Menggenggam Terlalu Erat
Beberapa hari yang lalu seorang teman share di medsos tentang satu cara menangkap monyet di suatu daerah. Diceritakan, mereka menggunakan suatu wadah yang dilobangi yang ukuran lobangnya pas ukuran tangan monyet. Di dalam wadah diletakkan umpan berupa makanan yang digemari monyet. Monyet akan memasukkan tangannya dan meraup umpan itu dan menggenggamnya erat. Monyet tidak akan dapat lepas lagi dari wadah tersebut selama masih menggenggam umpan itu, karena ukuran lobangnya lebih kecil dari ukuran tangan dalam posisi menggengam. Si monyet tidak mau melepas genggamannya, akibatnya tertangkaplah.
Kita tahu dari sejarah bagaimana kota Konstantinopel berhasil direbut oleh pasukan Muslim dan mengakibatkan jalur perdagangan utama ke Eropa dikuasi. Eropa krisis bahan bahan penting bagi kehidupan mereka (rempah rempah dll). Namun karena pihak Muslim menggenggam kota itu terlalu erat, memaksa bangsa Eropah mencari alternative lain untuk memenuhi kebutuhan mereka. Akibatnya kemenangan Islam merebut kota itu akhirnya justru memperluas pengaruh Eropah ke seluruh dunia. Pengaruh Islam yang saat itu sudah menguasai daerah Timur Tengah, Afrika Utara dan sebagian Asia dan Eropah, secara kawasan sampai saat ini tidak bertambah secara signifikan. Pesisir Barat Afrika , Amerika Utara dan Selatan, Australia dll yang saat itu masih perawan jadi masuk dalam pengaruh Eropah. Hal itu juga membuka babak baru bagi kehidupan beberapa bangsa di Asia dan Afrika, babak penjajahan dan kolonialisasi oleh bangsa Eropah, termasuk di daerah daerah di mana Islam sudah terlebih dahulu datang.
Kita ingat pernah dalam satu masa di negara kita istilah pribumi dan non pribumi begitu tergenggam erat. Yang non pribumi (Tionghoa) tidak bisa (sangat sulit) untuk menjadi pegawai negeri dan TNI / POLRI. Hasil akhirnya sama sama kita tahu, mereka ini yang menguasai perdagangan di negeri ini dan secara rata rata lebih makmur.
Juga kita sering diperhadapkan akan diskriminasi yang digenggam erat oleh suatu golongan tertentu (agama, suku dll) dalam menduduki jabatan di pemerintahan (PNS, TNI / POLRI). Hal ini memaksa mereka yang merasa terdiskriminasikan akan memilih karier dan usaha mereka di luar PNS, TNI / POLRI. Dan lagi lagi menjadikan mereka secara rata rata lebih makmur.
Kehidupan di kampus yang nota bene berisi orang orang intelek juga kadang-kadang tidak terlepas dari problema genggaman terlalu erat ini. Pernah dengar ada kampus yang dikuasai oleh golongan tertentu? Diskriminasi terjadi dalam beberapa hal, mulai dari penilaian ujian, kesempatan mendapat beasiswa, dan kesempatan mengikuti event event akademis lainnya. Dan tentu saja dalam perekrutan dosen dan pegawai. Tapi ketika ada kegiatan reuni, ternyata yang banyak berkiprah (sukses) dalam reuni itu adalah dari golongan lainnya yang selama masa masa di kampus adalah golongan yang terdiskriminasi.
Masih banyak contoh lain yang akan menunjukkan bahwa pihak yang menggenggam terlalu erat pada akhirnya akan menjadi pihak yang tertinggal. Isolasi, diskriminasi, intoleransi dan lain lain yang digenggam begitu erat akhirnya akan merugikan pihak sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H