Mohon tunggu...
Kurniadji Kurniadji
Kurniadji Kurniadji Mohon Tunggu... profesional -

berusaha menjadi manfaat bagi sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Uang elektronik, mempersulit atau memudahkan ?

10 Juni 2015   13:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:08 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan Agustus 2014 Pemerintah RI diwakili Bank Indonesia mencanangkan “Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT)”. GNNT ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat menggunaka alat tukar bukan uang kontan, sehingga kemudian diharapkan masyarakat terbiasa menggunakan alat tukar non-tunai dalam melakukan transaksi ekonomi harian (http://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-pers/Pages/sp_165814.aspx).

Alat tukar non-tunai yang digunakan untuk tranasaksi ekonomi sehari-hari ini berbentuk kartu plastik atau kartu plastik dilengkapi chip yang sering disebut SIM card (Subscriber Identity Module).

Di Jakarta, penggunaan uang kontan pada transportasi umum mulai digeser oleh uang kartu plastik (UKP) ini. Pengguna jasa transportasi busway, KRL, bayar tol, parkir kendaraan, sudah mulai lazim menggunakan UKP yang sering disebut e-money, e-ticketing, tap card, flash card.

Sebuah bank yang sudah mendesain UKP tersebut sehingga bisa digunakan untuk busway, KRL, membayar jalan tol, parkir kendaraan, hingga membeli barang di toko-toko tertentu. Sebaliknya ada bank yang mencantumkan bermacam-macam manfaat pada UKP tersebut, tapi ternyata hanya bisa digunakan untuk satu atau dua macam fungsi.

Seberapa jauh manfaat uang elektronik tersebut ?

Selain mudah dibawa, kita tidak perlu menghitung-hitung uang kembalian dan tempatnya. Saldo yang masih bisa digunakan juga bisa langsung dilihat totalnya. Berbeda dengan uang kontan, yang sering harus kita hitung di atas meja receh demi receh supaya kita tahu berapa sisa uang yang bisa kita gunakan.

Penggunaan uang elektronik ini ternyata bisa menjadi prediksi, seberapa tingkat ekonomi atau kesejahteraan warga di suatu tempat.

Semakin banyak pengguna uang elektronik di suatu wilayah, berarti tingkat kesejahteraan dan ekonomi warga di situ lebih tinggi.

Penggunaan uang elektronik memerlukan perhitungan kebutuhan, penggunaan, dan kemampuan finansial yang harus dipertimbangkan mulai awal. Ini berarti mempunyai uang elektronik harus memiliki tingkat kemampuan berpikir intelektual yang cukup.

Amat tidak bijaksana bila sebagian besar penghasilan kita langsung dialokasikan pada uang elektronik. Sebaliknya, alokasi yang terlalu sedikit, kadang akan menghambat kegiatan. Sebagai contoh, untuk uang kartu plastik yang benar-benar multi fungsi, bisa digunakan untuk transportasi KRL, busway, parkir, jalan tol ; penulis bisa mengalokasikan dana hingga Rp.200.000,- Sebaliknya pada kartu yang bisa digunakan untuk satu macam moda transportasi saja (padahal gambar di kartunya seolah-olah fungsinya banyak), penulis maksimal mengisi Rp.20.000,-

Repotkah menggunakan uang kartu plastik tersebut ?

Menggunakan UKP untuk transportasi umum diperlukan kesabaran tersendiri. Menempelkan UKP pada pembaca kartu (card reader) tidak boleh terburu-buru, harus benar-benar menempel, membaca saldo pada UKP, dan memastikan lampu hijau tanda dipersilakan masuk sudah menyala. Sering kali karena panik ingin segera mengejar KRL yang sudah datang, atau busway yang sudah muncul, UKP hanya disentuhkan ujungnya saja. Akibatnya tentu saja penghalang tidak mau membuka, dan pinggang calon penumpang yang berjalan bergegas itu akan tertumbuk penghalang.

Demikian pula penggunaan UKP di gardu tol otomatis (GTO) harus sabar, hati-hati, dan waspada. Saat memasuki GTO dan di samping alat pembaca kartu, mobil harus benar-benar posisi berhenti, berhati-hatilah sewaktu menempelkan UKP pada pemindainya supaya tidak lepas dari tangan atau terjatuh. Setelah itu pemindai bersuara,”Silahkan masuk”, kita tidak bisa langsung menginjak pedal gas mobil. Perhatikan dulu apakah penghalang sudah benar-benar terangkat dan mobil kita tidak nyangkut di penghalang tersebut.

Berbeda bila menggunakan uang kontan dan diterima petugas. Mobil cukup mengurangi kecepatan, kemudian dengan kelihaian pengemudi dan petugas penerima pembayaran uang kontan dan karcis tol bisa berpindah tangan dalam waktu kurang dari satu detik.

Jadi, menggunakan UKP butuh waktu lebih lama ?

Menurut saya, menggunakan UKP diperlukan ketenangan, kesabaran, ketelitian, dan kompartemen yang berbeda di dompet. Walau agak rumit, tapi tidak sulit dan lama dibanding harus mencari-cari uang kontan pecahan kecil.

Bila nantinya UKP bisa dipakai untuk membayar toilet umum, saya pastikan toilet tersebut tidak akan kondisi jorok dan berbau seperti sekarang.

Sekian,

Ranger Betawi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun