Mohon tunggu...
Muhamad Kurtubi
Muhamad Kurtubi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengajar di pendidikan nonformal, Ketua PKBM Edukasi Jakarta

Menulis itu mudah yang susah mempraktekannya. Mempraktekkan itu mudah kalau sudah banyak menulis... Jadi sering-seringlah menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Puasa untuk Memperkaya Diri

20 Agustus 2010   07:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:52 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_232942" align="alignright" width="300" caption="Mengantuk.. sumber: realitiseni.blogspot.com"][/caption] Judul ini terispirasi oleh khutbah sang khotib jum'at tadi di masjid wilayah Situ Gintung, Ciputat, Tangerang. Orang yang puasa katanya akan mendapatkan pahala yang belipat ganda.  Pahala yang dimaksud inilah kekayaan rohani, yang bisa menyelematkan orang-orang muslim agar masuk syurga. Dengan berpuasa dan begitu banyak aktivitas yang dilakukannya artinya mampu mendepositokan 'rekening' pahalnya. Sahkah puasa demikian, tentu sah-sah saja. Karena memang demikian adanya.  Semakin banyak berpuasa, dan melakukan amalan-amalan di bulan ramadhan baik siangnya apalagi malamnya, maka semakin banyak saja cadangan amalnya, begitu kata penceramah yang sering saya dengar pada moment tarawih. Tapi ternyata tidak setiap orang loh mendambakan pahala, sebab pahala yang banyak tidak semata-mata menjamin masuk sorga. Tidak serta merta yang banyakilmunya, banyak amalnya dan banyak sekali ibadah malamnya mampu menembus pintu syurga. Bahkan sebaliknya, pintu syurga sulit ditembus bahkan bisa mental jauh ke pintu neraka. Jadi ada dua tipe orang daam  beragama: pertama, karena mengharapkan syurga dengan memperbanyak amal ibadahnya. Kedua orang yang mengharapkan ridha Tuhan dengan banyak amal kebaikan bagi orang lain dan tentunya tidak melupakan ritualnya. Dimensi horizontal sebenarnya yang dikendepankan oleh puasa, orang yang puasanya rajin, tetapi masih tetap mengabaikan sisi sosialnya tentu orang ini tidak masuk dalam master plan puasa. Orang yang berpuasa dimansi sosialnya meningkat begitulah yang diharapkan. Karena betapa banyak orang yang melupakan dimensi sosial akan mengalami nasib yang sial, dan betapa banyak amal sedikit namun bernilai sosial juga bisa menyelamatkannya. Contohnya peristiwa di bawah ini. 1. Seorang wanita sholehah, malam-malamnya di isi dengan begitu banyak menghadap pada Tuhan, namun oleh Rasul SAW wanita itu ternyata calon penghuni neraka. Alasan Nabi, karena wanita tersebut adalah penebar masalah dengan para tetangganya. 2. Al Ghazali, penulis produktif yang  menulis banyak sekali buku, kira-kira hingga 70 jilid diimpikan oleh generasi setelahnya. katanya, pakar ilmu itu  masuk syurga bukan karena membela agama islam, bukan karena luasnya cakrawala dan banyaknya ilmu yang ditulisnya. Tetapi karena seekor lalat yang beliau relakan saat mau menulis tidak diusirnya. liat cerita lengkapnya di sini atau di sini dan masih banyak lagi. Puasa memang bisa memperkaya diri. Berlomba-lomba orang melakukan ritual ramadhan, namun di sisi lain, banyak yang sembunyi-sembunyi melakukan aksi sosial siang dan malam.  TIba-tiba pundak saya berasa ada yang menggoyang-goyang, semakin kencang bahkan pundak saya semakin sakit.  Karena penasaran, saya tengok siapa yang menepuk dan menggoyang pundak, ternyata orang-orang sudah rapih berbaris, lalu  kumandang komatpun selesai......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun