Mohon tunggu...
Muhamad Kurtubi
Muhamad Kurtubi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengajar di pendidikan nonformal, Ketua PKBM Edukasi Jakarta

Menulis itu mudah yang susah mempraktekannya. Mempraktekkan itu mudah kalau sudah banyak menulis... Jadi sering-seringlah menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Direktur PSMA: Paket C Tidak Akan Diformalkan

12 September 2014   05:58 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:55 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Direktur Pembinaan SMA, Harris Iskandar, PhD menyatakan bahwa pembinaan Paket C selama ini bukan untuk diformalkan tetapi untuk meningkatkan mutu.

“Persepsi masyarakat yang membedakan antara Paket C dan SMA. Padahal dalam hal ini mereka setara. Tidak perlu diterjemahkan lagi setara adalah sama.” paparnya  pada pembukaan T.O.T Supervisi Penyelenggaraan Paket C tahun 2014, bertempat di Hotel Preanger, Bandung  dari tanggal 9-11 September.

Hadir dalam  TOT Supervisi ini para pengawas SMA dari berbagai kota dari unsur Direktorat Pembinaan SMA, Widyaiswara, dari unsur Dinas Pendidikan Kabupaten dan dari unsur pelaksana pendidikan nonformal sendiri. Sebanyak 24 calon supervisor ini diberikan pembinaan teknis dan pembahasan instrumen yang ada untuk selanjutnya akan melakukan kegiatan supervisi di 50 SKB dan PKBM Negeri di 16 provinsi selama bulan September ini,

Lebih lanjut Harris Iskandar menyebutkan jumlah pelaksana pendidikan nonformal ada 4341  sedangkan yang diakreditasi hanya 3,1% saja. bahkan dari yang 3,1% ini saja syarat akreditasinya belum memiliki 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP). “yang paling rentan pada praktek penyelenggaraan Paket C itu pada standar prosesnya. Banyak iklan di internet yang secara vulgar menyampaikan dengan tarif harga, langsung ujian dan dijamin lulus, dan harganya ada yang sampai 5 juta.” tuturnya. Harris berharap penyelenggara Paket C yang mendapat Bansos dan BOP dari pemerintah  ini perlu dicek baik eksistensi antara rencana dan realisasinya.  Selain itu,  di berbagai tempat  sarana dan prasarananya juga masih kurang, karenanya sangat dimungkinkan sinergi antara Program Kesetaraan ini dengan sekolah formal. “Kami ingin dengan integrasi ini ada sinergi di lapangan antara fasilitas sekolah dengan PKBM saebagai pengelola Paket C.” Ungkapnya. Dalam penjelasanya, PKBM yang berada di daerah dapat menggunakan sarana yang ada di sekolah formal. Jangan sampai ada kejadian yang sangat ironis di mana ada  bangunan SMP dengan areal yang sangat luas sekitar 3 hektar sementara di sekolah itu ada program Paket B justru berada di rumah penjaga sekolah dengan membuka kelas di pagar rumahnya. Katanya menggunakan fasilitas yang ada di sekolah itu dilarang oleh kepala sekolah. Padahal mereka drop out dari sekolah itu. Tujuan Paket C Paket C merupakan program yang sifatnya less academic more practical meskipun ini lebih mirip kepada SMK, menurut Direktur Pembinaan SMA ini, tidak masalah jika setara dengan SMA bukan kepada SMK, karena  arahnya yang mirip. Dalam perjalanannya, Paket C selama tiga tahun ini, telah dibina oleh Direktorat Pembinaan SMA yang sbelumnya ditangani oleh Direktorat PNFI yang sekarang diubah menjadi Direktorat PAUDNI (Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal) sedangkan untuk Paket A dan Paket B ditangani oleh Dikdas. Memasuki ketiga tahun ini, Harris juga menegaskan pentingnya pembinaan Paket C agar target pada tahun 2020 generasi muda Indonesia dapat menikmati pendidikan menengah, agar dapat diterima lulusannya di pekerjaan yang layak atau mereka dapat meneruskan ke jenajang perguruan tinggi. "Untuk tahun 2015 ini pertaruhan tersendiri bagi Paket C, kami akan membina lebih banyak lagi dari yang sekarang baru 50 lembaga penyelenggara program Paket C", ujarnya. Paket C  ini merupakan  program masa depan, kalau ini negara maju dan programnya modern, dan ini merupakan program life long education. “Kalau kita sudah tidak punya waktu untuk sekolah maka Paket C ini sangat bagus bahkan UNESCO sangat mengapresiasi  terhadap Paket A, Paket B dan C di Indonesia. Mereka memuji dan mengembangakan dan ditiru di negara-negara lian.” katanya. “Saya kira Paket C ini akan hidup terus dan kita bisa tunjukan kepada dunia, bahwa paket C ini ternyata bagus. Mengarahkan ke arah yg benar dan benar sehingga menjadi bagus”, pungkasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun