“Dari sampah menjadi berkah untuk semua, istilahnya dari hal yang kotor dan menjijikan bisa mencukupi hidup dan melindungi Bumi juga”, Jaya, petugas Kamaggota Tangerang.
Kalimat itu terlontar dari pak Jaya saat saya mengunjungi Kamaggota ( Komunitas Maggot Tangerang ) beberapa waktu lalu. Berawal dari rasa khawatir saya tentang sampah organik yang semakin hari semakin mengkhawatirkan di lingkungan tempat saya tinggal. Dalam sebuah gang di pemukiman padat penduduk dengan masyarakat dengan ekonomi sedang kebawah di sana lah saya tinggal. Setiap 2 hari sekali petugas mobil sampah mengambil sampah-sampah rumah kami, kebanyakan sampah tersebut yaitu sampah rumah tangga, sampah sisa makan dan plastik-plastik kemasan rumah tangga.
Sampah rumah tangga itu menjadi satu dalam plastik sampah, tidak ada yang namanya memilah sampah antara sampah organik dan sampah non organik. Kurangnya edukasi mengenai sampah itulah yang sampai saat ini masih menjadi polemik dan mungkin kurangnya awareness terhadap kondisi lingkungan. Saya sendiri jujur saja masih dalam tahap pembelajaran mengenai memilah sampah dimana memisahkan sampah non organik ( kardus, botol plastik dll) dengan sampah organik ( sampah sisa makanan). Untuk sampah non organik mungkin bisa dijual ke tukang asongan namun untuk sampah organik ini yang masih belum ada wadah untuk mengatasinya sehingga ya sudah masukan kedalam plastik sampah sekalian.
Ya, kurangnya wadah, edukasi dan kesadaran inilah yang masih menjadi polemik mengatasi sampah di lingkungan saya. Sebagai seorang warga saya juga belum bisa menjadi contoh teladan yang baik namun saya memiliki harapan, saya ingin mimpi saya menjadi nyata yaitu memiliki lingkungan yang ramah untuk bumi dan juga meningkatkan finansial warga di tempat saya tinggal lewat sampah yang menjadi polemik saat ini.
Menurut data yang saya baca ada sampah makanan yang terbuang setara 27 Triliun rupiah. Sebanyak 67,8 juta ton sampah pada tahun 2020 berdasarkan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ( KLHK) sebanyak 37,3 % sampah di Indonesia berasal dari aktivitas rumah tangga lalu sumber sampah terbesar berikutnya yaitu berasal dari pasar tradisional 16,4%.
Melihat, dari data menunjukkan bahwa sampah rumah tangga dan pasar tradisional adalah sumber sampah terbesar kalau segera tidak diatasi permasalahan lingkungan akan semakin parah. Memang saat ini banyak cara untuk mengatasinya untuk permasalahan sampah organik seperti pembuatan pupuk kompos salah satunya. Dengan menjadikan sampah organik menjadi pupuk kompos memang baik namun ada yang lebih baik dari itu dan ini yang baru saya pelajari beberapa hari lalu yaitu menangani masalah sampah organik dengan budidaya maggot.
Mengenal Maggot Melalui Kamaggota ( Kandang Maggot Tangerang )
Berangkat dari kepedulian mengenai sampah organik membawa saya ke Kamaggota ( Kandang Maggot Tangerang ) yang terletak di Jl. R. Suprapto Kampung Tempe Desa jati Mulya, Sepatan Timur , Tangerang. Sudah lama saya tertarik mengenai maggot ini namun baru memiliki kesempatan beberapa hari lalu saya bisa mengunjunginya. Alhamdulillah setelah melakukan perjalanan cukup jauh akhirnya saya menemukan Kamaggota, namun sayang saya tidak menyaksikan langsung panen maggot nya sendiri karena saya datang sore hari. Bertemu dengan pak Jaya salah satu pengurus Kamaggota, melalui beliau saya jadi lebih tau tentang budidaya maggot.
Komunitas yang berdiri pada tanggal 11 maret 2019 memiliki tujuan mulia, ada beberapa poin tujuan dari Kamaggota :
Menjadi sarana pembinaan sekaligus edukasi untuk masyarakat yang ingin budidaya maggot.
Mengedukasi masyarakat dalam memilah sampah
Pemberdayaan masyarakat dalam mengurangi sampah organik
Menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih
Meningkatkan perekonomian masyarakat melalui biokonversi maggot BSF.
Tentang Maggot Larva Pengurai Sampah Organik
Mendengar kata maggot mungkin masih banyak yang belum mengetahui apa itu maggot dan apa sih manfaat dari maggot itu sendiri?.
Black Soldier Fly (BSF) dan Maggot BSF adalah dua istilah nama dari satu jenis hewan yang sama, yang mempunyai perbedaan bentuk dan nama karena memiliki fase metamorfosis dalam siklus hidupnya. BSF sendiri pada fase lalatnya dan maggot tentu saja pada fase larva. Maggot atau belatung merupakan larva dari lalat Black Soldier Fly ( Hermetia, Illucens, Stratiomyidae, diptera) atau BSF.
Maggot dapat mengubah material organik menjadi biomassanya. Lalat BSF ini berbeda dari lalat hijau atau yang lainnya yang membawa penyakit kenapa berbeda? karena larva yang dihasilkan bukan larva yang menjadi medium penyakit.
Siklus Hidup Maggot
Maggot merupakan larva dari Black Soldier Fly ( BSF ) dan Siklus hidup Black Soldier Fly dimulai dari telur, larva, larva dewasa, prepupa, pupa lalu menjadi lalat dewasa memakan waktu 41 hari. Nah yang dimanfaatkan saat menjadi larva dewasa ( maggot ).
Budidaya Maggot
Seperti yang dijelaskan diatas siklus hidup maggot sangat singkat namun siapa sangka maggot ini memiliki banyak manfaat, pertama saya jelaskan dulu tahap-tahap budidaya maggot ya.
Langkah - langkah Budidaya Maggot :
Persiapkan media kandang
Pertama yang harus dilakukan adalah pemilihan media kandang untuk tempat BSF memproduksi telur-telur bibit maggot. Untuk ukuran disesuaikan dengan yang kita perlukan.
Persiapkan media penetasan telur
Untuk media penetasan telur bisa berupa box kardus kecil atau triplek. Setelah telur menetas kemudian memindahkan larva ke biopond sebagai media pembesaran larva.
Biopond
Biopond merupakan tempat pembesaran larva lalat BSF yang umum ya terbuat dari PVC katu serta yang telah dipadati tanah yang gembur. Untuk pakannya sendiri memilih ampas tahu yang sudah digiling halus.
Tahap pembiakan maggot
Pada tahap ini diperlukan sebuah tempat atau box . Untuk pakan maggot yaitu sampah organik yang sudah digiling halus.
Tahap Panen Maggot
Maggot akan dipanen pada minggu kedua dan ketiga. cara panennya sendiri cukup mudah tinggal mengayak dengan menggunakan ayakan bambu dengan demikian , maggot dan kotorannya akan terpisah dan siap dijual.
Maggot memiliki peran sebagai pengurai sampah organik untuk langkah-langkahnya sendiri adalah semua sampah organik dikumpulkan lalu digiling oleh mesin. Sebenarnya bisa langsung diberikan ke maggot namun prosesnya akan lama makanya agar lebih cepat terurai maka sampah organik tersebut digiling halus.
Pada saat masih berupa telur dan larva kecil makanannya adalah dari ampas tahu yang sudah digiling halus, kamaggota memilih ampas tahu karena proteinnya yang tinggi sehingga larva tersebut cepat besar dan kemudian baru dikasih makanan dari sampah organik yang sudah digiling.
Semua bagian proses maggot juga bermanfaat lho, bekas maggot yang kering atau pupa itu juga bisa digiling halus dan dijadikan pupuk organik.
Jenis Limbah Organik yang dapat dimakan maggot:
Limbah Pasar ( limbah sayur berdaun, buah, ampas kelapa, singkong, jeroan ayam/ikan.
Limbah Sisa Makanan ( Food Waste) Limbah organik rumah makan / resto, limbah catering, limbah organik rumah tangga.
Limbah Peternakan seperti kotoran sapi, kotoran ayam, kotoran puyuh dll.
Maggot bisa menjadi pilihan tepat untuk mengatasi masalah sampah organik dengan pembiayaan yang cukup terjangkau tidak ribet dan memiliki banyak manfaatnya lho.
Manfaat Maggot
Perlu diketahui bahwa maggot memiliki kadar protein cukup tinggi yaitu sekitar 43% jika dalam keadaan utuh. Saat ini maggot bermanfaat untuk dunia peternakan dan juga pertanian.
Peternakan sebagai pakan ternak ( ayam, bebek, lele, patin, koi, gurame dll), Pakan Pets ( murai, landak mini , arwana dll)
Pertanian , bekas maggot atau kasgot akan digiling halus dan menjadi pupuk organik yang mampu membantu menyuburkan tanah.
Potensi Maggot Mengatasi Masalah Sampah Organik dan Bisnis
Maggot Pahlawan Pengurai Sampah kenapa saya menyebutnya karena maggot memiliki kemampuan mengurai sampah organik 2-5 kali bobot tubuhnya selama 24 jam, jadi dalam 1 kg maggot dapat menghabiskan 2-5 kg sampah organik. Bayangkan saja jika setiap Desa memiliki Budidaya maggot setidaknya 50 kg maka sampah organik yang akan terurai adalah 250 kg dan ini pasti akan membantu mengatasi permasalahan sampah organik. Lalu potensi meningkatkan finansial masyarakat juga.
Bisnis apa yang bisa diprediksi akan terus ada? saya akan menjawab dunia pertanian dan peternakan, kenapa? karena makhluk hidup tidak akan lepas dari itu. Yups, manusia akan terus makan dari pertanian dan juga melengkapi kebutuhan protein mereka dengan mengkonsumsi dari protein hewani seperti ayam, ikan dan lainnya
Saat ini banyak peternak lebih memilih maggot sebagai pakan dibandingkan pelet karena selain harganya jauh lebih murah, kandungan protein pada maggot cukup besar dan itu bagus untuk pertumbuhan ternak mereka. Saat ini maggot dihargai 5000-8000 rupiah perkilonya.
Ya, maggot atau larva BSF si pemakan sampah organik ini tidak hanya mengatasi permasalahan sampah organik tetapi juga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat melalui biokonversi maggot BSF. Untuk itu saya berharap bahwa skala kecil di masyarakat bisa berkontribusi mengenai hal ini seperti yang dilakukan oleh Kamaggota dimana mereka memberikan Maggot Box beserta bibitnya ke setiap rumah dimana sampah sisa makanan rumah tersebut bisa dimasukkan ke maggot box dan jika sudah panen mereka akan mendapatkan penghasilan dari panen maggot tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H