Mohon tunggu...
kusfandiari abu nidhat
kusfandiari abu nidhat Mohon Tunggu... Editor - Mengekspresikan Diri dengan Berbagai Cara

Sembilan belas tahun di Mojokerto, satu tahun di Surabaya, dan empat puluh tahun lebih di Ngawi. Hidup itu mengalir. Mengikuti irama, menangkap segala makna, dan menikmati. Memberi manfaat bagi sesama, tanpa batas dan sebisa mungkin. Peduli, kritis, dan mencarikan solusi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nangka Ini Milik Siapa?

27 November 2021   19:38 Diperbarui: 27 November 2021   19:43 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pentigraf Kusfandiari MM Abu Nidhat

Namanya Jalidin. Seperti bulan-bulan sebelumnya, ia harus menyempatkan diri untuk menengok ibunya yang sudah tua, di Desa Gandri. Sekembalinya ia mesti diberi ibunya oleh-oleh untuk dibawa pulang ke Mojokerto. Hari ini ia kembali ke Mojokerto, dengan membawa oleh-oleh nangka yang begitu besar. 

Ditolak berdosa, dibawa betapa beratnya. Ia pun dengan patuh membawa. Diantar Tarmuji sampai di pertigaan Dumpil, ia menunggu bus yang datang dari arah Madiun. Begitu ada bus datang, ia segera naik, meski dalam kesulitan. Penumpang berdesakan. Ia mengambil posisi di tengah. Agar ia tidak kesulitan, nangka tersebut ditaruh di bawah kakinya.

Saat di perjalanan, kira-kira sudah sampai di Saradan, kondektur menghampiri Jalidin, menanyakan mau turun di mana? Jalidin menjawab Mojokerto. Kemudian menyerahkan sejumlah uang, dan kondektur menyerahkan tiket. Saat itulah, ia tidak menyadari bahwa nangka sebesar bayi raksasa menggelinding ke depan berbarengan saat bus mengerem dan berhenti di tempat tertentu. 

Perjalanan begitu lancar. Dalam hati Jalidin, ia merasa kehilangan nangka pemberian ibunya. Bahkan ketika ia mendapat duduk di sekitar ia berdiri, di kursi depannya, ia tetap merasa gelisah. Jangan-jangan nangkanya menggelinding ke luar pintu depan, dan orang-orang tidak peduli.

Saat mendekati terminal Kertajaya Mojokerto, kenek memberi aba-aba bahwa bus tidak berhenti di terminal. Sampai di perempatan Sekarputih, kebetulan lampu rambu lalu lintas menyala merah, bus perlahan berhenti melaju. Ia bergerak maju pelan-pelan sampai hampir di seat paling depan. Ia baru menemukan nangkanya. Masih utuh dan berdiam diri di sana. Dengan susah payah, ia mengangkat nangka itu, dan bertanya sambil memandang kepada para penumpang, membelakangi laju bus,"Nangka ini milik siapa, Bapak Ibu?"

Tidak ada yang menjawab, lalu buru-buru ia menjawab,"Ya sudah kalau tidak ada yang memiliki, saya bawa turun ya?"

Sewaktu menyala hijau, bus berjalan perlahan dan berhenti di utara perempatan. Jalidin pun turun dari bus. Meski dengan susah payah, ia bergegas ke tempat penitipan sepeda. Ia puas telah mengerjai kru bus dan para penumpang.

Ngawi, 20211127.14430422.18.11

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun