Sebagai anak rantau yang sedang berada di kampung halaman, tetapi mengharuskan diri untuk tetap tinggal dalam indekos karena jarak rumah dengan kantor magang sangat tidak memungkinkan, menu sahur andalanku adalah sesuatu yang sederhana tetapi semoga bisa mengenyangkan. Sejak hari pertama hingga kelima puasa tahun ini, alhamdulillah, bahwa aku merayakannya di tanah rantau karena masih ada UAS selama tiga hari. Aku pernah menyantap bubur ayam instan! Ya masih mending ketimbang gak sahur sama sekali. Sampai hari terakhir aku di perantauan, ada warung nasi langganan yang membuka jasa pesan antar di jam sahur. Bersyukur sekali rasanya bisa menyantap sahur dengan nasi, sayur, dan lauk favorit.
Sepulangnya aku ke Jakarta, tak lama langsung pindah ke indekos. Bisa dibilang menu sahur sehat hanya terpenuhi di rumah. Coba kalau aku sudah harus magang selama lima hari, menu sarapan andalanku hanyalah roti gandum dengan selai kacang. Ya, roti gandum satu bungkus untuk lima hari. Jadi, satu hari aku hanya memakan dua lembar saja.
Aku bisa katakan bahwa menu sahur untuk hari ini berbeda sedikit. Tetap dengan roti gandum dan selai kacang, namun ada menu tambahan yang bikin kenyang sampai buka puasa tiba.
Menu sahur tambahanku adalah breaking news tentang kericuhan di Kantor Bawaslu, dini hari ini sekitar pukul 02.00 WIB.Â
Pemberitaan media online maupun TV mulai ramai menghiasi linimasa Twitterku. Sebangunku dari tidur untuk mempersiapkan roti beserta kawannya, linimasa sempat tertahan dengan info 2 jam sebelumnya. Bahkan ramai warganet yang menyebarkan potongan video breaking news dari televisi swasta yang dengan niat menyiarkan kondisi mencekam Jakarta dini hari tadi. Saking kaget aku dibuatnya, aku malah cari kesempatan untuk membaca berbagai portal media terlebih dahulu, dengan topik yang sama. Tak disangka ricuhnya massa hingga menerobos gedung Bawaslu, melempar bom molotov, gak bisa terhitung anggota polisi memberi peringatan dengan melayangkan peluru, water canon, dan gas air mata.Â
Miris dan menyeramkan. Per detik informasi kericuhan bertambah serius. Tangan kiri untuk scrolling linimasa untuk membuka portal media, tangan kanan untuk melahap hanya dua lembar roti, tapi terasa sekali menghabiskannya sampai waktu sudah menunjukkan waktu imsak.Â
Seusai sholat subuh, ternyata ada informasi lagi yang lebih mencekam. Sekitar pukul 05.00, atau pagi hari lewat pukul itu, massa mulai masuk ke wilayah Petamburan, membakar Asrama Brimob. Potret yang ku lihat adalah mobil-mobil yang terparkir dari yang mulus menjadi rongsok. Kemudian menyambar lagi ke wilayah Tanah Abang, Slipi, dan sekitar pukul 11.00 pagi ada kabar bahwa massa memasuki wilayah Sudirman.Â
Adanya kericuhan ini membuat aku dan karyawan lain bekerja di tempat tinggal. Pergi ke kantor dirasa tidak aman, dan jalan protokol Jakarta ditutup. Transportasi umum untuk rute dan pemberhentiannya ada pengalihan untuk transit di stasiun atau halte yang direkomendasikan. Wilayah Jakarta dari sore ini 'menghijau' di Google Maps. Warganet Twitter bercerita juga bahwa Jakarta kali ini sepi, lalu lintas yang lancar dan tidak seperti biasanya. Banyak warga yang takut dan trauma untuk keluar rumah, termasuk aku.
Breaking News masih tetap membanjiri linimasa Twitterku, dan sampai saat ini belum berhenti dengan topik yang sama. Hingga berbuka saja, aku masih menambah breaking news sebagai teman makan nasi uduk yang dibeli di sekitar Pasar Benhil yang tumben sekali tak ada kemacetan dan tidak seramai biasanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H