Pada tahun ajaran baru  biasanya sekolah menginformasikan kembali aturan-aturan sekolah kepada murid-muridnya. Namun apakah peraturan-peraturan sekolah itu efektif untuk mendisiplinkan murid dan dapat mendukung budaya positif di sekolah? Atau adakah cara lain agar murid dengan secara sadar dapat menerapkan kesidisiplinan?
Apakah Bapak Ibu pernah mendengar kata disiplin positif? Disiplin positif merupakan upaya untuk mendisiplinkan siswa dengan tanpa adanya kekerasan. Hal ini bisa dilakukan dengan berkomunikasi untuk menumbuhkan kesadaran murid dalam melaksanakan disiplin demi tujuan yang mulia.
Terkait dengan tujuan mulia, saya teringat dengan tujuan mulia pendidikan yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara yakni menuntun segala kodrat yang dimiliki anak  agar mereka sebagai individu atau anggota masyarakat dapat meraih keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Terkait hal tersebut disiplin positif sangat relevan dengan tujuan pendidikan yang disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara.
Cara menumbuhkan budaya disiplin positif diantaranya dapat dilakukan dengan menumbuhkan keyakinan terhadap nilai-nilai kebajikan. Misalnya seseorang yang memakai helm saat berkendara, tidak hanya terbatas pada peraturan, namun jika seseorang sudah menyadari akan nilai-nilai kebajikan tentang keselamatan, maka memakai helm lebih pada keaykinan bukan sekadar peraturan. Dari ilustrasi tersebut, kita dapat membedakan bahwa peraturan bersifat eksternal sedangkan keyakinan bersifat internal. Sehingga keyakinan lebih efektif untuk pendisiplinan.
Murid juga harus ditumbuhkan keyakinan akan nilai-nilai kebajikan yang kita percayai bersama. Salah satunya yaitu nilai-nilai karakter yang ada pada Profil Pelajar Pancasila. Untuk menumbuhkan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila, kita sebagai guru dapat memfasilitasi murid dalam membetuk keyakinan kelas. Keyakinan kelas merupakan hal-hal yang disepakati dan diyakini bersama oleh warga kelas untuk dilaksanakan guna mencapai tujuan mulia.
Cara menyusun keyakinan kelas diantaranya adalah dengan melakukan diskusi dengan murid tentang kondisi ideal yang mereka inginkan dalam kelas mereka untuk menudukung pembelajaran. Selanjutnya guru dapat memfasilitasi diskusi agar murid dapat mengusulkan peraturan-peraturan kelas yang mereka inginkan. Jika usulan murid masih ada yang menggunakan kalimat negatif, maka guru bersama-sama murid mengubah kalimat negatif tersebut menjadi kalimat positif. Selanjutnya guru bersama murid menyarikan peraturan-peraturan tersebut ke dalam keyakinan kelas yang disepakati bersama.Kemudian mereview kembali keyakinan kelas tersebut.
Untuk dapat memperdalam tentang nilai-nilai keyakinan kelas yang telah disepakati bersama, guru dan murid dapat membuat tabel T untuk setiap nilai-nilai keyakinan kelas guna memperjelas hal yang tampak dan tidak tampak dalam melaksanakan keyakinan kelas tersebut. Selanjutnya, guru juga membuat tabel Y untuk memperjelas hal yang terdengar, terlihat, dan perilaku murid yang dapat menunjukkan pelaksanaan keyakinan kelas yang telah disepakati bersama.Â
Dengan membentuk keyakinan kelas bersama murid diharapkan dapat mendukung budaya disiplin positif sekolah sehingga tujuan mulia pendidikan dapat terwujud. Saya ST Kurnia Khasanah, guru penggerak angkatan 8 telah melakukan deseminsasi Budaya Disiplin Positif di sekolah dan melakukan praktik mewujudkan budaya positif di sekolah melalui pembentukan keyakinan kelas. Dengan bersama-sama murid membentuk keyakinan kelas, murid merasa bahagia dan dihormati karena mereka dilibatkan dan didengar pendapatnya dalam membentuk budaya positif di sekolah. Â Sehingga diharapkan akan memunculkan kesadaran diri murid dalam mendukung budaya disiplin positifi sekolah.
Untuk video deseminasi saya dapat dilihat di Platform Merdeka Mengajar pada link berikut  https://guru.kemdikbud.go.id/bukti-karya/video/333133   atau di link youtube  https://www.youtube.com/watch?v=bdjRoqBLZtI&t=198s
