. Semoga kesucian Ramadhan mampu menangkap kesucian setiap amaliah dan pengabdian kita. Amien. Salam.
Orang Desa, 24072012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H