Mohon tunggu...
Usman Kusmana
Usman Kusmana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang Lelaki Biasa Dan Pegiat Sosial Politik

Menulis itu kerja pikiran, yang keluar dari hati. Jika tanpa berpadu keduanya, Hanya umpatan dan caci maki. Menulis juga merangkai mozaik sejarah hidup, merekam hikmah dari pendengaran dan penglihatan. Menulis mempengaruhi dan dipengaruhi sudut pandang, selain ketajaman olah fikir dan rasa. Menulis Memberi manfaat, paling tidak untuk mengekspresikan kegalauan hati dan fikir. Menulis membuat mata dan hati senantiasa terjaga, selain itu memaksa jemari untuk terus bergerak lincah. Menari. Segemulainya ide yang terus meliuk dalam setiap tarikan nafas. Menulis, Membuat sejarah. Yang kelak akan dibaca, Oleh siapapun yang nanti masih menikmati hidup. Hingga akhirnya Bumi tak lagi berkenan untuk ditinggali....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilkada Kota Tasikmalaya, Antara Jargon "Pengalaman" dan "Perubahan"

26 Juni 2012   16:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:30 1598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena keduanya sudah malang melintang sedemikian lama dalam hal birokrasi pemerintahan, maka tidaklah heran mereka dengan percaya diri menjual tag " Memimpin dengan pengalaman". Aspek pengalaman benar-benar mereka tonjolkan. Karena memang keduanya merupakan sosok senior dan sepuh dalam jagat perpolitikan dan pertarungan Pilkada Kota Tasikmalaya ini.

Entah mantra sakti mana yang akan lebih menarik simpaty masayarakat Kota Tasikmalaya. Hanya saja jika merujuk hasil survei yang dilakukan LSI sebagaimana diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Citra Komunikasi Lingkaran Survei Indonesia (Cikom LSI) Toto Izul Fatah dalam rilisannya kemarin (21/6) sebagaimana dikutip berbagai media lokal Tasikmalaya. Survei dilakukan menggunakan metodologi standar, multistage random sampling dengan metode wawancara tatap muka menggunakan kuesioner, dengan 440 responden dan margin of error 4,8%. Pengumpulan data lapangan dilakukan mulai akhir Mei sampai awal Juni 2012, dan hasilnya menunjukan bahwa, sebanyak 87,0% responden mengenal H Budi Budiman dan 72,1%  menyukainya. Sedangkan Syarif Hidayat meraih 96,1%  aspek dikenal, tapi tingkat kesukaannya hanya 63,6%.  Hasil lainnya, H Budi Budiman unggul jauh dengan dukungan elektabilitas dari Syarif dan Mumung Marthasasmita. Budi meraih elektabilitas sebesar 46,5%, adapun Syarif Hidayat (23,5%) dan H Mumung Martashasmita di bawah 2%.

Menurut penjelasan Toto Izul Fatah, dari pengalaman LSI melakukan lebih dari seratus kali survei pilkada di tingkat kota, kabupaten maupun provinsi, angka dukungan seperti di atas, apalagi dengan selisih di atas 15%, memiliki potensi kuat untuk menjadi pemenang. Kita melihat bahwa data hasil survei tersebut menunjukan selisih sebesar 23 % antara pasangan calon nomor urut 1 (H. Budi-H.Dede) dengan pasangan calon nomor urut 3 (H. Syarif-H. Cecep). Dan angka itu akan membawa kemungkinan pasangan no urut 1 memenangkan pertarungan Pilkada Kota Tasikmalaya dalam 1 putaran.

Jika merujuk pada  analisis LSI terhadap hasil survei tersebut, ada beberapa alasan yang membuat Budi Budiman berpotensi menang satu putaran dalam Pilkada Kota Tasik. Pertama, Budi Budiman memiliki tingkat pengenalan yang hampir berbanding lurus dengan tingkat kesukaan, yaitu 87,0% (dikenal) dan 72,1% (disukai). Adapun Syarif Hidayat yang jauh lebih dikenal (96,1%) dari Budi, tapi tingkat kesukaannya 63,6%.

Kedua, Budi Budiman juga memiliki tingkat dukungan hampir merata di semua segmen, baik segmen gender, usia, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan maupun dukungan di segmen pemilih parpol 2009. Begitu juga dukungan yang merata kepada Budi Budiman di hampir seluruh zona.Ketiga, Budi Budiman diuntungkan rendahnya tingkat kepuasan maupun tingkat menginginkan kembali terhadap incumbent,  yaitu, publik di Kota Tasik hanya 45% yang mengaku puas terhadap kinerja Syarif Hidayat sebagai wali kota Tasik dan 36% yang menginginkan kembali dia menjabat.

Biasanya, kata Toto, angka potensial buat seorang incumbent yang ingin maju lagi harus memiliki tingkat kepuasan kinerjanya di atas 50%. Begitu juga tingkat menginginkan kembalinya. Keempat, Budi Budiman juga unggul karena dia ditopang wakilnya, Dede Sudrajat yang memiliki tingkat elektabilitas tertinggi dibanding calon wakil wali kota lainnya.

Survei itu merupakan salah satu metode ilmiah yang dilakukan untuk memotret probabilitas hasil pilkada di suatu daerah. Kita tentu boleh saja menilai sesuai persepsi dan keyakinan kita. Tapi hasil survei sebagaimana terjadi dalam banyak kasus pelaksanaan Pilkada, Pilgub dan Pilpres memiliki tingkat akurasi yang baik. Apalagi jika survei itu dilakukan oleh sebuah lembaga yang memang memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi di kalangan pelaku politik di Indonesia.

Kini, sekitar 2 minggu menjelang hari-H pencoblosan, kita akan menunggu bagaimana proses politik 5 tahunan ini menunjukan hasil akhirnya. Pelaksanaan kampanye masing-masing kandidat apakah mampu merubah peta hasil survei itu atau tidak. Apakah Jargon Pengalaman yang menang ataukah Jargon Perubahan?. Dalam politik apapun serba mungkin. Atau bahkan hasil survei ini malah semakin membawa opini publik pada keteguhan sikap hingga saatnya nanti masuk ke TPS. Wallahu A’lam, Kita sama sekali tak pernah tahu, apa yang akan terjadi besok. Kita serahkan saja pada rakyat. Karena suara rakyat adalah suara Tuhan “Vox populi Vox dei “.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun