Mohon tunggu...
Usman Kusmana
Usman Kusmana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang Lelaki Biasa Dan Pegiat Sosial Politik

Menulis itu kerja pikiran, yang keluar dari hati. Jika tanpa berpadu keduanya, Hanya umpatan dan caci maki. Menulis juga merangkai mozaik sejarah hidup, merekam hikmah dari pendengaran dan penglihatan. Menulis mempengaruhi dan dipengaruhi sudut pandang, selain ketajaman olah fikir dan rasa. Menulis Memberi manfaat, paling tidak untuk mengekspresikan kegalauan hati dan fikir. Menulis membuat mata dan hati senantiasa terjaga, selain itu memaksa jemari untuk terus bergerak lincah. Menari. Segemulainya ide yang terus meliuk dalam setiap tarikan nafas. Menulis, Membuat sejarah. Yang kelak akan dibaca, Oleh siapapun yang nanti masih menikmati hidup. Hingga akhirnya Bumi tak lagi berkenan untuk ditinggali....

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Apakah Menjadi PNS Itu Zona Nyaman?

29 Maret 2012   02:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:20 1934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13329980931579503532

Hingga akhirnya, setelah 5 tahun bersama mendampingi sang wakil, dan pasca pilkada berikutnya, yang kebetulan bos saya yang mencalonkan diri sebagai Kepala Daerah dan kalah oleh pasangan yang didukung oleh Kepala Daerah sebelumnya, saya dipindahkan bekerja sebagai staff di Kecamatan, saya mulai bertanya tentang jalan hidup saya, apakah saya masih layak menjadi seorang abdi Negara, seorang PNS yang berharap setiap bulan dengan gaji rutin, berikut pola kerja sebagaimana umumnya birokrasi pemerintahan daerah. Jika saat mendampingi beliau, waktu dan kemampuan saya begitu diporsir, siang malam, ibaratnya bekerja 7 hari dalam seminggu, 24 jam sehari, hingga keluarga sendiri hanya merasakan saat-saat bersama yang sangat terbatas. Kini, waktu bekerja dan apa yang dikerjakan menjadi sangat leluasa dan lengang. Saya hanya menikmati saat-saat minum kopi luwak dan baca Koran, selebihnya hanya pekerjaan yang alakadarnya saja, karena itulah potret pekerjaan di level kecamatan. Apalagi saya dianggap sebagai lawan politik oleh kepala daerah terpilih sehingga harus dihukum dan dikasih pelajaran.

Saya tidak merasa nyaman dengan situasi seperti itu, hidup saya serasa tak bermanfaat, meskipun tiap bulan diberikan gaji oleh Negara. Sementara prinsip hidup saya yang paling mendasar adalah bagaimana bisa memberi manfaat, sebagai bekal amal untuk nanti di kehidupan akhirat. Saya merasakan bahwa jika harus terus begini, saya akan beku, saya tak mau jadi robot, tak mau menjadi bodoh. Bukankah rezeki itu bukan dijamin oleh Negara? Lalu saya teringat bagaimana kehidupan bapak saya dalam membesarkan 9 anak-anaknya, ternyata Tuhan memberi logika rezeki tersendiri yang tak mampu ditembus dan dipahami oleh logika manusia. Terus terang saya tak mau membesarkan anak-anak saya dengan uang yang saya sendiri tak mengeluarkan keringat sewajarnya. Tak mau apa yang saya alami semasa kecil dan mengenyam pendidikan dialami juga oleh anak-anak saya. Meskipun itu tentu sebuah model pendidikan kehidupan yang effektif untuk mencetak seorang anak yang dianggap berhasil.

Saya merasa bahwa mendidik mereka takkan bisa maksimal hanya dengan mengandalkan uang pensiun, saya merasa telah banyak melihat, merasakan, mempelajari seluk beluk dunia pemerintahan, dan saya tak mau terus menerus dalam “kemapanan” yang dianggap oleh pendapat umum sebagai zona nyaman atau “comfort zone”. Meskipun perasaan didalam hati terus bergejolak. Otak kanan saya menolak jika hanya harus pergi bekerja jam 7, 0 pekerjaan dan pulang ke rumah jam 3. Dan saya tertantang untuk mendesign ulang jalur hidup saya, saya ingin menjadi bos untuk diri saya sendiri, yang bisa mengatur jadwal kegiatan seenak saya sendiri, mengatur dan menikmati kebebasan financial sendiri, dan bisa bebas bermimpi untuk bisa kaya raya tanpa harus korupsi, dan dengannya saya juga bisa berbagi untuk beramal dan member kemanfaatan secara maksimal.

Saya memutuskan untuk memulai berwirausaha, join bersama saudara membuka toko dan servis computer, design, dan foto video shooting untuk acara-acara hajatan, selain itu juga membuka usaha budidaya lele dengan memberdayakan beberapa warga di kampung, oh yasetahun inipun kami mendirikan yayasan, dengan focus garapan pada pendidikan dan social serta pemberdayaan masyarakat. Tekadku, ingin menggaji diri sendiri dan beberapa orang yang lainnya serta memberi kemanfaatan seluas-luasnya. Karena saya yakin betul pada sebuah keterangan Baginda Rosul “ Khairunnaas Anfa’uhum Linnaas” Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. Man Jadda Wajada.

Selain itu, Ada satu mimpi besar saya yang terus terbayang di pikiran, Ingin menjadi penulis dan menerbitkan buku, untuk itu saya terus menulis, baik di kompasiana, blog pribadi maupun media-media cetak lainnya, meskipun masih bersifat lokal. Dengan satu tekad, saya ingin keluar dari zona nyaman sebagaimana persepsi publik, dimana orang-orang selama ini mengejar zona nyaman itu dengan berbagai cara, bahkan bila perlu membeli dengan harga ratusan juta. Tak terbayang kan, apa yang akan mereka lakukan ketika menjadi abdi Negara dengan cara seperti itu? Dan fakta itu menjadi sesuatu yang semakin menciutkan daya tahan saya untuk terus menjadi pegawai negeri. Mungkin keputusan saya ini bagi sebagian besar orang dianggap sebagai sesuatu yang gila. Tapi nggak apa-apa, Karena saya menganggap PNS bukanlah zona nyaman. Tapi walaupun begitu " Saya Bersyukur pernah mejadi PNS".

Laa Haulaa Walaa Quwwata Illa Billaahil Aliyyil Adhiim....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun