Mohon tunggu...
Kurnia Widyasari
Kurnia Widyasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Ganesha

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Radioaktif: Teknologi Canggih dalam Deteksi Dini Kanker Payudara

23 Desember 2024   21:51 Diperbarui: 23 Desember 2024   21:51 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang paling sering menyerang wanita di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka kejadian kanker payudara terus meningkat setiap tahunnya, dan menjadi salah satu penyebab utama kematian di kalangan wanita. Salah satu kunci utama dalam mengurangi angka kematian akibat kanker ini adalah deteksi dini, yang memungkinkan penanganan lebih cepat dan efektif. Berbagai metode telah dikembangkan untuk mendukung diagnosis kanker payudara, seperti mamografi dan biopsi. Salah satu inovasi mutakhir yang tengah mendapat perhatian luas adalah penggunaan teknologi berbasis radioaktif, yang membantu mendeteksi sel kanker secara lebih akurat dan memberikan informasi yang lebih detail untuk menentukan pengobatan yang tepat.

Teknologi Radioaktif dalam Deteksi Kanker Payudara  

Teknologi berbasis radioaktif menggunakan isotop radioaktif untuk mendeteksi adanya tumor atau jaringan abnormal dalam tubuh, khususnya pada payudara. Isotop radioaktif yang digunakan dalam proses ini memiliki sifat memancarkan radiasi yang dapat dideteksi (Durand et al., 2018). Prosesnya dimulai dengan penyuntikan isotop ke dalam tubuh pasien, yang kemudian akan mengalir dan terkonsentrasi di area tubuh yang memiliki metabolisme tinggi atau perubahan struktural, seperti sel tumor. Sel-sel kanker biasanya menunjukkan aktivitas metabolik yang lebih tinggi dibandingkan dengan sel normal, sehingga isotop ini akan lebih banyak terkumpul di area tersebut.

Setelah isotop terkonsentrasi di lokasi target, radiasi yang dipancarkan oleh isotop akan dideteksi oleh perangkat imaging khusus. Salah satu perangkat yang umum digunakan adalah kamera gamma, yang dapat menangkap sinar gamma yang dipancarkan oleh isotop. Selain itu, perangkat lain seperti PET (Positron Emission Tomography) juga digunakan untuk menghasilkan gambaran tiga dimensi dari distribusi isotop dalam tubuh. Teknologi ini memungkinkan deteksi dini terhadap tumor atau kelainan jaringan yang mungkin tidak terdeteksi melalui pemeriksaan fisik atau metode lain. Dengan demikian, teknologi berbasis radioaktif ini berperan penting dalam diagnosis medis, khususnya dalam mendeteksi kanker pada tahap awal dan membantu menentukan strategi pengobatan yang lebih tepat.

Molecular Breast Imaging (MBI)  

Salah satu teknologi berbasis radioaktif yang sangat menjanjikan adalah Molecular Breast Imaging (MBI). Teknik ini menggunakan senyawa radioaktif, seperti teknesium-99m, yang disuntikkan ke dalam aliran darah. Senyawa ini akan terikat pada sel kanker yang memiliki aktivitas metabolisme tinggi, sehingga memancarkan sinyal yang dapat dideteksi oleh kamera gamma. Dibandingkan dengan mamografi standar, MBI memiliki sensitivitas yang lebih tinggi, terutama pada wanita dengan jaringan payudara yang padat, di mana mamografi sering kali kurang efektif. Keunggulan MBI adalah kemampuannya mendeteksi tumor kecil yang mungkin terlewatkan oleh metode lainnya. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa MBI memiliki tingkat deteksi hingga 91% pada wanita dengan jaringan payudara padat, dibandingkan dengan 24% pada mamografi standar (Lee et al., 2021). Hal ini menjadikannya alat yang sangat penting dalam deteksi dini kanker payudara.  MBI juga memiliki potensi untuk digunakan sebagai alat pemantauan pada pasien yang menjalani terapi kanker payudara. Dengan memantau perubahan aktivitas metabolik di area tumor, dokter dapat mengevaluasi respons pasien terhadap pengobatan dengan lebih akurat. 

Sentinel Lymph Node Biopsy (SLNB)  

Selain untuk deteksi tumor, teknologi radioaktif juga digunakan dalam prosedur Sentinel Lymph Node Biopsy (SLNB). Teknik ini bertujuan untuk menentukan apakah kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening. Pada prosedur ini, bahan radioaktif bersama pewarna biru disuntikkan di dekat lokasi tumor. Kamera gamma kemudian digunakan untuk melacak kelenjar getah bening pertama (sentinel) yang menerima aliran limfatik dari tumor. Jika kelenjar sentinel ini tidak mengandung sel kanker, kemungkinan besar kanker belum menyebar ke area lainnya, sehingga pasien dapat terhindar dari operasi besar. Prosedur SLNB dianggap sebagai standar emas dalam menentukan status penyebaran kanker pada pasien kanker payudara tahap awal. Penelitian Hruska et al., (2020) menunjukkan bahwa SLNB memiliki tingkat akurasi yang sangat tinggi, sekaligus mengurangi risiko komplikasi dibandingkan biopsi kelenjar getah bening secara menyeluruh. Selain itu, SLNB juga lebih menghemat waktu dan biaya perawatan, serta meningkatkan kualitas hidup pasien dengan mengurangi kebutuhan untuk pengangkatan kelenjar getah bening secara luas.

Keamanan dan Efisiensi  

Penggunaan isotop radioaktif dalam deteksi kanker payudara telah dirancang agar aman dan efektif. Dosis radiasi yang diberikan kepada pasien sangat kecil dan terkontrol, sehingga risiko efek samping minimal. Selain itu, prosedur ini relatif cepat dan tidak memerlukan persiapan khusus yang rumit, sehingga pasien dapat merasa lebih nyaman. Namun, penting untuk memastikan bahwa teknologi ini hanya digunakan di bawah pengawasan tenaga medis yang terlatih. Penggunaan radioisotop memerlukan prosedur standar yang ketat untuk melindungi pasien dan staf medis dari paparan radiasi yang tidak diperlukan. Institusi medis juga harus memastikan bahwa alat dan fasilitas mereka memenuhi standar keamanan internasional. Selain itu, tenaga medis juga perlu memberikan edukasi kepada pasien mengenai manfaat dan risiko dari prosedur berbasis radioaktif ini (Berg et al., 2022). Pemahaman yang baik dari pasien akan meningkatkan tingkat kenyamanan dan kepercayaan mereka terhadap prosedur ini. Dengan penerapan teknologi ini, diagnosis kanker payudara dapat dilakukan lebih cepat dan lebih akurat, yang berpotensi meningkatkan peluang pengobatan yang berhasil.

Tantangan dan Solusi  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun