Sebuah sintesa pemahamanÂ
 Oleh : Kusmadi, S.Pd.Â
 Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar
Praktik pendidikan seyogyanya tidak hanya dipahami sebatas sarana pewarisan ilmu. Namun pendidikan harus peduli pada proses pendewasaan pemikiran dan mampu mengkritisi realitas sosial yang ada di lingkungan sekitar.Â
Pendidikan adalah upaya untuk memerdekakan individu, dengan cara membantu mereka mengembangkan potensi diri dan menjadi mandiri. Konsep ini menempatkan peserta didik sebagai pusat sebuah proses pembelajaran serta memberikan kebebasan untuk bereksplorasi dan belajar tanpa ketergantungan berlebih pada orang lain.Â
Dalam tradisi Perenialisme (aliran pendidikan yang berfokus pada nilai-nilai dan ide-ide abadi serta kebenaran universal), Â menekankan bahwa tugas utama guru adalah membimbing murid dalam pencarian kebenaran yang abadi. Sementara itu, Aristoteles, sebagai murid Plato, mengembangkan pandangan yang berfokus pada realitas yang terintegrasi, dimana pemahaman dan pengetahuan merupakan hasil pengalaman langsung dan observasi.
 Maka, hubungan antara guru dan murid adalah interaksi dinamis, dimana guru berfungsi sebagai pemandu dalam perjalanan intelektual dan spiritual murid. Berangkat dari pemikiran - pemikiran tersebut, mengelola program - program yang berdampak pada murid menjadi sangat krusial dan urgen untuk segera dilakukan demi menjamin terwujudnya tujuan pendidikan nasional secara umum.
Dari rangkaian mengikuti pembelajaran pada modul 3.3 tentang pengelolaan program yang berdampak positif  bagi murid, saya memperoleh pemahaman yang sangat bermakna, luas dan mendalam tentang kepemimpinan murid (student agency) kemudian lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid dan peran keterlibatan komunitas dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid.  Â
Kepemimpinan murid berakar pada prinsip bahwa murid memiliki kemampuan dan keinginan untuk secara positif mempengaruhi kehidupan mereka, serta berperan aktif dalam proses pembelajaran.Â
Kepemimpinan murid (student agency) dapat dimaknai sebagai kemampuan murid untuk mengarahkan pembelajaran mereka sendiri. Konsep ini berkembang ketika guru menerapkan metode pembelajaran yang berfokus pada murid, sehingga memungkinkan mereka untuk mengambil inisiatif dan tanggung jawab dalam proses belajar.Â
Dengan kata lain, kepemimpinan murid dapat ditumbuhkan dalam setiap aktivitas pembelajaran di kelas atau sekolah. Hal ini terkait dengan tujuan pendidikan yang lebih besar, seperti mewujudkan Profil Pelajar Pancasila yang mencakup nilai-nilai seperti akhlak mulia, berkebhinekaan, dan kemandirian.
Pada saat murid - murid berperan aktif dalam memutuskan apa yang akan dipelajari dan bagaimana cara mereka belajar, disitulah sebenarnya murid -murid menunjukkan agency dalam pembelajaran mereka sendiri.Â
Ini melibatkan pengarahan pembelajaran sendiri, pembuatan pilihan (Choiche), dan menyuarakan opini dalam proses belajar (Voice) serta mendorong kepemilikan dan rasa tanggung jawab atas proses belajarnya sendiri.
Sebagaimana tanaman padi yang hanya akan tumbuh subur pada lingkungan yang sesuai, maka kepemimpinan murid pun akan tumbuh dengan subur jika sekolah dapat menyediakan lingkungan yang cocok. Lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid adalah lingkungan di mana guru, sekolah, orangtua, dan komunitas sekolah secara sadar mengembangkan wellbeing atau kesejahteraan diri murid-muridnya secara optimal. Lingkungan tersebut meliputi;
- Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif,
- Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif,arif dan bijaksana,
- Lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian tujuan akademik maupun non-akademiknya,
- Lingkungan yang melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya,
- Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya
- Lingkungan yang menempatkan murid sedemikian rupa sehingga terlibat aktif dalam proses belajarnya sendiri.
- Lingkungan yang menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan.
Selain itu, keterlibatan komunitas seperti komunitas keluarga, komunitas kelas dan antar kelas, komunitas sekolah dan komunitas masyarakat di sekitar sekolah berperan penting dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid dengan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung. Komunitas dapat membantu melalui kerjasama dengan sekolah, menyediakan sumber daya, dan mendukung kegiatan yang mendorong murid untuk mengambil peran aktif.Â
Hal ini sesuai dengan kebutuhan untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan yang dibutuhkan dalam kehidupan sosial dan profesional mereka di masa depan. Demikian pemahaman bermakna yang saya peroleh pada materi di modul 3.3 ini.
Pada saat awal mempelajari modul 3.3 ini, penulis merasa penasaran dengan apa itu kepemimpinan murid (student agency), bagaimana cara menumbuhkannya, faktor apa saja yang dapat mendukung dan lain - lain.Â
Berangkat dari rasa penasaran tersebut, penulis semakin antusias dan termotivasi untuk lebih memperdalam lagi materi pada modul ini, hingga menyadari bahwa tugas guru adalah membimbing dan menuntun murid agar mereka mampu memimpin proses belajarnya sendiri sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik.Â
Pada akhirnya setelah memahami lebih dalam penulis semakin percaya diri untuk mengimplementasikan  kegiatan pembelajaran yang berpusat pada murid untuk menguatkan kepemimpinan murid (student agency) terutama dalam upaya mewujudkan Profil Pelajar Pancasila dalam diri murid - murid.
Selama mengikuti rangkaian pembelajaran modul 3.3 ini, penulis mencoba memaknai proses pembelajaran secara mendalam mulai dari merefleksikan perjalanan selama menjadi guru, menggali ide -ide program yang berdampak pada murid, mencoba menyusun berbagai program yang memberikan ruang seluas -luasnya bagi murid untuk terlibat aktif dalam pembelajaran dan mendorong kepemimpinan murid dalam pembelajaran, mencoba memetakan aset/sumber daya yang dimiliki sekolah secara kolaboratif dengan melibatkan pihak - pihak yang berkepentingan dan  berkolaborasi dengan teman sejawat dan rekan CGP yang lain dalam berbagi ide - ide prakarsa perubahan yang dapat mendorong tumbuhnya kepemimpinan murid (student agency).
Beberapa hal yang perlu diperbaiki dari penulis selama pembelajaran meliputi peningkatan keterlibatan murid dalam proses belajar, perancangan aktivitas yang lebih menarik, dan adaptasi metode pengajaran yang lebih inklusif, mengadopsi pendekatan pembelajaran yang lebih aktif dan kolaboratif.Â
Selain itu sebagai guru, penulis juga perlu menjadi panutan yang baik, termasuk dalam hal penampilan dan estetika diri, seperti berpakaian rapi dengan atribut yang lengkap agar mampu menjadi suri tauladan bagi murid - murid.
Pada tahap akhir mengikuti pendidikan guru penggerak, penulis merasa kemampuan dan kompetensi yang dimiliki meningkat, utamanya dalam hal kolaborasi dengan rekan guru dan murid serta berbagai pihak yang berkepentingan dalam merancang dan mengimplementasikan pembelajaran yang lebih berpihak pada murid dan mendorong kepemimpinan murid, mengoptimalkan sumber daya serta berupaya menghadirkan lingkungan pembelajaran yang lebih suportif.Â
Dalam hal kematangan diri pribadi penulis merasa memiliki kemampuan untuk mengelola emosi, beradaptasi dengan perubahan, dan berkolaborasi dengan rekan-rekan guru. Keduanya saling mendukung, di mana kematangan diri pribadi dapat mengoptimalkan kualitas pengajaran, sedangkan kompetensi yang baik juga berkontribusi pada pengembangan kematangan individu dalam lingkungan pendidikan.
Analisis untuk implementasi dalam konteks Calon Guru Penggerak
 Pada penghujung rangkaian pembelajaran modul 3.3 ini penulis mulai merenungkan kembali, memikirkan hal - hal apa saja yang sekiranya dapat dilakukan sebagai upaya mewujudkan kepemimpinan murid baik dalam ranah intrakurikuler, kokurikuler waupun ekstra kurikuler.Â
Sebagai guru tentu untuk mewujudkan semua itu saya membutuhkan dukungan dari kepala sekolah, rekan guru, orang tua dan sumber daya sekolah dan hal ini justru menjadi motivasi terbesar saya untuk menghadirkan berbagai prakarsa perubahan yang dapat memberikan dampak yang signifikan bagi terwujudnya kepemimpinan murid.Â
Upaya kolaborasi tentu harus saya kedepankan agar semua pihak dapat memfasilitasi, menjembatani dan ikut terlibat aktif dalam mewujudkan berbagai prakarsa perubahan tersebut.
Kepemimpinan murid memiliki karakteristik yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri dan tanggung jawab atas tindakannya masing-masing.Â
Selain itu, keterampilan berinteraksi sosial menjadi landasan penting, karena lingkungan pendidikan yang mendukung dapat mendorong kepercayaan diri dan motivasi siswa. Ketika siswa merasa dihargai, mereka lebih cenderung untuk menunjukkan karakteristik kepemimpinan yang positif.Â
Mewujudkan kepemimpinan murid dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain: kemampuan menetapkan tujuan, melakukan refleksi diri, dan bertindak secara bertanggung jawab dalam berkontribusi di lingkungan sekolah.Â
Keteladanan dari guru juga berperan penting, karena metode pengajaran yang menginspirasi dapat mempengaruhi motivasi siswa untuk menjadi pemimpin yang memahami dan menghargai berbagai perspektif. Melalui pendekatan yang positif dan suportif, siswa dapat dibimbing untuk mengembangkan karakter kepemimpinan yang efektif.
Tantangan dalam mewujudkan kepemimpinan murid di sekolah, dapat dibagi menjadi tiga bagian. Pertama tantangan yang berasal dari dalam diri murid sendiri antara lain kesadaran diri murid tentang peran mereka sebagai pemimpin, kemampuan untuk menghadapi situasi yang ambigu dalam pengambilan keputusan, serta adaptasi terhadap perkembangan teknologi yang terus berubah.Â
Murid perlu memahami bagaimana keterlibatan mereka dalam perilaku kepemimpinan dapat membentuk identitas mereka sebagai seorang pemimpin.Â
Selain itu, mereka harus mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar mereka. Kedua, tantangan yang berasal dari warga sekolah meliputi perubahan paradigma dimana banyak guru yang belum dapat mengubah cara pandang dan kebesaran hati untuk mendukung kepemimpinan murid, sehingga tidak hanya memposisikan diri sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing yang mempercayai potensi siswa.Â
Kemudian kompetensi guru yang masih perlu ditingkatkan, dimana guru dituntut untuk tidak hanya mengajarkan materi, tetapi juga memahami dan menguasai strategi mengajarkan keterampilan kepemimpinan.
Ketiga, optimalisasi sumber daya sekolah dalam mewujudkan kepemimpinan murid menghadapi beberapa tantangan, seperti pengelolaan sumber daya yang belum efektif, peningkatan kualitas pendidik, dan penciptaan lingkungan belajar yang kondusif. Sekolah perlu memastikan bahwa sumber daya, baik fisik maupun non-fisik, digunakan secara efisien untuk mendukung pengembangan kepemimpinan di antara siswa.Â
Kualitas kepemimpinan sekolah juga berpengaruh signifikan terhadap efektivitas pembelajaran dan perkembangan karakter siswa. Oleh karena itu, penting bagi sekolah untuk berinvestasi pada pengembangan profesionalisme guru dan menciptakan iklim belajar yang positif.
Alternatif solusi terhadap tantangan dalam mewujudkan kepemimpinan murid dapat dilakukan upaya - upaya yang kolaboratif dan sinergis dalam berbagai aspek antara lain aspek murid, komunitas sekolah/guru dan pemberdayaan aset. Contoh hal hal yang dapat dilakukan antara lain;
- Membangun kesadaran diri murid akan pentingnya mewujudkan kepemimpinan murid yang akan mendorong kemandirian, gotong royong dan berkebhinnekaan, melalui pelibatan aktif murid (suara/voice, pilihan/choice dan kepemilikan/ownership) dalam berbagai program pembelajaran.Â
- Membangun paradigma guru dan warga sekolah lainnya tentang pentingnya mendorong kemandirian dan kepemimpinan murid dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan melalui pelatihan, diklat, berbagi praktik baik, workshop, seminar dan lain sebagainya agar guru memiliki kompetensi dan paradigma yang baik dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid.
- Optimalisasi sumber daya sekolah dalam menunjang berbagai macam program dan prakarsa perubahan yang dapat mewujudkan kepemimpinan murid,
- Pelibatan komunitas sekolah secara aktif dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid dengan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung.
Keterhubungan pengalaman masa lalu dan penerapan di masa mendatang
 Pada saat penulis menjadi murid, sekitar awal tahun 90-an memang tidak banyak program yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid, namun ada beberapa kegiatan yang menurut saya mengarah kepada tumbuhkembangnya kepemimpinan murid yaitu pada kegiatan apresiasi seni dan budaya.Â
Kegiatan tersebut diinisiasi oleh murid - murid melalui pengurus OSIS dan sepenuhnya melibatkan murid dari aspirasi, pilihan kegiatan dan kepanitiaan. CGP saat itu berperan sebagai panitia dan terlibat aktif dalam kegiatan gelar karya dan apresiasi seni dan budaya sebagai wadah kreativitas murid - murid.Â
Sebagai murid, sepenggal pengalaman tersebut memberikan kesan yang cukup mendalam dimana ketika kami dilibatkan secara aktif, disitulah kami dapat diberikan ruang seluas - luasnya untuk belajar, berinteraksi sosial dan berkolaborasi dalam menyusun dan melaksanakan program.Â
Tumbuh rasa bangga, percaya diri dan tanggujawab terhadap yang besar terhadap kesuksesan program. Pengalaman tersebut secara tidak sadar mempengaruhi paradigma saya sebagai guru, yaitu pentingnya menumbuhkembangkan kepemimpinan murid sehingga dapat menjadi bekal dikemudian hari bagi murid - murid.
Penerapan di masa mendatang, tentunya saya akan mengambil nilai - nilai positif yang saya dapatkan di masa lalu dan pemahaman serta pengalaman yang saya dapatkan dari pembelajaran modul 3.3 ini.Â
Hal yang akan saya lalukan mulai dari merencanakan prakarsa - prakarsa perubahan secara kolaboratif melibatkan semua pemangku kepentingan, utamanya adalah melibatkan murid - murid itu sendiri.Â
Perencanaan secara kolaboratif tersebut dilakukan secara teliti, cermat, terstruktur, dan dievaluasi secara berkala. Selanjutnya melakukan pemetaan kekuatan atau sumber daya sekolah dan kebutuhan murid untuk menunjang pelaksanaan program dan memastikan program sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan mereka.Â
Selama pelaksanaan, penting untuk melibatkan siswa dan memberikan ruang bagi mereka untuk berkontribusi, agar mereka merasa memiliki program tersebut dan pada akhirnya akan mampu mendorong kepemimpinan murid.
Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari
Keterkaitan Modul 3.3 dengan modul 1.1 Pemikiran Filosofis KHD
Pemikiran Ki Hajar Dewantara sangat berpengaruh terhadap pengelolaan program yang berdampak positif pada murid karena fokus pada pendidikan yang berpihak kepada anak, dimana fungsi guru adalah menuntun atau membimbing tumbuh kembangnya anak sesuai dengan kodratnya.Â
Beliau menekankan pentingnya memberikan tuntunan sesuai dengan kekuatan dan potensi alami anak, sehingga mereka dapat berkembang menjadi individu yang mandiri dan berkualitas.Â
Dalam konteks kepemimpinan murid, pendekatan ini mendorong murid untuk aktif mengambil inisiatif, peran, mengembangkan rasa percaya diri, dan tanggung jawab dalam proses pembelajaran. Dalam konteks ini asas trilogi "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani" menjadi lebih bermakna.
Keterkaitan Modul 3.3 dengan modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak
Guru penggerak memiliki nilai-nilai seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada peserta didik. Nilai-nilai ini menjadi landasan bagi guru untuk pengelolaan program yang berdampak positif pada murid dan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan kepemimpinan murid.Â
Dengan menjadi pemimpin pembelajaran dan coach bagi guru lain, guru penggerak membantu mengembangkan kemampuan kepemimpinan peserta didik melalui pendekatan yang mendidik dan memberdayakan.
Keterkaitan Modul 3.3 dengan modul 1.3 Visi Guru Penggerak
Modul 1.3 tentang visi guru penggerak memberikan bekal dalam mengelola sebuah prakarsa perubahan dalam mewujudkan program yang berdampak positif dan mendorong kepemimpinan murid, melalui pendekatan inkuiri apresiatif dengan tahapan BAGJA, maka program - program dapat dikelola dengan terstruktur, sistematis dan kolaboratif sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.
Keterkaitan Modul 3.3 dengan modul 1.4 Budaya positif
Budaya positif yang terbentuk di sekolah sangat penting dalam mendorong kepemimpinan murid. Ketika suasana belajar mendukung, murid dapat merasa lebih bebas untuk mengekspresikan diri dan berpartisipasi dalam berbagai program, baik intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstra kurikuler.Â
Dengan adanya budaya positif, siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan kepemimpinan mereka, seperti mengambil inisiatif dan berkolaborasi dengan sesama murid dan guru. Hal ini tidak hanya meningkatkan kepercayaan diri mereka tetapi juga memperkuat rasa tanggung jawab rasa kepemilikan terhadap komunitas sekolah.
Keterkaitan Modul 3.3 dengan Modul 2.1, Pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid
Modul 2.1 tentang pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid berfokus pada penerapan pembelajaran berdiferensiasi, yang memungkinkan guru untuk menyesuaikan metode dan materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan masing-masing murid. Hubungan dengan program yang mendorong kepemimpinan murid terletak pada kemampuan murid untuk mengambil tanggung jawab atas proses belajar mereka sendiri.Â
Dengan pembelajaran yang disesuaikan, murid dapat lebih aktif berpartisipasi, mengembangkan keterampilan kepemimpinan, dan mempersiapkan diri untuk memimpin di lingkungan belajar dan di luar sekolah.
Keterkaitan Modul 3.3 dengan Modul 2.2 Pembelajaran sosial emosional
Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional berfokus pada pengelolaan emosi dan nilai-nilai budi pekerti yang luhur, yang sangat penting dalam mendorong kepemimpinan murid. Melalui pembelajaran ini, siswa diajari untuk mengelola emosi mereka dan berinteraksi secara positif dengan orang lain, yang merupakan kualitas penting dalam seorang pemimpin.Â
Keterampilan emosional ini dapat membantu murid mengambil inisiatif, berkolaborasi, dan berkomunikasi serta mengambil tanggungjawab dengan baik dalam lingkungan sosial, yang pada gilirannya mendorong kualitas kepemimpinan yang kuat.
Keterkaitan Modul 3.3 dengan Modul 2.3 Coaching untuk supervisi akademik
Modul 2.3 Coaching untuk supervisi akademik berperan penting dalam mendorong kepemimpinan murid dengan membekali guru untuk menjadi coach yang efektif. Melalui proses coaching, murid diberikan ruang untuk mengeksplorasi kekuatan dan potensi diri mereka, yang mengarah pada pengembangan kompetensi dan keterampilan kepemimpinan.Â
Ketika guru dapat berperan sebagai pemimpin pembelajaran, mereka bukan hanya mendukung perkembangan akademik murid, tetapi juga mengelola program yang berdampak positif bagi murid dan mampu memfasilitasi pertumbuhan kepemimpinan murid dengan baik.
Keterkaitan Modul 3.3 dengan Modul 3.1 Pengambilan keputusan berbasis nilai -- nilai kebajikan sebagai pemimpin
Hubungan Modul 3.1 yang mengajarkan pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin dengan program yang mendorong kepemimpinan murid sangat erat. Modul ini mengedepankan pentingnya keputusan yang berpihak pada murid dan berlandaskan pada nilai kebajikan universal, sehingga menciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan kepemimpinan murid.Â
Dengan menerapkan prinsip-prinsip etika dan nilai kebajikan dalam pengambilan keputusan, pemimpin dapat menjadi teladan dan mendorong murid untuk mengembangkan kemampuan kepemimpinan mereka dengan cara yang positif dan berintegritas.
Keterkaitan Modul 3.3 dengan Modul 3.2 Pengambilan keputusan berbasis nilai -- nilai kebajikan sebagai pemimpin
Hubungan antara pemimpin dalam pengelolaan sumber daya dan program yang mendorong kepemimpinan murid sangat penting. Seorang pemimpin yang efektif dapat mengelola sumber daya dengan bijak, menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan murid.Â
Pengelolaan sumber daya yang tepat akan berkontribusi pada pengalaman belajar murid, mendorong mereka untuk mengambil inisiatif kepemimpinan sendiri dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Kepemimpinan murid dapat diperkuat melalui program yang mengedukasi mereka tentang pengambilan keputusan berbasis nilai dan mendidik mereka untuk berperan aktif dalam komunitas mereka.
Dengan kombinasi pemimpin yang kuat dan program kepemimpinan, murid dapat belajar mengelola sumber daya secara efektif dan berkontribusi pada perkembangan lingkungan belajar yang optimal
Menurut Kartono dalam jurnal UPI (https://ejournal.upi.edu) "pemimpin itu harus disiapkan, dididik, dan dibentuk, tidak terlahir begitu saja. Setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan dan pendidikan, serta didorong oleh kemauan sendiri". Dari pernyataan tersebut dapat kita maknai betapa pentingnya peran sekolah sebagai institusi pendidikan dalam membangun dan menumbuhkembangkan kepemimpinan murid.Â
Kepemimpinan murid akan mendorong individu mampu mengantisipasi perubahan -- perubahan budaya, sosial, ekonomi, politik dan dinamika global lainnya. Hal tersebut sangat berguna bagi murid -- murid untuk mempersiapkan diri mengambil inisiatif, berperan aktif dan mengambil tanggungjawab dalam dinamika global sebagai bagian dari anggota masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H