Bungkusan - Bagian 4
Lorong gelap di dalam bukit terasa semakin misterius seiring mereka melangkah lebih dalam. Pak Sardi dan keluarga berjalan dengan hati-hati, mengikuti cahaya senter yang membantu mereka menavigasi jalan. Suara langkah kaki mereka bergema di dinding batu yang dingin, menciptakan suasana yang begitu hening namun menegangkan.
Setelah beberapa menit berjalan, mereka tiba di sebuah ruangan besar dengan langit-langit yang tinggi. Di tengah ruangan, ada sebuah patung besar yang terbuat dari batu. Patung tersebut menggambarkan seorang tokoh dengan wajah tegas dan sikap berwibawa, mengenakan pakaian kerajaan kuno. Di bawah patung, terdapat sebuah prasasti dengan tulisan aksara Jawa kuno yang mereka tidak mengerti.
Pak Badrun mendekati prasasti itu dan memeriksa lebih dekat. "Tulisan ini menceritakan tentang seorang raja yang sangat dihormati pada zamannya," jelasnya. "Raja ini dikenal bijaksana dan adil, serta menyimpan banyak harta karun dan dokumen penting di tempat ini."
Pak Sardi merasa kagum mendengar cerita itu. "Jadi, ini adalah tempat penyimpanan harta karun raja tersebut?" tanyanya dengan rasa ingin tahu yang semakin besar.
Pak Badrun mengangguk. "Sepertinya begitu. Kita harus mencari pintu atau celah yang bisa membuka ruangan berikutnya."
Mereka mulai mencari di sekeliling ruangan, memeriksa setiap sudut dan celah yang ada. Amir yang penasaran menyentuh patung dan merasakan ada sesuatu yang aneh di bagian bawahnya. "Ayah, coba lihat ini," katanya sambil menunjuk ke sebuah batu kecil yang menonjol.
Pak Sardi mendekati dan menyentuh batu tersebut. Tiba-tiba, batu itu dapat diputar dan terdengar suara mekanis. Pintu rahasia di dinding belakang patung terbuka perlahan, mengungkapkan lorong lain yang lebih gelap.
Dengan semangat yang baru, mereka melangkah masuk ke dalam lorong tersebut. Kali ini, lorong itu berliku-liku dan sedikit menurun. Setelah beberapa saat, mereka tiba di sebuah ruangan yang lebih kecil namun sangat berkilauan. Di dalamnya, terdapat peti-peti besar yang terbuat dari kayu dan dihiasi dengan emas.
Bu Siti mendekati salah satu peti dan membukanya dengan hati-hati. Di dalamnya, mereka menemukan koin-koin emas, perhiasan, dan dokumen-dokumen kuno yang tersimpan dengan rapi. Pandangan mereka berseri-seri melihat harta karun yang luar biasa ini.
Pak Badrun mengambil salah satu dokumen dan membacanya dengan seksama. "Ini adalah peta desa kita dari zaman dahulu, lengkap dengan lokasi-lokasi penting yang mungkin sudah hilang atau terkubur."