Mohon tunggu...
Kusriyanto Hudoyo
Kusriyanto Hudoyo Mohon Tunggu... -

Manusia biasa jika biasa itu adalah ketika setiap sebab menjadi akibat yang ada juga tiada dalam ruang dan waktu di antara perjalanan titik awal menuju akhir.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kemenyan, Tradisi yang Dilupakan

21 Februari 2016   09:48 Diperbarui: 21 Februari 2016   11:07 1112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak orang yang jika mendengar kata "kemenyan" persepsinya langsung keurusan mistis, horor, supranatural. Padahal jika anda adalah orang yg tumbuh besar dikalangan tradisi jawa apalagi yang "ndeso", pasti akan menyaksikan kebiasaan orang tua dulu yang dikit-dikit bakar menyan, nggak melulu urusan doa berdoa, tapi asal bau dikit, bakar menyan, ngusir nyamuk, bakar menyan, mau tidur, bakar menyan, merokok aja tuh tembakau dicampuri menyan, biar asapnya wangi katanya, itupun merokoknya kadang sambil buang air besar, lalu letak nilai mistisnya dimana coba?

Dan sejak orang sekarang mulai mengenal ilmu aroma terapi, ternyata diketahui bahwa, aroma kemenyan mempunyai efek menenangkan tapi sekaligus meningkatkan konsentrasi.
Unik ya, biasanya penenang itu bikin fly, tapi ini malah memicu meningkatnya konsentrasi. Pantas aja dulu sering digunakan untuk mendampingi orang saat berdoa atau ibadah, atau untuk wewangian jenazah, selain aroma tajam yg bisa menyamarkan kemungkinan bau dari jenazah, juga bisa menenangkan kerabat yang sedih tapi dengan tanpa merusak konsentrasinya, cara yang cerdas.

Namun yang terjadi sekarang banyak orang menjauhi kemenyan dengan alasan aqidah, tanpa memperhatikan bahwa "Al lubban" yang sering digunakan Rosulullah untuk wewangian dirumah beliau itu, ya kemenyan itu. Al Lubban itu bahasa Arab, dari jenis pohon gaharu yang bisa tumbuh diiklim Arab, bahasa Jawanya kemenyan dari jenis pohon gaharu yang bisa tumbuh di iklim Asia Tenggara, khususnya Indonesia.
Lubban atau kemenyan yang dari negeri kita ini memiliki karakteristik aroma lebih kuat dengan tekstur resin lebih keras dibanding dengan yang tumbuh di Arab Selatan, Yaman, India, China dan Afrika. Karena keras itu juga dalam sejarahnya Ibnu Sina pernah merekomendasikan kemenyan dari jawa ini untuk bahan penambal gigi. Makanya di Arab dikasih nama pembeda, "Lubban jawi". Jawi itu bukan hanya merujuk tanah Jawa saja sebenarnya, tapi Bani Jawi, sebutan kuno bagi bangsa Nusantara.

Perdagangan kemenyan dari Nusantara ternyata sudah sangat lama, Lubban jawi teridentifikasi sampai ke Mesir sejak kurang lebih 5000 tahun yang lalu, tercatat dalam sebuah mural yang menggambarkan karung kemenyan diperdagangkan dari Tanah Punt menghiasi dinding kuil Mesir kuno Ratu Hatshepsut, yang meninggal sekitar tahun 1458 SM. The Cambridge History of Africa juga menyatakan, bahwa para Firaun Mesir kuno mengimpor jenis kemenyan dari Indonesia bersama rempah-rempah. Kemenyan yang diimpor terutama dari Jawa ini berasal dari getah Styrax (nama latin pohon kemenyan, gaharu). Kemudian mengimpor juga kemenyan dari Arab yang jika dicampur dengan kemenyan Jawa akan menjadi bahan baku balsam untuk mengawetkan jenazah Firaun.
Sedangkan Herodotus, sejarawan Yunani, yang mencatat jenis-jenis kemenyan termasuk jenis Lubban jawi, hidupnya di abad ke 5 SM. Namun dari catatan Herodotus, eksportir perdagangan kemenyan ke eropa disebutkan oleh bangsa Arab bagian selatan. Tapi karena dari namanya menurut bahasa Arab yang merujuk ke istilah "Jawi", maka kemungkinan para pedagang Arab membeli dari Nusantara, lalu dijual lagi sampai Yunani.
Kita ternyata bangsa yang "tua" juga ya, meskipun jika dari catatan sejarah Baros Sumatera sendiri, perdagangan kemenyan baru teridentifikasi dimulai abad 5 M.

Seperti kebiasaan, ketika terjadi interaksi perbedaan budaya, nama pun sering bergeser, Al lubban dalam bahasa Arab ketika di Yunani disebut Olibanum. Sedangkan Lubban Jawi, bergeser jadi banja-i, kemudian gum benjamin dan sekarang orang eropa biasa menyebutnya benzoin. Dalam ilmu kimia, untuk membedakan dengan benzoin, nama kimia senyawa hidroksi keton, kemenyan diberi nama Resin Benzoin atau Styrax Benzoin.

Jadi jika anda menggunakan wewangian, parfum, atau aroma terapi, atau obat-obatan yang mengandung bahan berasal dari Resin Benzoin, maka ketahuilah itu adalah kemenyan.
Seperti yang terjadi di Milan Italia, Daniela Roche Andrier meramu Benzoin styrax oil (minyak kemenyan) menjadi parfum kelas dunia, dengan nama No.11 Cuir Styrax yang diluncurkan melalui House of Prada, harganya mahal banget, padahal itu hanya dari kemenyan, tradisi "Parfumnya Eyang".

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun