Mohon tunggu...
Heri Kurniawan
Heri Kurniawan Mohon Tunggu... Pustakawan - Mengabdi Bumi

Hidup di bawah langit Jogjakarta. Mencoba Berbagi dengan tulisan sederhana.\r\nEmail: ryawan_81@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Senyum Anda untuk Siapa?

23 November 2017   10:22 Diperbarui: 23 November 2017   16:38 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Manusia adalah sama, itu di tangan Tuhan, yang membedakan hanya ketaqwaannya. Tapi bagaimana jika di hadapan manusia? 

Ada sebuah cerita yang menggelitik saya alami di tempat kerja. Kebetulan siang itu saya duduk di pos satpam bersama teman-teman. Saya mengamati tamu-tamu yang berlalu lalang. Sebut saja sebuah pengamatan perilaku sosial. Saya mencoba membandingkan tingkah laku para "pecandu kehormatan" yang saya pilih sebagai sample.

Saya mencoba membandingkan sikap mereka saat menyapa tamu biasa dengan tamu yang "luar biasa", dalam hal ini pejabat.

Setelah ada beberapa tamu yang biasa, dan tanggapan pun biasa pula. Rona muka yang tidak berseri, bahkan jabat tangan pun tanpa ekspresi. Kini tiba saat ada pejabat datang. Saya coba mengamati, dan kebetulan ada beberapa teman disamping saya. Mobil yang mengangkut pejabat itu pun parkir. Dan keluarlah sang pejabat dari mobil dinasnya.

Sesaat para "pecandu kehormatan" belum sadar akan datangnya sang pejabat. Terus kita amati gerak-gerik mereka. Setelah beberapa saat "pecandu kehormatan" bersikap selayaknya robot. Setelah bertatap muka dengan pejabat, mereka mendadak bisa berubah secara  drastis.  Wajah mereka berubah menjadi berseri-seri, senyum menghias muka layaknya bertemu dengan raja,  mereka berjabatan tangan dengan begitu "mesra".

Ada perbedaaan mencolok di sana. Antara ramah dan tidak ramah, antara muka masam dan muka aroma surga. Dari sini dapat ditarik argumen, ternyata banyak dari kita yang bersikap tidak proposional. Senyum kita hanya untuk sebagian orang saja, keramahan kita hanya untuk sekelompok orang saja. 

Padahal manusia semua sama, sama-sama membutuhkan udara untuk bernafas, sama-sama tinggal di planet bumi. Dan sama-sama dilahirkan dari seorang ibu. Saya akhiri dengan pertanyaan, "senyum anda untuk siapa?".   Masihkah hanya untuk mereka yang berpotensi menguntungkan anda. Marilah kernyitkan dahi bersama-sama.

Senyum manismu dihadapan saudaramu adalah shadaqah (HR. Tirmidzi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun