Sudah seminggu terakhir ini kelangkaan premium terjadi di Pekanbaru, mungkin juga dikota-kota lain. suatu pemandangan yang tak asing lagi di setiap SPBU ada antrian kendaraan yang panjang ny tak kurang dari seratus meter.keadaan ini membuatku bertanya-tanya dalam hati, "inikah realita yang harus diterima masyarakat Riau yang notabene merupakan daerah penghasil minyak terbesar di Indonesia?"
tapi mungkin tidak, setelah aku membaca sebuah postingan mas Bujang Senang yang menyebutkan ini hanya lah permainan pemerintah yang terselubung untuk menghilangkan secara perlahan subsidi BBM itu. jadi secara tidak langsung dan perlahan, masyarakat dialihkan kepada penggunaan pertamax.Bagaimana tidak, pertamax aja ada, bagaimana mungkin premium bisa habis?.. toh bukan nya produksi bahan bakar premium lebih banyak dari pada pertamax?? ya, itu kembali lagi ke persepsi kita menanggapi semuanya. apakah sebuah permainan atau realita yang sebenarnya.
“Premium habis, Pertamax ada” , begitu lah tulisan yang tertera di papan berukuran 30 x 50 cm di depan SPBU samping Jalan Surabaya Tangkerang beberapa hari yang lalu. Niat untuk mengisi bensin motor kali itu saya batalkan bukan karena tidak mau ikut dalam antrian panjang pengisi pertamax, tapi karena uang didalam kantong ini memang tidak cukup untuk membeli satu liter Pertamax yang berharaga sembilan ribuan.
Mungkin ini sebuah wacana yang tepat bagi kita dalam program penghematan energi BBM. Bagaimana tidak, pengguna sepeda motor di Pekanbaru saat ini telah mencapai ribuan, itu jelas melebihi dari kapasitas ruas jalan yang ada di Kota ini. Dalam satu hari saja Pihak SPBU Kaharudin Nasution mengatakan dapat menghabiskan sekitar 1000 liter premium, dan 800 liter solar. Ini jelas kurang berbanding lurus dengan jumlah kendaraan bermotor yang ada.
Baca artikel lengkapnya di http://mynameiskurt.blogspot.com/2011/03/bersepeda-pilihan-alternatif-krisis-bbm.html
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI