[caption id="attachment_223721" align="aligncenter" width="318" caption="Selamat berpuasa. Sumber: http://www.klikdana.com"][/caption] Bahwa modal menjadi penopang hidup itu biasa. Namun ternyata modal itu bukan untuk urusan dunia saja, bahkan modal yang akan diceritakan ini sebagai penopang dunia dan akherat: Akal, Agama dan harga diri. Ketiganya menjadi taruhan manusia apakah mampu mempertahankan atau tidak. Nah bagaimana modal-modal itu bisa bertahan dan apakah puasa mampu mengembelikannya? Begini jamaah sekaliyan, meniru ceramah kyai-kyai di pesantren, orang yang bangkrut dimaksud di sini adalah mereka yang menggerogoti modal hidupnya. Misalnya orang yang punya akal sebagai modal dasar kehidupan, bisa hilang seketika saat ia marah-marah. Masalahnya, menurut salah satu kitab ulama, orang yang marah-marah tidak lagi mengfungsikan akalnya. Padahal fungsi akal itu jelas sekali di antaranya untuk bergaul dengan Allah untuk bergaul dengan manusia. Selanjutnya digunakan untuk memahami ayat-ayat qauliyah (verbal) dan qauniyah (alamiyah) dan bisa membedakan baik dan buruk. Nah, pada saat marah-marah akalnya itu berarti dihilangkan sendiri. Seberapa sering dia marah-marah, bararti berapa banyak cadangan akal yang dia miliki itu menjadi tumpul. Kekuatan akal, tulis kitab ushul fiqh, sebagai modal manusia untuk memahami benar dan salah. Ia tidak memliki karakter manfaat atau tidak.Jadi saat orang senangnya marah-marah berarti dia sudah menjadi orang yang terlatih untuk tidak bisa membedakan benar dan salah. Modal kedua adalah agama. Jika akal tidak lagi mampu membedakan benar dan salah, maka agama mampu memberikan manfaat terhadap sesuatu. Karenanya agama menjadi modal manusia sebagai integrator antara diri dan jiwa, dunia dan akherat materi dan immateri. Selebihnya agama menjadi aturan hidup dan aturan keyakinan. Namun, agama juga bisa hilang manakala manusia menggunakan sifat dengki dan hasut. Dalam kehidupan yang sering kita lihat, bagaimana beringasnya manusia yang dirasuki sifat hasut dan dengki. Semua aturan --meminjam istilah alm Basuki-- bisa di-bablas angine dalam seketika, bahkan jiwa dan nyawa manusia seharga nyamuk disore hari. Kenapa orang yang dengki dan hasud bisa hilang agamanya. Kita bisa melihat bagaimana raja syetan pernah membantah terhadap perintah Tuhan untuk sujud kepada Adam. Saat sang Raja Setan itu iri hilanglah agamanya, ingkarlah pada Tuhannya. Padahal jika dibanding dengan kita, setan itu mampu memahami ayat-ayat Tuhan melebihi dari kita. Karena setan sendiri belajar "quran" itu langsung kepada Tuhan tidak seperti kita melalui ustadz. Jadi kebayangt idak sih, betapa "alimnya" setan dalam berhadapan dengan manusia. Ia tidak mudah bertekuk lutut oleh kita, meskipun dijampi-jampi ia akan datang lagi saat lengah. Karena tidak mampu menghadapi dan tergiur oleh nyanyiannya, tidak sedikit manusia bertekuk lutut kepada setan. [caption id="attachment_223724" align="alignleft" width="150" caption="setan tak takut sumber: udin02.blogspot.com"][/caption] Buktikan saja setan itu tidak takut kepada orang shalat, tidak takut kepada pembaca kitab Suci bahkan kepada orang yang tengah berdzikir sekalipun. Jika mereka dalam beribadah itu tidak ingat kepada Allah, kata setan "keciiiil". Sebaliknya, setan hanya takut kapada hambaNya yang ingat kepada Rabbnya. Saat itulah setan takut luar biasa, bahkan sedang tidurpun setan itu takut kepada orang-orang yang selalu takut kepada Allah. Puasa Hasud atau iri dengki dan marah-marah menjadi biang kerok kebangkrutan modal manusia: Akal dan Agama. Apakah kemudian puasa mampu menghalau itu semua, jawabnya tentu saja mampu. Bukankah puasa itu sendiri merupakan "proyek Tuhan" yang tanpa tender, ia langsung dijatah kepada orang-orang yang beriman. Siapakah si beriman itu adalah mereka yang dengan suka rela dan suka hati menerima proyek tanpa tender itu. Lalu "tender" dan "proyek" Tuhan itu dikerjakan dengan sebaik-baiknya oleh si hamba, dan tidak ada tim penilai. Dia sendirilah yang menjadi Penilai semua puasa kita. "Ashoumu lii, wa ana ajzii bihi", puasa adalah untukku, dan Aku yang akan membalasnya." kata Nabi dalam hadits kudsi yang sangat tenar. Dan ternyata jika "proyek puasa" itu bisa goal dan berhasil dilakukant anpa korupsi dan mark up, maka akan mendapatkan jabatan baru:"muttaqin" sebuah jabatan yang prestisius di kalangan makhluk Allah hingga ke alam Malakut. Singkatnya, modal akal dan agama tentu saja akan difungsikan dan dibela mati-matian bagi si hamba yang beriman. Si beriman ini dengan segala daya upaya benar-benar menghindari kebangkrutan modalnya seperti marah-marah, iri, hasud dan dengki. Bila dalam kehidupan sehari-hari betapa seringnya kita menggerogoti modal dasar manusia itu, maka jangan coba-coba di bulan puasa ini. Sebab "proyek" puasa akan "didiskualifikasi". "Kam min soimin laisa lahu min siyamihi, illl ju' wal athosy." Betapa banyak orang berpuasa itu tidak mendapatkan apa-apa kecuali mendapatkan rasa lapar dan dahaga. Karena itulah, kita berharap dengan sebuah do'a yang selalu dikumandangkan pada akhir taraweh: Allahummaj 'alna bil imaaanikamiliiin, ya Allah kami bermohon sempurnakanlah iman kami... sempurnakanlah iman kami... Sempurnakanlah iman kami Amin Ya robbal 'alamin. wallahu a'lam bisshowab salam ramadhan [caption id="attachment_223725" align="aligncenter" width="379" caption="sumber: /kompasiana/mamak ketol"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H