Mohon tunggu...
Epin Koertik
Epin Koertik Mohon Tunggu... Lainnya - Pengacara

Pemerhati Sosial Kemasyarakatan, Hukum, Politik dan Hidup Sehat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berpikir Normatif Bernalar Positif

14 Januari 2023   07:15 Diperbarui: 14 Januari 2023   18:49 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sangatlah memprihatinkan, puncaknya berawal dari PILKADA DKI., stimulus pola pikir masyarakat Jakarta th 2017 termakan oleh perilaku kaum politis ideologis, yang semakin mengental dan akhirnya terstruktur keseluruh wilayah lainnya di Indonesia. Dalam kelompok usia masyarakat, hanyut dalam provokasi di usia remaja 20-25 th terjebak di usia 25-40 th, terperangkap di usia produktif 40-55 th, dan mengkristal diusia 60 th keatas.

Oleh sebab tersebut pola pikir jernih terkesampingkan, pola pikir positif terabaikan, sepatunya mengedepankan adab, etika dan kesopanan masyarakat majemuk yang semakin kompleks, sudah teredukasi dan sudah terkonsep (keilmuan) lewat proses pendidikan formal, sosial, lingkungan keluarga dan lingkungan sekitarnya, terpatri dalam jiwanya. Kini telah terluka dan menimbulkan bekas bercak hitam yang sulit dihilangkan.

Manusia waras senantiasa berpikir dipengaruhi oleh tabiat/karakter, habit (kebiasaan), kontrol emosional berbekal pengalaman dan ilmu pengetahuannya. Namun lewat bekal tersebut terkadang pola pikir bisa berubah-ubah oleh sebab dinamika sosial kehidupan, yang terus tumbuh dan berkembang. Contoh (2); pembunuhan berencana oleh tersangka Jenderal Polisi bintang dua pada anak buahnya. Dilakukan dikediaman rumah dinas bersama isteri dan anggota pengawal lainnya. Manusia menjadi lebih agresif berpikir non ilmiah; tidak berdasarkan bukti-bukti, hanyalah berdasarkan fakta pribadi tidak mendalam dan tidak dapat dipertanggungjawabkan yang belum diketahui kebenarannya. Dimana dalam situasi dan momentum dia merasa di dzolimi oleh sebab ramuan informasi hasil sifat egosentrisnya sendiri, yang lebih mengededepankan kekuasaan, kebutuhan sesaat, napsu dan atau kepentingan.

Apa jadinya bila pola pikir politis ideologis, egosentris demikian telah mendarah daging dalam diri, keluarga dan lingkungan kecil sekitar yang terus menerus ditularkan dibiarkan tumbuh (?)".

Inilah problem manusia sebagai makhluk sosial, dia bisa merubah sendiri pola pikirnya menjadi lepas kontrol. Contoh (3): mereka para koruptor. Apakah ini suatu pribadi normal? Ya! normal", hanya manusia normalah pelaku korupsi berjamaah, dengan permainan logika pikir si pelaku itu sendiri, maka akan terkesan logis bagi jamaahnya.

Sampai dengan detik ini terkesan alergi untuk berpikir normal (sehat) dengan landasan nalar positif berkiblat pada nurani, sebenarnya ini hal mudah bila diawali dengan setiap tindakan, pesan atau perkataan apa saja yang akan disampaikan atau diterima, selalu dengan kehati-hatian tidak terburu-buru. Sikap dan tindakan apapun juga kredibel lisan itu mudah diakses; melihat, mendengar, membaca yang selaras norma-norma kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara, sehat jasmani berhati nurani.

Bila demikian akan sangat mengganggu pekerjaan, proses belajar dan aktivitas sehari-hari, bahkan mengganggu orang sekitarnya. Karena pola pikir seperti ini sudah semakin liar, bebas tanpa batasan adab dan etika moral landasan bangsa ini. Seperti; ucapan/tulisan/komentar kebohongan, kebencian, hinaan, sumpah serapah, dll.

Marilah bersama-sama berpikir dengan konsep normatif bernalar positif, wajib dikembangkan dan dioptimalkan dengan kerja keras, seiring waktu penuh dedikasi tinggi. seperti; ucapan/tulisan/komentar kebahagiaan, keselarasan, kenyamanan, keindahan, apresiasi dan supporting (dukungan lebih baik) dan mengedukasi. 

Mulailah dengan pola pikir: *)

- maju tumbuh dan berkembang,

- berani mengambil resiko dengan segala perhitungan matang dan cerdas,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun