Mohon tunggu...
Kurcaci Ikal
Kurcaci Ikal Mohon Tunggu... -

Hanya tukang celoteh kecil2an

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Penantian

12 Mei 2010   10:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:15 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sehelai lembayung senja sudah terkulai
Merebahkan kepala di paha cakrawala
Menyaksikan bintang-bintang di antara sulur-sulur malam
Yang sedang menggelar pasar malamnya.

Bayanganku semakin panjang.
Kegundahanku kian mengejang.
Kehendakku terus mengerang.
Kapan kepastian datang?

Sepi seolah sendiri.
Sunyi seakan tak berbunyi.
Kosong seolah kompong.

Kuharap kau tahu.
Aku lelah mencari.

Berhentilah kau begitu!
Aku tetap tak mengerti!

Waktu kita segera tuntas.
Pagi pun hendak meretas.

Keputusanku tegas:
Aku ingin lepas.

Bila kau tak merelakan,
Berikan sebuah alasan untuk bertahan.
Sebelum hanya kenangan
Tersisa di ujung penantian.

Kentungan, 11 Februari 2010
Ketika aku bergulat dalam pertaruhanku.

Diambil dari tulisanku di http://ndes-zedeng.blogspot.com/2010/04/penantian.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun