[caption id="attachment_252427" align="alignright" width="300" caption="sumber: oidamus.blogspot.com"][/caption] Ada dua ledakan di negeri ini yang "menggelisahkan" presiden kita, pertama adalah ledakan  gunung sinabung yang tak mengagetkan presiden SBY dan kedua adalah "ledakan" dari anggota  TNI AU Kol. Adji Suradji. Bila dicermati ada kesamaan ledakan antara keduanya. Tapi ini hanya opini. Alasan kenapa saya menyamakan ledakan gunung dengan ledekan perriwa TNI, karena dua makhluk ini adalah sebagai penguat dalam siklus kehidupan bertanah air dan berbangsa. Gunung sebagai paku bumi, tentara sebagai paku negara. Antara keduanya pun memiliki puncak-puncak ketinggian. Gunung ada batas pucuk ketinggiannya,  dalam tentara ada hierarki jabatan yang mirip gunung. 1. Gunung Sinabung meledak karena proses alami. Bahwa tekanan  lapisan bawah perut bumi begitu besar dan merupakan kejadian yang tidak biasa (extra ordinary). Karena tekanan semakin besar, maka terjadilah ledakan. Ledakan ini tidak diinginkan karena merugikan orang-orang sekitarnya. Begitu pula "ledakan"  yang berasal dari pak Ajie Suradji adalah juga proses alami dari iklim demokrasi yang tidak biasa (extra ordinary). Tekanan dari rakyat kepada kebebasan dan kejujuran yang ada di bawah itu tidak bisa dibentung begitu saja. Karena  tetara adalah gunungnya rakyat, maka kejadian gunung itu  meledak merupakan kejadian yang extra ordinasi.  Tiba-tiba meledak dan  ledakan ini merugikan orang-orang sekitar Pak Aji. 2. Gunung Sinabung  bersama gunung Sibayak, adalah gunung  berapi aktif di Sumatera Utara. Gunun Sinabung bukan gunung paling tinggi.  Ketingian gunung Sinabung adalah 2.460 meter. Namun gunung ini  menjadi gunung  tertinggi di Sumatera Utara. Gunung ini belum pernah tercatat meletus sejak tahun 1600. Pak Adji Suradji bersama perwira TNI lainya adalah perwira aktif di jajaran  TNI AU. Jabatan Kolonel yang diemban Pak Adji bukan jabatan yang paling tinggi dalam struktur  perwira TNI. Tetapi Pak Adji menjabat sebagai perwira paling tinggi di kelas Perwira mengah. Dalam tradisi TNI sejak lama, dalam perwira menengah jarang sekali adanya "letusan" bermasalah. 3. Ledakan Gunung Sinabung ditandai dengan  mengeluarkan abu vulkanik yang  ledakanya menyentuh awan di atasnya, kemudian tersebar dan membahayakan bagi penduduk sekitarnya. Abu Vulkanik ini hanyalah abu, yang bisa dihindari dengan cara memasang masker sehingga tidak mengganggu pernafasan. Namun abu vulkanik dan lahar merupakan proses alami yang nantinya akan menyuburkan tanah sekitarnya. "Ledakan" Pak Adji  juga terjadi secara terbuka.  Adjie mengkritik Presiden SBY lewat tulisan yang  artikelnya di muat dalam  Opini harian Kompas terbitan Senin (6/9/2010).  Pak Adjie memberi catatan kepemimpinan Presiden lewat tulisan berjudul "Pemimpin, Keberanian, dan Perubahan".  Meskipun hanya tulisan, tetapi ini menganggu "pernafasan" dan cuaca di sekitar kehidupan  tentara.  Ini juga merupakan proses alami yang diduga akibat dampak lemahnya pemerintahan sehingga menimbulkan ledakan "gunung" yang kritis. 4. Letusan gunung Sinabung ini di luar perkiraan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang mengatakan kecil kemungkinan untuk meletus karena sudah 600 tahun lamanya gunung tersebut tertidur. Dijelaskan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono bahwa di Sumatera Utara terdapat 4 gunung berapi berdekatan letaknya. [caption id="" align="alignleft" width="190" caption="Gajah Mada, sumber Google"][/caption] "Letusan" Adji Suradji sebagai perwira TNI juga belum pernah  ada dalam tradisi perwira negara. Namun 600 tahun yang lalu,  pernah terjadi pertentangan antara  panglima perang, Gadjah Mada  dengan rajanya Hayam Wuruk, dalam peristiwa Perang Bubat (1357). Dijelaskan dalam kidung Sunda,  Dyah Pitaloka, hendak dinikahi raja Hayam Wuruk sebagai permaisuri, namun oleh Gajah Mada ditolaknya karena negeri Sunda salah satu negeri yang belum ditaklukkan. Terjadilah pertengangan besar saat rombongan kerajaan Sunda datang ke Majapahit untuk melangsungkan pernikahan, diserang oleh Gajah Mada. Majapahit marah, dan Gajah Mada dinonaktifkan. 5. Letusan Gunung Sinabung menuai berbagai pendapat para ahli vulkanologi, ahli ramalan dan ahli lainnya ada yang mengatakan peringatan Tuhan, ada yang mengatakan bagian dari proses vulkanologi ada yang berpendapat peristiwa yang  aneh karena gunung yang sudah mati hidup kembali. Demikian juga Para pakar politik juga berpendapat berbeda, terkait "ledakan" pak Adji Suradji. Ini di luar perkiraan para ahli poltik dan pemerhati masyarakat. Dalam tradisi tentara  belum ada tentara mengkritik presiden sebagai atasanya.  Menurut Panglima TNI: Adjie Langgar Kode Etik; Menurut Gerindra: Adjie Menembus Tradisi Kepatuhan; dan menurut Pramono Anung,  Kritik Adjie Cermin Mayoritas Masyarakat. Dan ternyata cuma satu yang membedakan gunung Sinabung dan "Gunung" TNI  itu. Kalau Gunung Sinabung saat meletus tidak mengatasnamakan "masyarakat pergunungan Indonesia" tetapi kalau Pak Adji Suraji, mengatasnakan dirinya sebagai "Perwira TNI". Hati-hati dengan letusan gunung Sinabung, begitu juga hati-hati dengan letusan "gunung" tentara...
Salam Kompasiana ....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H