Â
Sudah satu setengah  abad saya hidup tapi masih dalam bayang bayang keraguan. Satu setengah tahun yang lalu saya divonis hukuman dipenjara. tapi sekarang saya menerima grasi dari otoritas tertinggi pemerintahan. Saya bisa memilih untuk bebas atau melanjutkan masa hukuman saya. dan saya memilih untuk bebas, tapi saya ragu karena sayapun merasa dalam penjara ternyata cukup nyaman didalamnya. Beberapa hari semenjak saya bebas saya masih dihantui bayang bayang keraguan. Kalau dipenjara ya enak, semua diurusin dan ada saja yang harus dikerjakan.
Penjara memang bukanlah tempat yang enak, tapi setelah dilihat ternyata dunia bebas pun tak kalah lebih tidak enak dibandingkan dengan penjara. Penuh dengan kepalsuan dan bayang bayang penghianatan. Kalau penjara jelas, kami disatukan karena dianggap jahat oleh orang orang dari dunia bebas.
Saya akui saya sering ragu dalam pilihan hidup saya, sejak kecil saya bercita cita menjadi seorang astronot, karena membaca berita pendaratan manusia pertama di bulan, 1969. Entah sejak kapan saya beralih menjadi seorang pembunuh bayaran. Kala itu ketika saya mendapatkan misi untuk membunuh sebanyak 5 orang. Saya iya kan saja, mengingat ini pekerjaan yang cukup mudah dengan kemampuan saya. Dan betul saya berhasil membunuh mereka semua, tapi karena kurang kehati hatian, justru hal ini merupakan jebakan dari orang yang menyuruh saya. Walhasil sayapun divonis 100 tahun penjara.
Harusnya jika mengikuti pola hidup saya kebebasan saya seperti uang dengan dua sisi. Masih tidak mengertipun kenapa saya harus bebas?.
Sewaktu didalam penjara saya bertemu dengan mantan bandar judi yang ditangkap karena kalah saing dengan para pesaingnya dari negeri seberang. Beliau bijak, karena setiap perkataannya memangf logis dan filosofis. Bahkan orang orang di penjara menyebutnya sokrates dari las vegas. lucu bukan? bukannya sokrates itu dari athena. Julukan bukannya sebagai sokrates bukanlah isapan jempol semata karena banyak para napi yang ingin mengakhiri hidupnya, tapi tidak jadi karena mendengar petuah dari beliau. Beliau pernah berkata kepada saya, bahwa sejatinya hidup memang memiliki banyak persimpangan dan cara terbaik untuk memilih persimpangan yang benar ialah tidak menyesal dan tidak peduli dengan bayang bayang keraguan yang akan datang.
Dan, inilah persimpangan yang kupilih dalam hidupku, memilih keluar dari penjara. ketika kulangkahkan kakiku di dunia bebas serasa semua kenangan hidupku dalam penjara itu berputar kembali dengan cepat dalam ingatan dan hatiku. saya harus tetap yakin bahwa inilah yang terbaik dan disini sekarang, saya bukannya mau berkata jalankan saja dulu tapi tetap jalankan dan hilangkan keraguan yang hanya akan menguras banyak tenaga kita. capek bukan, jika harus berhenti sejenak karena dihantui oleh bayang bayang keraguan itu lagi, toh juga pada akhirnya kita harus tetap jalan. dan ini bukan tentang saya, penjara dan persimpangan. lalu ini tentang apa? entahlah semua bebas menafsirkan apa maksudnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H