Mohon tunggu...
Epin Koertik
Epin Koertik Mohon Tunggu... Lainnya - Pengacara

Pemerhati Sosial Kemasyarakatan, Hukum, Politik dan Hidup Sehat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berpikir Normatif Bernalar Positif

14 Januari 2023   07:15 Diperbarui: 14 Januari 2023   18:49 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Implementasi hasil pola pikir tiap manusia relatif berbeda namun pola aplikasinya cenderung sama. Dalam filosofi kehidupan pola pikir didefinisikan sebagai; olah pikir, sikap, opini, mentalitas yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi seseorang. Pola pikir disebutkan; "keyakinan yang membentuk dan atau membangun cara berpikir memahami alam/dunia (perilaku) dan diri sendiri".*)

Sementara konsep berpikir normatif adalah sesuai pedoman dimiliki, yang umumnya berstandar evaluatif. Dari hal yang bersifat umum dirunut ke hal sifat khusus yang kemudian disimpulkan.

Pola pikir normatif terstruktur dalam;

- Pedoman, 

- Evaluatif,

- Kesimpulan.

Adanya perilaku berlawanan dengan berpikir normatif adalah berpikir Linear, yakni; monoton tidak mengikuti siklus atau tahapan, sulit menerima pendapat dari orang lain yang berbeda/berseberangan pendapat dengannya.*)

Kecenderungan perilaku tersebut bisa terperosok kedalam berpikir egosentris; lebih mementingkan dirinya, tidak berkemampuan membedakan sudut pandang sendiri terlebih sudut pandang orang lain, ditambah lagi "terinfus hasutan pembenaran diri dengan menyalahkan orang lain", karena bermuatan dalil/dasar acuan atau rujukan pembenaran, kesimpulan mentahpun dapat diterima olehnya.

Kalangan usia remaja yang kaya imajinasi akan rentan terinfeksi gaya egosentrisme. Bila demikian maka kelak akan menjadikan dirinya berorientasi pada kekuasaan bertameng pada kedudukannya, baik kekuasaan diwilayah terkecil maupun lebih luas. inilah yang disadari atau tanpa disadari digunakan terus menerus ditularkan kesebagian pengikut dalam kelompok masyarakat tersebut. Virus egosentris akan mudah bersemai dalam pola pikir politis ideologis. Sebenarnya politis ideologis itu sah-sah saja karena terkonsep baik, entah apa jadinya bila oleh sebagian kalangan merubah isinya berpedoman pada kepentingan ideologinya, yang sangat bertentangan dengan kultur, adat budaya, tradisi berkehidupan dalam berbangsa dan bernegara. Ini akan bisa berdampak sangat buruk, karena besar kemungkinan hanya sedikit penerimaan dan besar penolakan.

Inilah realita sosial, masyarakat menikmati pola pikir politis ideologis, seakan tahu banyak, berbeda dari yang lain dan terasa lebih baik, lebih dekat ke Tuhan, juga kekuasaan dan kebenaran selalu berpihak. Contoh (1): dengan adanya penolakan bantuan gempa didaerah wilayah Jawa Barat, dari dan oleh yang berbeda keyakinan agama, terlebih miris lagi sang pejabat mengkorupsi dana bantuan tersebut, inilah buah hasil tanam pola pikir politis ideologis. Kaum penolak bantuan, mereka hanyalah penggembira dan korban hiruk pikuk pergulatan politik di alam demokrasi yang sedang berbunga, masyarakat mulai terkotak-kotak, sangat disayangkan bila mereka tetap bertahan dengan pola pikirnya yang sempit, wajib sadar akan ketidaktahuannya, bahaya yang akan timbul oleh sebabnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun