Mohon tunggu...
Muhamad Kurtubi
Muhamad Kurtubi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengajar di pendidikan nonformal, Ketua PKBM Edukasi Jakarta

Menulis itu mudah yang susah mempraktekannya. Mempraktekkan itu mudah kalau sudah banyak menulis... Jadi sering-seringlah menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Koneksi antara "Ayat Faktual" dan "Ayat Aktual"

26 Agustus 2010   18:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:41 813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_240388" align="alignleft" width="271" caption="ayat-ayat faktual dalam alquran sumber: sedamaicintailahi.blogspot.com"][/caption] Muslimin di seantero jagat kemungkinan setiap malam pertengahan ramadhan memperingati nuzulul quran, sebuah peringatan untuk merefleksikan turunnya alquran petunjuk bagai manusia. Di antara "ayat-ayat faktual" (yang diberi nama al quran) juga ada ayat-ayat kauniah ("ayat-ayat aktual"). Semuanya bersumber dari Tuhan yang Maha Esa. "Ayat Faktual" sudah selesai turunnya dari  Makkah ke  Madinah. Lalu telah dibukukan dalam kodifikasi Mushaf Utsmani.  Ayat ini turun berangsur-angsur selama kurun  22 tahun 2 bulan 22 hari, setidaknya menurut satu riwayat menyatakan seperti itu. Tuhan pun memberi garansi terhadap "ayat faktual" ini dengan memelihara ayat-ayatNya. Bahkan ayat terakhir menyatakan bahwa Islam sebagai  agama yang diridoiNya. Sedangkan "ayat aktual", akan terus turun di seantero jagat ini melalui hamba-hambaNya yang dipilih serta akan terus bertahan dan berkembang mengikuti masanya. Setiap seratus tahun lahir pemimpin. Setiap masa ada perkembangan baru dari ayat-ayat aktual itu. Semua manusia mendapatkan pencerahan dari ayat aktual itu. Ayat aktual itu tidak lain adalah ilmu pengetahuan, teori-teori, postulat-postulat serta logika-logika alam yang bersifat universal dan diakui semua kalangan. Kalau ayat faktual turun sesuai dengan kondisi zaman yang melingkupi masyarakat saat zaman Nabi, maka ayat aktual juga turun kepada masyarakat di mana situasi dan kondisi masyarakat membutuhkan pencerahan, membutuhkan penemuan baru, teori baru, dan logika baru guna mengatasi problema masyarakat. Kalau ayat faktual turun di saat Nabi saw mendapatkan jawaban dari persoalan yang sering diajukan atau persoalan yang membutuhkan jawaban segera untuk kemudian menetapkannya sebagai hurum syaraiat, maka demikian juga ayat aktual. Ayat aktual turun sebagai jawaban atas persoalan-persoalan yang tengah dicari solusinya. Para ilmuwan meneliti berbagai asumsi dan problem yang diajukanya guna mendapatkan data dan menemukan teori baru atau penemuan tekhnologi baru atau ilmu-ilmu baru. Kalau ayat faktual turun di berbagai tempat di manapun Nabai berada, demikian juga ayat aktual. Ia turun di laboratorium, di lapangan penelitian (field research) di  kampus-kampus, di forum-forum diskusi. Masing-masing orang mendapatkan pencerahan dan penemuan yang kemudian menjadi acuan bagi generasi selanjutnya. Jika Ayat faktual bersifat umum dan global sehingga membutuhkan  terjemahkan dalam berbagai bahasa dan membutuhkan penafsiran yang beragam, maka demikian juga ayat aktual. Di sepanjang teori itu lahir, maka generasi berikutnya menciptakan teori pengembangan, teori turunan dan sehinga menjadi berkembang. JIka ayat faktual banyak berbicara dalam berbagai bidang: kisah, peringatan, janji, ancaman, kehidupan masa depan, nasib manusia, dll, maka demikian juga ayat aktual. Ia berbicara tentang teori-teori pemasaran yang handal, teori psikologi yang bermanafaat, penemuaan teknologi industri, mesin-mesin produksi, hardware,  software, teori sosial, kebudayaan, bahasa dan sebagainya. Jika pada ayat faktual ada ulama-ulam yang menguasai di bidang kajian ayat-ayatnya, demikian juga pada ayat aktual. Ia dilahirkan dari para ilmuwan, scientist, ekonom, musician, sosiolog, antropolog, fisikawan, matematikawan, dan lain-lain. Ayat faktual turun melalui mimpi, suara dan sebagainya. Maka ayat aktual ditemukan dari kondisi yang tidak berbeda. Ayat faktual berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, maka ayat aktual demikian pula, ia lahir dari akal manusia, akal adalah roh, dan roh adalah berasal dari Tuhan. Ayat faktual banyak membicarakan  moralitas dan akhlak serta bertujuan (guide) untuk menjadi manusia yang baik dan mulia. Maka sejatinya ayat-ayat aktual pun demikian. Penyimpangan dari ayat-ayat aktual pasti terjadi di mana ilmu pengetahuan disalahgunakan. Demikian pula  orang-orang yang  tidak mengamalkan ayat-ayat faktual, mereka pun menjadi teman syetan. Jika ayat faktual menyebut agama dan ajaran para nabi-nabi terdahulu melalui suhuf-suhuf (lembaran wahyu), maka dalam ayat aktual dikenal juga istilah madzhab Aristotelian, madzhab Frankfurt, madzhab idelisme, madzhab realisme dan berbagai macam aliran dalam setiap bidang kajian ilmu pengetahuan. Jika ayat faktual dalam menentukan hukum syariat  tidak langsung seperti hukum haram minum-minuman keras, ia turun lewat empat ayat faktual. Ayat itu turun tidak sekaligus karena disesuaikan dengan sosio-kulturnya, maka dalam ayat aktual demikian pula. Sebuah ilmu lahir tidak ujug-ujug begitu saja, tetapi melalui proses panjang dalam dialektika metode ilmiyah: mengajukan hipotesa, menemukan masalah, melakukan riset ilmiyah, pengambilan sample, analisa data, pengujian materi, baru kemudian dikukuhkan sebagai ilmu pengetahuan yang bersfiat universal, analisis, aktual dan dapat dipercaya seluruh dunia. Jika ayat faktual mengenalkan tokoh-tokoh pembaru (Nabi dan Rasul) yang ditentukan Tuhan, maka dalam ayat aktual, nama-nama tokoh pun dikenal hingga sekarang. Jasa mereka dalam bidang kemanusiaan tercatat dalam "kitab-kitab" sains dan teknologi, karya mereka dirasakan hingga sekarang baik yang berpaten maupun tidak.  Antara tokoh satu dengan  yang lain saling terkait, demikian juga antara ilmu pengetahuan satu dengan yang lainnya, saling berkait dan tidak terpisah. Begitupula agama yang ditulis dalam kitab wahyu, satu sama lain saling terkait karena sumbernya satu. Bulan ramadhan sebagai bulan Nuzulul Quran, maka salah satunya sebagai refleksi akan penghormatan kepada kitab wahyu ini, adalah menghargai karya dan juga pemikiran orang-orang yang telah berjasa dalam berbagia bidang penemuan. Di mana penemuan itu kemudian bermanfaat bagi dunia modern sekarang ini. Bukankah Nabi saw bersabda, sebaik-baik manusia adalah yang palng banyak manfaatnya bagi kemanusiaan. Jadi masihkah anda mempermasalahkan ayat-ayat aktual dan ayat-ayat faktual, jika masih mari kembali kepada hati nurani masing-masing. Wallahu a'lam. Salam Al Quran Kurt

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun