Dira Nur Amelia Rachman, Aulia Putri Pratiwi Wijaya, Kurnia Aulia, Izzan Ghani Fadi Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta, IndonesiaÂ
AbstrakÂ
Definisi zikir dapat ditinjau dari segi bahasa iaah lughatan dengan arti mengingat, sementara zikir secara istilah dapat dimaknai sebagai mambasahi lidah dengan mengucapkan pujian secara berulang kapada Allah SWT dengan tujuan untuk mengingat sang pencipta. Zikir sendiri merupakan amalan ibadah hati dan lisan yang tidak mengenal batasan waktu, zikir juga dapat dilakukan dalam keadaan beridiri, duduk dan berbaring. Kegiatan Ibadan ini mudah sekali untuk dijalankan agar kita sebagai manusia senantiasa mengingat Allah SWT dalam situasi dan kondisi apapun. Zikir juga tidak hanya ibadah yang bersifat lisaniyah, namun juga qalbiyah yang pada praktiknya bersamaan dengan mengucapkan secara lisah dan hati sehingga adanya ketenangan jiwa pada manusia yang menjalankannya.
AbstractÂ
The definition of remembrance can be viewed in terms of language, i.e. lughatan with the meaning of remembering, while remembrance in terms can be interpreted as wetting the tongue by repeating praise to Allah SWT with the aim of remembering the creator. Dhikr itself is a practice of heart and verbal worship that knows no time limit, dhikr can also be done standing, sitting and lying down. This worship activity is very easy to carry out so that we as human beings always remember Allah SWT in any situation and condition. Remembrance is also not only an oral worship, but also qalbiyah which in practice coincides with reciting verbally and in the heart so that there is peace of mind in the people who carry it out. Â
Pendahuluan Kompleksifitas mengenai manusia yang merupakan makhluk ciptaan Allah SWT telah lama menjadi bahan kajian bagi para pemikir Islam. Mendasari bahwa manusia telah banyak disebutkan dalam al- Qur'an yang diantarannya menerangkan bahwa manusia didalamnya terdapat dua unsur, unsur ini kemudian memisahkan antara unsur materi seperti tubuh manusia diciptakan dari tanah yang berada di bumi, sementara pada unsur yang kedua ialah unsur nonmateri seperti ruh yang didalamnya terdapat jiwa manusia merukapan unsur gaib, al- Qur'an juga turut menerangkan bahwa ruh manusia sudah masuk kedalam tubuh manusia semenjak berada pada fase janin yang ada di dalam kandungan ketika berumur empat bulan.Â
Setiap detik manusia yang di lahirkan kedunia membawa sebuah serangkaian fitrah, insting dan bakat yang sudah tertanam sedari manusia itu lahir kedunia. Salah satu fitrah yang dibawa ialah mengenai fitrah agama pada unsur ketuhanan. Unsur ketuhanan ini kemudian membawa manusia kepada sifat kodrati manusia yang diluar dari ciptaan akal budi manusia.Â
Sementara dilain sisi ketika Allah SWT telah menciptakan manusia telah dibekali pada berbagai unsur sifat kemanusiaan diantaranya sifat keadilan, kebijaksanaan dan sifat simpati maupun empati.Â
Hal utama yang harus di ketahui oleh seorang muslim ketika di lahirkan ke dunia ialah semata mata hanya untuk beribadah dan menjadi khalifah di muka bumi ini, yang mana khalifa bertugas untuk membangun serta mengelola segala isi dunia yang sesuaii dengan khendak pencipta-Nya. Allah SWT telah memberikan modal utama kepada setipa manusia sebagai penunjang tugas ke khalifahan nya, yaitu dibekali berbagai potensi alamiah manusia serta akal budi.Â
Antara manusia dan agama keduanya tidak bisa saling dipisahkan hal ini saling berkaitan dengan kodrati manusia. Sementara agama menyatu pada fitrah sang pencipta manusia yang berwujud dalam bentuk sebuah ketundukan manusi terhadap penciptanya yang dapat dibuktikan dengan beribadah.Â
Hal inl juga sependapat dengan paradigm sufisme, yang mana aliran sufisme turut menerangkan bahwa manusia hanyalah makhluk kecil dari besarnya dunia. Maka dari itu apa pun yang datang dari perintah tuhan lebih kuat dari pada yang datang dari usaha dan kehendak manusia.Â