Bungkusan - Bagian 2
Keesokan harinya, Pak Sardi membawa kotak kayu dan isinya ke rumah Pak Badrun, seorang tetua desa yang dikenal pandai membaca aksara Jawa kuno. Rumah Pak Badrun terletak di ujung desa, dikelilingi oleh pohon-pohon besar yang membuat suasana sekitar terasa sejuk dan tenang.
"Assalamu'alaikum, Pak Badrun," sapa Pak Sardi sambil mengetuk pintu rumah.
"Wa'alaikumussalam, Sardi. Silakan masuk," balas Pak Badrun dengan senyum ramah. "Ada apa pagi-pagi begini?"
Pak Sardi mengeluarkan kotak kayu dari tasnya dan menjelaskan bagaimana ia menemukannya di jalan setapak menuju sawah. "Kami menemukan surat ini di dalam kotak, tapi tidak sepenuhnya memahami isinya. Bisakah Bapak membacanya untuk kami?"
Pak Badrun mengambil surat tersebut dengan hati-hati dan mulai membacanya dengan seksama. Alisnya mengernyit saat ia mengurai setiap kata. Setelah beberapa menit, ia mengangguk-angguk dan menyandarkan diri di kursinya.
"Ini memang surat yang sangat tua dan penting," katanya. "Surat ini tampaknya ditulis oleh leluhur kita, dan isinya adalah petunjuk menuju sebuah tempat yang disebut 'Lumbung Pusaka'."
"Lumbung Pusaka?" tanya Bu Siti yang juga ikut datang bersama anak-anak. "Apa itu, Pak Badrun?"
"Lumbung Pusaka adalah tempat penyimpanan harta karun dan dokumen penting dari zaman kerajaan dulu," jelas Pak Badrun. "Menurut surat ini, Lumbung Pusaka berada di suatu tempat yang tersembunyi di desa kita. Ada beberapa petunjuk yang harus diikuti untuk menemukannya."
Pak Sardi dan keluarganya terkejut mendengar penjelasan itu. Mereka tak pernah menyangka bahwa desa kecil mereka menyimpan rahasia sebesar ini. "Apa langkah pertama yang harus kita lakukan, Pak Badrun?" tanya Pak Sardi dengan penuh semangat.
Pak Badrun merapikan surat itu dan berkata, "Langkah pertama adalah menemukan kunci utama yang akan membuka pintu Lumbung Pusaka. Menurut surat ini, kunci itu tersembunyi di suatu tempat di sekitar aliran sungai di desa kita. Kita perlu mencari tanda berupa batu besar dengan ukiran yang khas."