Mohon tunggu...
Muhamad Kurtubi
Muhamad Kurtubi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengajar di pendidikan nonformal, Ketua PKBM Edukasi Jakarta

Menulis itu mudah yang susah mempraktekannya. Mempraktekkan itu mudah kalau sudah banyak menulis... Jadi sering-seringlah menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teroris tanpa Ideologi

27 Juli 2010   07:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:34 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_206164" align="alignleft" width="300" caption="Ledakan "teroris tanpa ideologi" sumber: google/images"][/caption] Dibanding teroris yang mengatasnamakan ideologi, "bom melon" lebih membahayakan karena pelaku dan sasarannya siapa saja. Di manapun bisa meledak, ada atau tidak ada orang, bumm!  Waspadalah dengan "teroris tanpa ideologi." "Bom melon" itu cuma istilah saja, menyikapi akhir-akhir ini banyak sekali tabung gas liquid petroleum gas (LPG) berwarna hijau melon itu meledak di mana-mana. J umlah korban sudah banyak dan agaknya bom melon itu akan terus meledak di tengah-tengah masyarakat kita. Bagaimana bisa terjadi teror "bom melon" yang bisa ditenteng siapa saja itu bisa meledak di manapun tanpa kompromi? Sudah lebih dari seratus kali ledakan tabung gas  sejak konversi (penggantian) minyak tanah ke gas (3kg) pada April 2007. Kini bermunculan kejadian yang mengertikan. Kalau dulu pemerintah mengklaim penyebab ledakan karena ketidak mengertian masyarakat menggunakan kompor gas dengan benar. Lalu main "nyuruh" ganti tanpa terlebih dahulu diberikan penyuluhan  sebaik-baiknya terutama bagi masyarakat yang belum terbiasa menggunakan kompor gas. Setelah diberi penjelasan kenapa kemudian sekarang banyak kasus tabung gas 3kg itu meledak juga pada tabung yang 12 kg. Terungkap dalam banyak kasus bahwa masalah ledakan itu umumnya akibat kecerobohan proses produksi dengan adanya banyak tabung gas yang tidak memenuhi standar produksi. Di indikasikan banyaknya tabung gas dibuat oleh pabrikan yang ilegal. Weleh, weleh... piye toh! Ada tiga masalah ledakan terjadi, umumnya:

  1. Regulator tidak bekerja dengan baik.
  2. Selang penghubung regultor dan kompor gas, bocor bisa karena gigitan tikus.
  3. Karet penutup tabung (seal) yang rusak dan inilah penyebab dari banyak kasus.

Pencegahan yang pernah saya lakukan.

  • Saya biasanya tinggal telepon penjua LPG lalu petugas pengantar memasang dan membayarnya.  Untuk mencegahnya saya memberi tahu otoritas dapur agar  menggunakan idera pembau (hidung) dengan sebaik-baiknya,  pada  saat memasuki dapur atau saat akan menyalakan kompor gas. Karena hanya indera inilah yang bisa diandallkan. Sebab LPG hanya bisa dikenali oleh hidung. Mata dan rasa tidak bisa. Duuh bagaimana dengan orang yang kena pilek dong?
  • Kalau hidung otoritas dapur sedang pilek dan penhuni rumah tidak bisa memantau, pasanglah sensor bau yang bisa mencium secara digital. Lewat sensor bau ini, maka alat akan berbunyi dengan nyaring.. Harganya di bawah 200 ribu. Silahkan cari di google. Tapi hidung manusia tetap dibutuhkan, karena bila listrik mati detektor tetap mati, kecuali menggunakan batteray.
  • Bila terjadi bau yang menyengat hidung (bau khas LPG) tandanya ada kebocoran. Ini penah saya alami. Saya hidari jangan sampai ada api dan pintu-pintu dapur dibuka agar udara di dapur segera bercampur dengan gas LPG. Semua penghuni saya suruh keluar rumah, dan mirip densus 88 saya mengendap mencium di mana sumber bau, waktu itu saya temukan bocor di bagian regulator. Lalu saya langsung cabut dan tabung saya bawa keluar dengan memperhitungkan jangan sampai ada api. Sebab kalau ada api, seperti kejadian di Jakarta kemarin, penanganan sudah benar, tetapi tetangganya menyalakan kompor maka 10 orang menjadi korban.

[caption id="attachment_206155" align="alignright" width="150" caption="Inilah sensor "teroris tanpa ideologi""][/caption] Cium sebelum Meledak Karena sifat LGP aslinya tidak berbau dan tidak beracun, maka pertamina punya tanggung jawab untuk menambah rasa bau yang lebih menyengat. Mercaptan sangat berperan yang baunya khas dan menusuk hidung. Pengakuan kasus terakhir, pelaku tidak mendeteksi bau. Nah loh, lalu siapa yang disalahkan ini. Bila gas terlanjur keluar, maka gas akan menekan udra dengan  besar (tekanan uap sekitar 120 psig), sehingga kebocoran elpiji akan membentuk gas secara cepat dan merubah volumenya menjadi lebih besar. Kalau sudah begini, maka manusia hanya bisa mencegah sebelum terjadi. Masyarakat tidak bodoh dan bisa menangani masalah ini, namun jika Pemerintah  dengan pertamina kurang serius menangani dampak konversi ini, maka rakyat yang pintar ini bisa berbalik menjadi masa bodoh dan jangan sampai kemudian, banyak yang bertindak bodoh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun