"Masih banyak yang harus kau urusi Parman. Bukan hanya soal ayam jagomu itu yang hilang"
"Tidak paman, ayam itu bukanlah ayam biasa. Apa pun yang terjadi saya akan melaporkan ke polisi"
"Laporanmu tidak bakalan diterima. Hanya persoalan kehilangan ayam saja. Kau malah ngotot melaporkannya ke polisi. Semacam kasus besar saja"
"Itu memang sudah menjadi tugas polisi paman. Bukankah kita ini negara hukum. Bahkan seorang kakek yang kedapatan mencuri tiga potong kayu jati harus menerima ganjarannya dipidanakan tiga bulan. Karena sudah semestinya para aparat hukum harus benar-benar menjunjung tinggi hukum. Tanpa pilih kasih. Mulai dari kaum bourjuis hingga proletar. Saya pun ingin orang yang mencuri ayam jagoku harus dipidanakan"
"Saya tidak setuju denganmu. Kita memang negara hukum. Tapi tidakkah kau lihat bagaimana paraktek hukum dinegeri kita? hanya berjalan dengan satu mata. Ketegasan hukum hanya berlaku bagi orang-orang kecil seperti kita. Mereka yang berduit bisa kebal hukum. Mereka para penguasa bisa mengendalikan hukum. Cobalah untuk ikhlas, bukankah kasus hilangnya ayam jagomu terjadi bulan lalu. Walaupun kau melaporkannya ke polisi, mereka tidak bakalan menggubrisnya. Kasus itu sudah kadaluarsa"
"Tidak ada kasus yang kadaluarsa paman. Hukum tidak memandang itu. Tidakkah paman ingat, dua tahun yang lalu salah satu petinggi KPK harus menerima kenyataan pahit. Dia dipidanakan lantaran kasusnya 8 tahun yang lalu. Sekali lagi paman, siapa pun pelakunya harus menerima ganjarannya. Saya amat menghargai negara ini sebagai negara hukum"
"Hahahahaa, ada-ada saja kamu Parman. Kalau memang kamu masih ngotot ingin melaporkannya silahkan! Lagi pula saya tidak yakin betul kalau ayam jagomu itu telah dicuri orang. Bisa jadi dia kabur dari kandangnya lantaran sudah tidak betah punya majikan penjudi seperti kamu. Kalau memang kamu menghargai hukum dinegeri kita tentunya kau akan sadar kalau praktek sabung ayam adalah suatu perbuatan yang melanggar hukum"
Parman terdiam setelah mendengar tuturan Paman Dali. Tampaknya dia betul-betul mencerna perkataan pamannya barusan.
"Suda sering saya bilang, jangan hanya mengurusi ayam jagomu yang hilang. Sesekali luangkanlah waktumu untuk ngobrol dengan kekasihmu. Tampaknya masih banyak yang tidak kau ketahui tentangnya"
"Apa itu paman?" Parman mendekatkan wajahnya pada pamannya yang duduk dihadapannya.
"Untuk saat ini saya akan mencoba menutupi aib dia. Terlalu kejam untuk membeberkan semuanya. Bukankah Tuhan akan menutupi aib kita, jika kita bersedia menutup aib orang lain. Dalam waktu dekat ini kau juga pasti tahu. Untuk itu sesegara mungkin kau ngobrol dengannya. Barangkali saja dia sudi membeberkan padamu apa yang telah dia rahasiakan"