Mohon tunggu...
Usman Kusmana
Usman Kusmana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang Lelaki Biasa Dan Pegiat Sosial Politik

Menulis itu kerja pikiran, yang keluar dari hati. Jika tanpa berpadu keduanya, Hanya umpatan dan caci maki. Menulis juga merangkai mozaik sejarah hidup, merekam hikmah dari pendengaran dan penglihatan. Menulis mempengaruhi dan dipengaruhi sudut pandang, selain ketajaman olah fikir dan rasa. Menulis Memberi manfaat, paling tidak untuk mengekspresikan kegalauan hati dan fikir. Menulis membuat mata dan hati senantiasa terjaga, selain itu memaksa jemari untuk terus bergerak lincah. Menari. Segemulainya ide yang terus meliuk dalam setiap tarikan nafas. Menulis, Membuat sejarah. Yang kelak akan dibaca, Oleh siapapun yang nanti masih menikmati hidup. Hingga akhirnya Bumi tak lagi berkenan untuk ditinggali....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Apakah Anas Urbaningrum Akan Se-Lihai Seniornya Akbar Tanjung?

28 Juni 2012   15:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:27 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apa persamaan antara Anas Urbaningrum dengan politisi gaek Ir. Akbar Tanjung ? Dan Apa pula perbedaannya?.  Tulisan ini terinspirasi oleh salah satu artikel yang pernah saya baca, dalam berita itu mengungkapkan pesan Akbar Tanjung pada yuniornya Anas Urbaningrum agar kuat menghadapi masalah yang menimpanya.

Jawaban dari pertanyaan diatas,  adalah bahwa AU dan AT sama-sama aktifis HMI, keduanya pernah menjabat sebagai Ketua Umum PB HMI. Keduanya juga sama-sama sosok yang memiliki kekuatan konsep dan intelektualisme yang diatas rata-rata. Jam terbang dan pengalaman berorganisasinya juga tak diragukan lagi. Sehingga mereka menjadi sosok politisi yang matang, mapan, lihai dan licin. Gaya komunikasi mereka juga runtut dan santun, cuman AU punya kelebihan dari sisi gaya bicara lebih bisa "mengolah kalimat".

Keduanya juga sama-sama menjadi pucuk pimpinan sebuah organisasi partai politik yang mapan. AT pernah menjadi Ketua Umum Partai Golkar di akhir rezik kekuasaan orde baru, sementara AU menjadi Ketua Umum Partai Demokrat menjelang akhir rezim kekuasaan SBY. Keduanya juga sama-sama tersangkut kasus hukum, bedanya AT duduk di kursi terdakwa, bahkan pernah di tahan segala di hotel prodeo selama menjalani masa persidangan, namun keputusan Hakim membebaskan AT dari jerat Hukum.

Sementara AU masih dalam tahapan pemeriksaan sebagai saksi, meskipun opini publik sudah menganggap seolah-olah AU bersalah dalam kasus Wisma Atlet dan Hambalang akibat nyanyian mantan Bendahara Umum nya di Partai Demokrat M. Nazarudin. Sehingga akibat persoalan tersebut merembet pada keamanan posisinya sebagai Ketum Partai Demokrat.

Ketua Dewan Pembina Presiden SBY sampai mengambil langkah mengumpulkan para pendiri dan DPD Partai Demokrat se-Indonesia, Tapi hanya mengirimkan sebatas sinyal-sinyal saja, tak menghasilkann rumusan keputusan yang tegas bagaimana menyikapi persoalan AU ini. Beberapa kadernya di internal partai meminta dirinya untuk mundur dari posisi sebagai Ketum demi penyelamatan citra partai. Tapi ternyata langkah sang Ketua Dewan Pembina dan goyangan internal kader tak membuatnya bergeming.  AU kelihatan "nagen" dalam kursi panasnya sebagai Ketum Partai Demokrat, karena boleh jadi AU punya pegangan "kartu truf" yang membuat semua petinggi dan pendiri Partai Demokrat pun tak berkutik.

Akbar Tanjung juga pernah mengalami hal seperti itu, dia mengalami saat-saat yang amat sulit ketika harus menghadapi persoalan yang menjerat dirinya secara hukum, juga menghadapi kebencian yang luar biasa dari rakyat Indonesia terhadap Golkar ketika era reformasi bergolak di tahun 1998. Tapi AT mampu melewati semuanya dengan mulus. Dia bebas dari jerat hukum yang menimpa dirinya, dia juga mampu menjaga "kapal Golkar" di era reformasi itu tidak karam, sehingga mampu bertahan dalam posisi 3 besar pemenang pemilu. Disaat banyak pihak menganggap bahwa Golkar akan habis.

Tapi apakah AU akan bisa melewati tahapan kesulitan sebagaimana seniornya AT? Jika saja, pemeriksaan oleh KPK berlanjut, bahkan jika sampai AU ditetapkan sbagai tersangka saja, maka kelihatannya nasib AU akan berbeda dengan seniornya AT. Secara politik saat ini berbeda petanya dengan zaman AT dulu. AU akan digoyang habis oleh internalnya, secara opini publik juga sudah menganggap AU bersalah, akibat kekuatan media yang begitu gencar dan tanpa henti memberitakan kasus M. Nazarudin, Angelina Sondakh, yang ujung-ujungnya merembet ke AU dengan kasus Wisma Atlet dan Hambalangnya.

AU memang memimpin partai penguasa, ketua dewan pembinanya merupakan Presiden Indonesia. Tapi apakah keadaan itu mampu menahan kekuatan opini publik dan organ aparat hukum semisal KPK yang tentu saja berbeda dengan zaman penanganan kasus hukum yang menimpa AT dulu. Apakah AU akan selihai AT dalam melepaskan diri dari masalah pelik yang kini menimpa dirinya.

Jika AU bisa lepas dari jeratan hukum di KPK, mampu melenggang sampai akhir kepemimpinannya di partai Demokrat, maka tentu kita bisa mengatakan bahwa AU dan AT lihai dan canggih. Tapi jika ternyata tak bisa lolos hingga harus mundur dari jabatannya sebagai Ketum Partai Demokrat, maka tentu AU belum bisa mengikuti jejak seniornya yang menjadi politisi ulung di republik ini...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun