Mohon tunggu...
Mawan Sastra
Mawan Sastra Mohon Tunggu... Koki - Koki Nasi Goreng

penggemar fanatik Liverpool sekaligus penggemar berat Raisa

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Suatu Anomali di Anfield

26 November 2020   06:41 Diperbarui: 26 November 2020   06:51 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disaat Liverpool hanya butuh satu kemenangan lagi baru kemudian meraih tiket ke babak 16 besar Liga Champions, Jurgen Klopp malah menurunkan skuad cetek rasa Piala Carabao, saat menjamu Atalanta di Anfield Stadium. Entah apa yang sedang dipikirkan Jurgen Klopp? Padahal akhir pekan nanti, Liverpool hanya akan menghadapi Brighton & Hove Albion, notabene lawan yang tidak berat-berat amat. Saya pikir tak perlulah kiranya merotasi 4-5 pemain inti di laga melawan Atalanta itu.

Apa boleh dikata, kenyataannya rotasi itu dilakukan. Sejak awal permasalahan Liverpool itu kan punya kedalaman skuad yang tidak merata. Sepanjang masih bisa bermain dengan full team, kenapa harus menurunkan skuad yang di Piala Carabao saja tidak bisa lolos ke babak 16 besar. 

Karena terlalu mempercayai pemain bapuk bermain di laga akbar, Liverpool dalam kesulitan, jangankan mencetak gol, melakukan tendangan mengarah ke gawang saja tidak bisa. Makanya bisa dibilang ini sebuah anomali Liverpool. Anfield seperti kehilangan aura magis untuk Atalanta yang memberikan kekalahan memalukan.

Saya yakin sekali keputusan merotasi pemain seenak-enaknya itu terkesan impulsif, bakal disesali oleh Jurgen Klopp. Mungkin di pikiran Jurgen Klopp sehingga berani menurunkan skuad macam begitu karena di kandang Atalanta dua pekan lalu, Liverpool bisa menang 4-0, sehingga dianggap kemanangan ulangan bisa diraih di Anfield sekalipun menurunkan skuad cetek (sekali lagi skuad yang tidak bisa berbicara banyak di pentas kecil sebagaimana Piala Carabao).

Permainan Liverpool di babak pertama, sama sekali tak mencerminkan permainan tim yang telah enam kali merengkuh tropi Liga Champions. Sirkulasi bolanya kerap terhenti, mudah terbaca oleh para pemain Atalanta. Tak ada sama sekali kreativitas. Di sisi lain Atalanta juga tidak berbahaya-berbahaya amat. Tetapi setidaknya Gomez cs. lebih banyak memainkan bola dan ada kesempatan melepaskan tembakan yang cukup menyulitkan Alisson Backer.

Berada di posisi ke tiga klasemen, sekalipun poinnya sama dengan Ajax dan disaat bersamaan Ajax menghadapi tim lemah di Grup D Midjtytlland. Jika ingin menjaga asa lolos ke babak 16 besar, mau tidak mau Atalanta harus bisa mencuri kemenangan di kandang Liverpool. Misi menang itu sudah terendus di awal-awal laga, Atalanta memang ngotot mainnya, tak memberikan kesempatan bagi Liverpool untuk memainkan bola berlama-lama. Atalanta sukses menyulitkan Liverpool di babak pertama yang performanya ancur-ancuran.

Trio lini depan Liverpool (Mane-Salah-Origi) tak tahulah sepanjang babak pertama apa yang mereka lakukan. Jelasnya Origi terlalu mudah terjatuh di lapangan. Tanpa ada Robertson yang bermain di posisinya, Mane tidak mendapat suplai bola untuk menebar ancaman di sisi kanan pertahanan lawan. Adapun Salah seperti biasa, dia adalah tipikal penyerang yang butuh banyak peluang baru kemudian bisa menghasilkan gol. Dan pada laga ini kesulitan mendapatkan peluang kecuali satu tendangan off target di dalam kotak pinalti.

Keputusan Jurgen Klopp menurunkan Salah sebagai starter memang kesannya terlalu tergesa-gesa dan dipaksakan, mengingat Salah ini baru sembuh dari Covid-19, harusnya mengawali laga duduk di bangku cadangan saja. Kepercayaan yang lebih itu harus dibayar mahal mengingat performa Salah yang buruk.

Kesalahan lain Jurgen Klopp, terlambat melakukan pergantian pemain. Seharusnya pergantian pemain itu sudah dilakukan satu atau dua pemain sejak masuk babak kedua, bukan setelah babak kedua berjalan 15 menit. Tak tanggung-tanggung langsung menurunkan empat pemain sekaligus (Jota, Fabinho, Firminho dan Robertson, setelah Liverpool tertinggal 1-0. Belum juga lama keempat pemain itu bergabung di lapangan satu serangan Atalanta berhasil menggandakan keunggulan 2-0.

Liverpool mencoba merespons dengan berusaha memainkan lebih banyak bola, berupaya melakukan serangan, tetapi Liverpool sudah terlambat panas. Sehingga skor itu bertahan sampai peluit panjang berbunyi.

Satu pemain Liverpool yang perlu disorot pada laga itu, bukan karena performa apiknya, adalah Neco Williams yang menempati posisi bek kiri yang ditinggalkan  Trent Alexander Arnold. Untuk bisa menyamai atau mendekati Arnold sepertinya Neco masih perlu belajar banyak hal. Pemain muda ini gagal menjawab kepercayaan pelatih. Bermain penuh, bisa apa? Banyak kehilangan bola, crossing yang dilakukan tidak jelas banget dan beberapa kali berusaha mencoba lebih lama bermain-main dengan bola, akhirnya kalau tidak direbut oleh pemain Atalanta yang tinggi-tinggi pasti bolanya keluar garis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun