Ditetapkannya dua tersangka baru yaitu Angelina Sondakh dan I Wayan Koster dalam kasus suap pembangunan wisma atlit Jakabaring Palembang oleh KPK kemarin semakin menegaskan akan terjadinya tsunami politik bagi Partai Demokrat. Hari ini diberbagai media menunjukan bagaimana respon kader demokrat sendiri terhadap apa yang terjadi menyangkut nasib Ketua Umumnya sendiri Anas urbaningrum plus Partai Demokratnya.
Praktis Partai Demokrat terbagi pada dua kutub yang berbeda secara diametral. Kutub yang telah membaca secara terang benderang akan resiko besar yang mengancam Partai Demokrat berkaitan dengan semakin terseretnya beberapa petinggi partai termasuk Ketumnya sendiri. Hal ini sebagaimana telah tercermin dalam hasil survei yang yang dilakukan beberapa lembaga survei terpercaya yang menunjukan posisi Demokrat melorot di urutan 3 dibawah Golkar dan PDIP dengan angka 14 persen.
Penetapan Anggi sebagai tersangka, sebagaimana diungkapkan oleh ketua KPK Abraham Samad akan menjadi pintu masuk lebih lanjut penuntasan puzzle alur uang suap dari wisma atlit tersebut, apakah sebagaimana nyanyian Nazar dan beberapa mantan anak buahnya di perusahaan seperti Mindo Rosalina dan Yulianis yang tanpa tedeng aling-aling menyebut keterlibatan Anggi, Andi Malarangeng, hingga Anas Urbaningrum, dan mengalir sampai jauh ke pintu kongres Partai Demokrat di Bandung. Jika sampai penyidik KPK menemukan dua alat bukti yang mengarah kepada keterlibatan para petinggi partai berlambang merci ini, maka inilah karya besar KPK dalam membongkar megaskandal korupsi yang melibatkan partai penguasa.
Kegelisahan beberapa elit demokrat dengan kenyataan ini, mencoba menyikapinya dengan menunjukan pressure yang sifatnya masih malu-malu, sebagian ada yang secara terbuka meminta agar Anas Urbaningrum mundur dari posisinya sebagai Ketua Umum Demokrat demi semata-mata menyelamatkan perahu besar Partai Demokrat, pendapat ini sebagaimana lantang disuarakan oleh Poltak si raja minyak dari Medan Ruhut Sitompul.
Menurut Ruhut yang mengklaim sebagai ring satu dalam pemenangan Anas Urbaningrum di Kongres Bandung tempo hari, jika Anas tidak mengundurkan diri secara sukarela, maka mekanisme yang AD ART amanatkan akan membawa kondisi partai dalam gonjang-ganjing yang berkepanjangan. Sehingga kondisi ini akan semakin membuat citra partai hancur.
Sementara dari sisi yang lain, masih ada sebagian kekuatan yang masih menunjukan soliditas dan loyalitasnya sama Anas Urbaningrum. Dengan satu keyakinan bahwa apa yang berkembang selama ini masih dianggap sebagai sebuah fakta yang tidak sebenarnya, mereka masih meyakini bahwa ketua umumnya tak terlibat dengan kasus suap wisma atlet. Oleh karenanya mereka masih berharap bahwa ketua umumnya tak perlu mundur dan tak perlu dimundurkan.
Lalu apakah dengan ditetapkannya Angelina Sondakh sebagai tersangka, Anas urbaningrum dan loyalisnya di Demokrat akan merasa aman, nyaman dan damai ?. Dalam ketenangan, kesantunan dan kecerdasan Anas Urbaningrum, terdapat gelombang air yang menghanyutkan. Tsunami itu sudah menunjukan signalnya dengan begitu kuat. KPK sudah memberi signal, keterangan saksi-saksi di persidangan M. Nazarudin memberikan signal, penetapan Anggelina Sondakh sebagai tersangka sudah merupakan signal kuat betapa akan terancamnya posisi anas dan beberapa petinggi partai lainnya.
Saat ini, Jika melihat kegaduhan dan politik bunyi-bunyian di internal partai demokrat, saweran "bensin" dari kekuatan partai lain, dan organ gerakan lain yang mengkritisi habis praktek korupsi di republik ini, maka rasanya kita tinggal menghitung mundur kejatuhan Anas dari posisinya sebagai Ketum Demokrat. Jika anas bersedia mundur secara sukarela semenjak awal, maka kejatuhan demokrat boleh jadi akan sedikit terselamatkan. Meskipun citra partai sebagai lokomotif gerakan anti korupsi runtuh dan hancur, bahkan kini Demokrat menjadi partai yang dianggap pemeran utama megaskandal dengan tagline politiknya. Karena diduga melibatkan Anas Urbaningrum sebagai aktor utama serta sebuah perhelatan akbar Partai politik yaitu Kongres.
Kita sangat berharap, kiranya KPK mampu menuntaskan kasus megaskandal ini hingga tak berampas. profesionalisme KPK diyakini akan mampu membongkar semuanya tanpa harus mempertimbangkan tekanan-tekanan politis dari legislatif atau presiden sekalipun. Lurus dan ajegnya KPK menyidik kasus "Apel Malang dan Apel Washington", meneliti keterlibatan "Bos besar dan Ketua Besar", Akan membawa kembali kepercayaan rakyat terhadap hukum.
Mari kita sama-sama berhitung mundur, Jatuhnya bung Anas Urbaningrum Garis Miring Demokrat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H