Warga Saradan Terong Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul, melestarikan upacara ritual tradisional bersih (merti) dusunnya dengan cara mementaskan kesenian tradisional tayuban dan wayang kulit, Senin (16/3/2020).
Upacara ritual tradisional bersih (merti) dusun ini dilaksanakan dengan pentas tayuban di komplek Belik / Sendang Suro Setiko dimana Belik / Sendang Suro Setiko ini menjadi tempat dilaksanakan pentas seni bukan tanpa alasan namun karena memang dari jaman dahulu belik ini merupakan sumber kehidupan masyarakat sekitar yang sudah dilaksanakan sejak puluhan tahun silam hingga kini. Pentas seni tayub ini menjadi agenda rutin setiap merti dusun guna melestarikan kebudayaan ini dan sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan atas segala limpahan rezeki dan hasil bumi masyarakat sekitar yang dipercaya memberikan manfaat bagi kemakmuran dusun dan warganya sekaligus untuk mengenalkan kepada generasi muda bahwa kesenian tayub ini sebenarnya bukan hanya untuk kalangan orang tua saja namun bisa dinikmati generasi muda juga.
Pentas seni tayub ini terdiri sinden, 2 penari tayub serta penata gamelan yang membuat alunan musik bernilai seni tinggi dan sarat akan makna kebudayaan. Tayuban dimulai dengan "kibar jogetan" untuk mengiringi kirab dan rayahan gunungan. Kemuadian "blendrongan" (tarian oleh penari putri). Disusul Kaulan atau warga mengumpulkan uang sambil meminta bedak kepada penari bahkan banyak anak-anak yang dimintakan bedak dengan maksud agar menjadi anak baik dan pintar. Terakhir mereka melakukan Tombokan atau memberikan saweran untuk penari sembari ikut menari.
Acara tradisi ini diikuti dan disaksikan oleh sekitar 100O penonton. Sebagian dari mereka mengikuti Kaulan dan Tombokan serta "ngibing" (memberikan saweran dan menari bersama penari tayub). Pada bersih dusun kali ini, juga dihadiri oleh Bupati Bantul Drs H Suharsono yang sekaligus meresmikan prasasti Sendang Suro Setiko, dimana pada acara bersih dusun ini Bupati Bantul Drs H Suharsono memberikan tanggapan bahwa melalui acara merti dusun ini bisa untuk melestarikan budaya lokal dan meningkatkan kebersamaan warga.
Setelah diadakan acara pementasan tayuban ini yang dilaksanakan pada pagi hingga siang hari dilanjutkan dengan acara yang kedua yaitu pada malam harinya dilanjutkan pentas wayang kulit yang dibawakan oleh dalang Ki Wahyu (warga Dlingo) dengan lakon Semar Mbangun Kayangan. Dalam acara pementasan wayang kulit pada malam hari itu juga banyak warga dan masyarakat sekitar yang antusias untuk hadir dan ikut memeriahkan acara tersebut, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Sedangkan uang yang dapat terkumpul dan diperoleh dari warga pada acara pementasan tayuban tahun ini yaitu 50 persennya dimasukan kedalam kas dusun Saradan dan sisanya untuk nanggap acara pementasan tayuban ini dan pementasan wayang kulit beserta dengan keperluan lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H