Kemudian kompetensi guru yang masih perlu ditingkatkan, dimana guru dituntut untuk tidak hanya mengajarkan materi, tetapi juga memahami dan menguasai strategi mengajarkan keterampilan kepemimpinan.
Ketiga, optimalisasi sumber daya sekolah dalam mewujudkan kepemimpinan murid menghadapi beberapa tantangan, seperti pengelolaan sumber daya yang belum efektif, peningkatan kualitas pendidik, dan penciptaan lingkungan belajar yang kondusif. Sekolah perlu memastikan bahwa sumber daya, baik fisik maupun non-fisik, digunakan secara efisien untuk mendukung pengembangan kepemimpinan di antara siswa.Â
Kualitas kepemimpinan sekolah juga berpengaruh signifikan terhadap efektivitas pembelajaran dan perkembangan karakter siswa. Oleh karena itu, penting bagi sekolah untuk berinvestasi pada pengembangan profesionalisme guru dan menciptakan iklim belajar yang positif.
Alternatif solusi terhadap tantangan dalam mewujudkan kepemimpinan murid dapat dilakukan upaya - upaya yang kolaboratif dan sinergis dalam berbagai aspek antara lain aspek murid, komunitas sekolah/guru dan pemberdayaan aset. Contoh hal hal yang dapat dilakukan antara lain;
- Membangun kesadaran diri murid akan pentingnya mewujudkan kepemimpinan murid yang akan mendorong kemandirian, gotong royong dan berkebhinnekaan, melalui pelibatan aktif murid (suara/voice, pilihan/choice dan kepemilikan/ownership) dalam berbagai program pembelajaran.Â
- Membangun paradigma guru dan warga sekolah lainnya tentang pentingnya mendorong kemandirian dan kepemimpinan murid dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan melalui pelatihan, diklat, berbagi praktik baik, workshop, seminar dan lain sebagainya agar guru memiliki kompetensi dan paradigma yang baik dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid.
- Optimalisasi sumber daya sekolah dalam menunjang berbagai macam program dan prakarsa perubahan yang dapat mewujudkan kepemimpinan murid,
- Pelibatan komunitas sekolah secara aktif dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid dengan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung.
Keterhubungan pengalaman masa lalu dan penerapan di masa mendatang
 Pada saat penulis menjadi murid, sekitar awal tahun 90-an memang tidak banyak program yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid, namun ada beberapa kegiatan yang menurut saya mengarah kepada tumbuhkembangnya kepemimpinan murid yaitu pada kegiatan apresiasi seni dan budaya.Â
Kegiatan tersebut diinisiasi oleh murid - murid melalui pengurus OSIS dan sepenuhnya melibatkan murid dari aspirasi, pilihan kegiatan dan kepanitiaan. CGP saat itu berperan sebagai panitia dan terlibat aktif dalam kegiatan gelar karya dan apresiasi seni dan budaya sebagai wadah kreativitas murid - murid.Â
Sebagai murid, sepenggal pengalaman tersebut memberikan kesan yang cukup mendalam dimana ketika kami dilibatkan secara aktif, disitulah kami dapat diberikan ruang seluas - luasnya untuk belajar, berinteraksi sosial dan berkolaborasi dalam menyusun dan melaksanakan program.Â
Tumbuh rasa bangga, percaya diri dan tanggujawab terhadap yang besar terhadap kesuksesan program. Pengalaman tersebut secara tidak sadar mempengaruhi paradigma saya sebagai guru, yaitu pentingnya menumbuhkembangkan kepemimpinan murid sehingga dapat menjadi bekal dikemudian hari bagi murid - murid.
Penerapan di masa mendatang, tentunya saya akan mengambil nilai - nilai positif yang saya dapatkan di masa lalu dan pemahaman serta pengalaman yang saya dapatkan dari pembelajaran modul 3.3 ini.Â
Hal yang akan saya lalukan mulai dari merencanakan prakarsa - prakarsa perubahan secara kolaboratif melibatkan semua pemangku kepentingan, utamanya adalah melibatkan murid - murid itu sendiri.Â
Perencanaan secara kolaboratif tersebut dilakukan secara teliti, cermat, terstruktur, dan dievaluasi secara berkala. Selanjutnya melakukan pemetaan kekuatan atau sumber daya sekolah dan kebutuhan murid untuk menunjang pelaksanaan program dan memastikan program sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan mereka.Â