Mohon tunggu...
Kurnia Dewi
Kurnia Dewi Mohon Tunggu... Lainnya - IRT

Semua untuk Allah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemuda Muslim FOMO, Yay or Nay?

15 Oktober 2024   17:23 Diperbarui: 15 Oktober 2024   17:41 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

FOMO atau Fear of Missing Out, adalah sebuah fenomena dimana seseorang merasa takut akan tertinggal sesuatu baik berita maupun trend tertentu. Seperti baru-baru ini, publik diramaikan dengan trend baru yakni mengoleksi boneka monster yang diciptakan oleh seorang seniman Hongkong. 

Boneka ini viral setelah seorang idol top terlihat mengenakan dan mempostingnya di jejaring sosial. Tak lama berselang, mulai banyak pop-up store yang diadakan di beberapa negara diserbu oleh orang-orang, baik dari kalangan penggemar maupun sebatas ikut-ikutan. 

Sistem "mystery box" sebagai strategi marketing pun membuat pembeli berlomba-lomba mengoleksi meskipun harus merogoh kocek fantastis hanya demi sebuah boneka. Apakah tidak boleh membeli boneka dengan harga mahal? Boleh. Tetapi FOMO bukanlah gaya hidup yang boleh dipelihara oleh seseorang, terlebih jika ia adalah seorang muslim.

Banyak muslim terutama para pemudanya yang tidak sadar bahwa FOMO berakar dari kapitalisme yang melahirkan gaya hidup bebas, hedon dan konsumtif. 

Kapitalisme menyumpal pemikiran pemuda muslim dengan kesenangan sesaat dunia, sehingga mempersulit mereka untuk membedakan yang mana hasrat dan kebutuhan. Belum lagi didukung oleh aktivitas interaksi berbasis teknologi yang kini bisa dibilang sebagai "kebutuhan mendasar" di era digital. 

Flexing pun menjadi tangga pijakan kelas sosial. Membuat para penganut kapitalisme merasa ketakutan akan cap ketinggalan zaman jika tidak meng-update gaya hidupnya seperti gaya hidup yang sedang digandrungi oleh kebanyakan pemuda masa kini. Walhasil, pemuda muslim turut menjadi sasaran empuk kapitalisme dengan dibajak potensi dan identitasnya

Apa sebenarnya potensi pemuda? Sebuah rahasia umum bahwa pemuda adalah agen perubahan. Sehingga banyak program-program kapitalisme menggaet para pemuda untuk melancarkan program mereka. Bagaimana dengan pemuda muslim? Mereka spesial. Identitas muslim berarti Islam ada dalam kehidupan mereka. 

Islam adalah sebuah agama yang memiliki aturan yang menyeluruh tentang kehidupan. Islam adalah agama mabda'i. Islam adalah ideologi dimana al Qur'an dan as sunnah adalah sumber hukum, halal haram adalah standar kehidupan, dan rida Allah adalah standar kebahagiaan. 

Islam berbeda dengan kapitalisme. Akidah dari kapitalisme adalah pemisahan agama dari kehidupan dan standar kebahagiaannya adalah materi. Dengan kata lain, Islam adalah musuh bagi kapitalisme. 

Jika kapitalisme berhasil membajak potensi dan identitas para pemuda muslim, maka terbajak pula kebangkitan dari Islam itu sendiri. Kapitalisme membuat mereka merasa insecure dengan identitasnya sebagai seorang muslim. 

Seperti proyek Countering Violent Extremism (CVE) yang diaruskan Amerika secara global dan The UN Global Counter-Terrorism Strategy-nya PBB telah menjadikan pemuda muslim terkooptasi dengan narasi radikalisme dan terorisme yang dilekatkan pada Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun