Mohon tunggu...
Usman Kusmana
Usman Kusmana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang Lelaki Biasa Dan Pegiat Sosial Politik

Menulis itu kerja pikiran, yang keluar dari hati. Jika tanpa berpadu keduanya, Hanya umpatan dan caci maki. Menulis juga merangkai mozaik sejarah hidup, merekam hikmah dari pendengaran dan penglihatan. Menulis mempengaruhi dan dipengaruhi sudut pandang, selain ketajaman olah fikir dan rasa. Menulis Memberi manfaat, paling tidak untuk mengekspresikan kegalauan hati dan fikir. Menulis membuat mata dan hati senantiasa terjaga, selain itu memaksa jemari untuk terus bergerak lincah. Menari. Segemulainya ide yang terus meliuk dalam setiap tarikan nafas. Menulis, Membuat sejarah. Yang kelak akan dibaca, Oleh siapapun yang nanti masih menikmati hidup. Hingga akhirnya Bumi tak lagi berkenan untuk ditinggali....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenapa Alm. Gus Dur Suka Menziarahi Makam "Keramat"

26 Mei 2012   04:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:47 21631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam salah satu postingan group di FB " Kongkow Bareng Gus Dur" mengungkap, mengapa dulu semasa hidup Alm KH. Abdurrahman Wahid, Mantan Presiden, Mantan Ketua Umum PBNU 2 periode dan segudang sebutan lain yang melekat padanya, selalu menziarahi makam "keramat" tertentu, yang bagi kalangan nahdliyin dipercayai sebagai wali atau orang sholeh. Mereka para "Wali Songo" itu misalnya, dan beberapa lainnya yang dipercayai sebagai wali, adalah orang yang dianggap berjasa menyebarkan agama Islam di Nusantara, termasuk penerusnya yang dengan perjuangan dan kelebihan luar biasa yang dimiliki secara keilmuan dan keshalehannya, telah membumikan Islam di Indonesia.

Jawaban Gus Dur kala itu sederhana " Saya menziarahi mereka, karena saya meyakini bahwa mereka sudah tidak punya kepentingan lagi". Jawaban ini bagi saya merupakan bentuk jawaban cerdas dari Gus Dur, bahwa praktik ziarah kubur itu nilai philosofinya adalah bentuk penghargaan dan pengakuan atas perjuangan mereka, dan sepantasnya kita yang masih hidup menghormati dan mengakuinya dengan  berziarah ke makamnya untuk berkirim do'a walau sekedar bacaan surat Al-Fatihah.

Gus Dur seakan menjawab kritikan dan sinisme mereka yang anti ziarah kubur, yang beranggapan bahwa mereka yang berziarah kubur itu musyrik, karena meminta sesuatu "berdo'a" pada orang yang sudah meninggal. Padahal bisa apa orang yang sudah meninggal. Seolah menduakan Allah SWT.

Padahal, saya, dan mungkin orang-orang yang biasa berziarah kubur ke makam orang tua, makam para wali, makam orang-orang Sholah, niatnya adalah tabarruk dengan segala perjuangan menyebarkan Agama Islam, tabarruk dengan segala kesalehannya. Dan pengakuan atas hal itu, kita berdo'a pada Allah agar arwah Almarhum mendapatkan tempat yang layak disisiNya.

Di Daerah saya ada Makam Keramat, tempat peristirahatan terkahirnya Syech Abdul Muhyi Pamijahan. Seorang penyebar Agama Islam di Daerah Priangan. dalam waktu-waktu tertentu suka ramai dikunjungi rombongan penziarah. Di Tengah Situ Panjalu Ciamis ada juga Makam Syech Said Ali, yang semenjak di ziarahi Alm Gus Dur, kini berbondong-bondong orang dari berbagai daeah juga menziarahinya, karena beliau juga termasuk pejuang Islam yang kala itu berhasil menaklukan Raja Pajajaran. Dan banyak lagi Makam-makam para "wali" yang biasa dikunjungi oleh rombongan ummat Islam. Di Cirebon, Banten dan Sepanjang pulau Jawa Hingga Madura.

Satu hal yang penting, jika kita hendak berziarah. Ingatlah apa kata Gus Dur tadi, mereka sudah tak punya kepentingan, dan kita yang datang jangan bawa kepentingan. Luruskan saja niat hendak tafakkur dan tadabbur atas segala perjuangan dan keshalehan mereka. Kita berkirim do'a dan bacaan-bacaan apapun yang memang kita yakini dan niatkan pahalanya untuk mereka. Kita hanya meminta pada Allah SWT semata, jika kita memerlukan wasilah tabarruk atas segala keistimewaan mereka, yakinlah bahwa Allah lebih mengetahui apapun yang tersirat dalam hati dan bathin kita.

Rasulullah SAW sendiri awalnya pernah melarang melakukan ziarah kubur, karena dikhawatirkan akan tercipta praktik kemusyrikan. Namun kemudian Rasul memerintahkan lagi " Nahaitukum an ziaratil kubri, fazuuruuha" Aku melarang kalian ziarah kubur, berziarahlah". Sebuah hukum yang awalnya larangan, lalu kemudian diperintahkan, maka hukumnya menjadi mubah (boleh). Karena dalam ziarah kubur itu kita bisa mengambil I'tibar, mengingatkan kita akan kematian. Bahwa semua kita pun akan mengalami nasib yang sama. Dimasukan ke dalam kubur.

Sehigga dari sana kita akan diingatkan untuk terus memperbaiki kualitas hdup kita, meningkatkan ketaatan dan pengabdian kita kepada Tuhan. Jangan sampai kita terkena penyakit Wahn, yaitu penyakit "Hubbuddunya Wakaraahiatul Maut" terlalu mencintai dunia dan membenci kematian. Padahal kematian merupakan sesuatu yang pasti.

Lalu apakah bacaan dan Do'a yang kita sampaikan kepada mereka yang berada di alam kubur akan sampai kepada mereka? Saya yakin sampai. Bukankah ada hadist nabi mengatakan " Apabila meninggal Anak Adam, maka putuslah amalnya kecuali 3 hal: Shadaqoh jariah, Ilmu yang bermanfaat, serta do'anya anak yang sholeh". Tak percaya? silahkan mati duluan ya, nanti kabari saya...hehehe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun