Mohon tunggu...
Muhamad Kurtubi
Muhamad Kurtubi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengajar di pendidikan nonformal, Ketua PKBM Edukasi Jakarta

Menulis itu mudah yang susah mempraktekannya. Mempraktekkan itu mudah kalau sudah banyak menulis... Jadi sering-seringlah menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anakku Ketagihan Dongeng

28 Juli 2010   18:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:32 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_209836" align="alignleft" width="259" caption="cerianya simpel, futuristik dan penuh daya khayal... sumber: google.com/images"][/caption] Sekarang ini, ada satu pekerjaan yang saya miliki akhir-akhir ini,  mirip dengan ngeblog adalah  bagaimana mendongen buat anak saat menjelang tidur. Heran kenapa anak saya yang sudah kelas VI ini gemar mendengarkan cerita dongen dari saya. Padahal membuat cerita berdurasi 10 menit itu ibarat membuat blog, kadang harus survey kadang ya sekenanaya. Jadilah akhir-akhir ini saya harus menjadi dalang dongeng, namun demi anak saya harus memberi yang terbaik. Hanya saja masalahnya ada dua, apakah saya harus mengarang cerita hasil rekayasa sendiri atau cerita yang sebenarnya. Sementara anak saya memberi "sekenario", ceritanya harus begini dan begitu. :D Sepertnya rata-rata anak-anak tidak mensyaratkan dongeng dengan topik tertentu. Namun beda dengan anak saya. terutama yang paling kecil (2,5 th) maunya pasti ular baik dan ular jahat. Yang menjadi bingung referensinya. Kalau hanyay sekedar ngarang, mungkin bisa dan selama ini saya karang-karang saja seperti sinetron atau cerita dora emon. Ada pendapat jangan mengarang cerita apalagi yang tidak masuk akal. Loh, justru jika tidak mengarang, mana bisa cerita ular baik dan ular jahat bial tidak ada argumentasi yang dibuat sedemikian rupa. Apa kriterianya, bagaimana menggabarkan ular baikdan ular jahat kalau tidak dibuat cerita yang alami. Saya salut dengan pengarang-pengarang kelas dunia yang menginpirasi dunia imaginasi bagi anak-anak. Mereka rata-rata memiliki imajinasi tinggi. Seperti Fujio-Sensei pengarang tokoh Doraemon. Kemudian Masashi Kishimoto pengarang tokoh Naruto, Sedangkan dari Amerika ada Superman yang diciptakan oleh Jerry Siegel dan Joe shuster. William Hanna dan Joseph tokoh dibalik karakter Tom and Jerry sampai sekaranag masih digemari padahal dibuat sejak tahun 1940 dan konon tokohnya pentiptanya meningggal usia 95 tahun. Tapi ternyata banyak cara yang dipakai oleh orang-orang dalam rangka menghadapi anak mendongen menjelang tidur.

  1. Mendongeng dengan cerita yang seru, seperti saya lakukan dalah dengan menceritakan tokoh baik dan tokoh jahat dalam sebuah konflik. Serunya, ya dibuat seperti film kartun, lucu atau film seperti avatar yang serba tidak mungkin.
  2. Mendongeng dengan mebacakannya. Ini banyak dilakukan dan paling mudah. Manfaatnya selain dongen adalah konon, anak akan terbiasa dan terangsang untuk membaca. Karena sang bunda atau ayahandanya membacakan dengan suara dan intonasi yang jelas, tegas dan menarik. Tentu saja diksi dan intonasi ini bisa merangsangfikiran dan imaginasi.

Pilih cara Mana? Cara kedua paling banyak diikuti oleh psikolog. “ Tunjukkan bagaimana cara anda membaca, gunakan telunjuk untuk menunjuk barisan  kalimat yang dibaca dan meneruskan ke halaman berikutnya,” Kata,  Kathleen Martin, Ph.D, profesor Education  pada Albama University, Brimingham, AS. Kalau kata Joko D. Muktiono,  membacakan buku buat anak sangat bermanfaat besar. Katanya, ada interaksi dialog dengan anak, Anak bisa mengulang cerita dan bisa menentukan serta meneliti alur salah benar dari sebuah cerita. Bahkan anak juga bisa diajarkan menebak kata atau  meneruskan sebuah kata atau kalimat yang sengaja diputus sebelum akhir. Jadi saran saya sebaiknya jangan ikuti cara saya yang mendongeng tidak mengikuti saran sarjana dari Amerika. Saya hanya mendongen saja dan tidak punya sumber. Hanya saja saya mengarang bagaimana menanamkan cinta lingkungan. Maka saya mengarang ular baik yang bisa ngomong dan membela polisi hutang yang menjaga hutan. Pertemanan antara ular dan polisi hutan ternyata menghasilkan simbiosis mutualisma, dimana hutan tidak sembarangan ditebang oleh pembalak liar, karena para ular baik yang sudah akrab dengan polisi hutan itu menjaga hutan dari pembalakan.  Entah sudah berapa episode saya mengarang ceria, dan meluncur begitu saja. Ya begitu lah ngarang-ngarang cerita seperti membuat fiksi dalam ngeblog. Sekali lagi saya salut dengan tokoh kartunis dunia yang bisa membangkitkan imaginasi anak-anak kita. Hanya saja kritik saya untuk Tom and Jerry, tayangan kekerasan dengan adegan pukul memukul yang begitu vulgar. Selamat malam, dan salam Kompasiana Kurtubi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun