Mohon tunggu...
Kurnia Mayang Sari
Kurnia Mayang Sari Mohon Tunggu... lainnya -

sang pembelajar dengan rasa ingin tahu yang tinggi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bersamamu...Cinta

4 Desember 2013   19:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:19 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Memandang jam dengan jarumnya yanng terus berputar. Tiga buah jarum secara kompak berputar sesuai dengan posisi dan fungsinya. Detik demi detik menuju menit. Menit demi menit berputar menuju jam. Jam demi jam terlewati menutup hari-hari, terus dan terus berputar. tak tersasa hari kian berlalu berganti dengan minggu. Minggu-minggu terlewati, masih dengan detik yang terus berputar. Ribuan, puluhan ribu, bahkan jutaan detik sehingga semua berlalu mencapai bulan dan tahun. Iya...mencapai bilangan bulan dan tahun.

Hei...Kamu...Iya kamu, kamu yang sedang menoleh ke arah ku. menoleh bahkan berbalik ke arah ku. Perlahan berjalan mendekatiku. Sadar akan panggilan ku? Atau hatimu yang menuntunmu sampai kepadaku? Apapun alasanmu, tetap aku yang kau tuju. Melihat kau menoleh saja, aku merasa sedang berjalan di atas pelangi. Dan sekarang aku melihatmu melangkah ke arah ku. Seandainya ada pengeras suara dari dalam dada, aku rasa kau akan tertawa mendengar degup jantungku yang berirama dengan nada kacau bagai orkestra tanpa pemandu.

Konyol. Aku rasa sangat konyol. Wajahku memerah seketika, saat melihat bingkisan senyummu yang indah dibungkus tawa yang renyah. serasa es di kutub utara mencair dan meluncur dengan cepat ketika kau menyebut namaku. Kali ini aku benar-benar bisa tersenyum bersamamu, terimakasih telah hadir dan membingkai senyuman indah di bibirku. tak ada keraguan bagiku untuk terus tersenyum tanpa takut akan berganti dengan deraian air mata. Apa yang aku rasa dari apa yang kau beri, bagai oase padang pasir yang selalu dinanti.

Lihat di ufuk timur kala engkau membuka mata dari tidur indah mu. Ada mentari yang bersinar hangat seolah tersenyum pada mu. Ku titipkan salam padanya, salam cintaku pada mu. Salam hangat untuk mengawali setiap pagi indah mu. Teruslah tersenyum untuk ku dengan cinta di hati mu. Tuhan menitipkan senyum itu untuk ku melalui senyum mu.

Terimakasih.... Cinta...

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun