Mohon tunggu...
Abdul Malik
Abdul Malik Mohon Tunggu... Penulis seni - penulis seni budaya

penulis seni. tinggal di malang, ig:adakurakurabirudikebonagung. buku yang sudah terbit: dari ang hien hoo, ratna indraswari ibrahim hingga hikajat kebonagung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rest In Peace: Johan Budhie Sava (1964-2014)

15 Oktober 2014   15:24 Diperbarui: 4 April 2017   17:02 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14133361251561967379

Rest in Peace:

JOHAN BUDHIE SAVA (1964-2014)

Oleh Abdul Malik

“Mas…Pak Johan meninggal dunia… (sms dari mas Tjatur Adi Sutjipto, Jumat, 4 April 2014 pkl 12.51 wib)

PRAMOEDYA ANANTA TOER DAN SASTRA REALISME adalah buku yang mempertemukanku dengan Pak Johan Budhie Sava. Buku pertama karya Eka Kurniawan tersebut diterbitkan Yayasan Aksara Indonesia di Yogyakarta tahun 1999. Saya menjual buku tersebut ke toko bukuToga Mas Jl.Galunggung Malang (kini ditempati Bank Rakyat Indonesia Galunggung). Karena jumlah eksemplar buku yang saya jual tidak terlalu banyak, pemilik toko buku langsung membayar lunas. Pemilik toko buku yang ramah dan tidak segan ikut menyampul buku dari para pembeli adalah Pak Johan Budhie Sava. Awal perkenalan yang sungguh berkesan.

Distribusi dan penjualan buku adalah salah satu aktivitas Balai Pustaka NOL, sebuah komunitas perpustakaan dan perbukuan yang saya kelola bersama sejumlah kawan di Mojokerto. Didukung penuh oleh pasangan suami istri Pak Max Arifin dan Ibu Sitti Hadidjah yang diawal pendirian menghibahkan seratusan judul buku, jurnal, naskah, majalah, kliping untuk dikelola. Tempat kongkow kongkow di rumah Arief Budi Santono (Gopar) Jl.Empunala 571 Mojokerto (depan Kantor Kecamatan Magersari Kota Mojokerto), sekaligus sebagai tempat menyimpan buku. Selain Toga Mas, saya dan kawan-kawan juga membuka jejaring dengan Perpustakaan Medayu Agung di Surabaya. Buku-buku karya Pramoedya Ananta Toer, Tan Malaka adalah buku-buku yang laris terjual saat itu.

Perpustakaan Bung Karno..toko buku kita, Ratna Indraswari Ibrahim

Paling tidak saya pernah dua kali hadir di Toga Mas Jl.Embong Malang Surabaya. Pertama: Bincang Buku Tjamboek Berduri, 23 Desember 2004 menghadirkan narasumber Ben Anderson dan Stanley. Bekerjasama dengan Yayasan Medayu Agung. Kedua: Launching buku Didik Nini Thowok, 15 Januari 2005. Saya masih betul, seusai acara kami ngobrol santai menikmati gado-gado di café Toga Mas.

Di Mojokerto, saya dan beberapa kawan mengelola Pustaka Banyumili, sebuah lembaga penerbitan indie. Salah satu buku yang kami terbitkan adalah terjemahan Teater Absurd karya Martin Esslin, dimana Pak Johan dan Toga Mas turut membantu biaya cetaknya. Ceritanya, saya bertemu Pak Johan seusai acara diskusi buku di Toga Mas Jl.Diponegoro Surabaya. Saat ngobrol santai dengan Pak Johan, saya utarakan tentang rencana saya menerbitkan  buku terjemahan Teater Absurd karya Martin Esslin, sekaligus mengajukan penawaran apakah Toga Mas bersedia ikut membantu dana untuk mencetak buku. Tidak membutuhkan waktu yang lama, Pak Johan pun menyatakan bersedia. Buku yang diterjemahkan Abdul Mukhid (Teater Hampa Univesitas Negeri Malang) akhirnya terbit pada Juni 2008.

Sekretariat Dewan Kesenian Malang Jl.Majapahit 3 menjadi saksi pertemuan berikutnya dengan Pak Johan. Saat itu ada acara penghargaan seniman di Malang. Duduk bersebelahan saat acara ramah tamah, Pak Johan berbisik, “Kapan ya Toga Mas diajak kerjasama dalam penerbitan buku-buku Dewan Kesenian Jawa Timur? Silakan hubungi Mas David yang mengurusi Bayumedia Publishing.”  Tahun 2009, saya aktif sebagai Sekretaris Departemen Infokom Dewan Kesenian Jawa Timur. Bertugas mengelola 11 judul buku yang akan diterbitkan Dewan Kesenian  Jawa Timur, menerbitkan majalah seni budaya Kidung dan update website Dewan Kesenian  Jawa Timur. Bayumedia Publishing sebagai salah satu lini Toga Mas akhirnya bekerja sama dengan Dewan Kesenian Jawa Timur menerbitkan 4 judul buku, masing-masing: Orde Mimpi, Naskah Orde Mimpi, Naskah Pilihan periode 1994-2007 karya R Giryadi; Kondisi Postmodern Kesusastraan Indonesia, kumpulan esai karya  Ribut Wijoto; Wong Agung, Gurit Punjul Rong Puluh karya Budi Palopo; Konservasi Budaya Panji, editor Henri Nurcahyo. Buku-buku terbit pada November 2010 dengan hasil cetakan yang maksimal dan tepat waktu. Empat judul buku juga terdistribusikan dengan baik pada jaringan Toko buku Toga Mas sesuai kesepakatan di awal. Menurut saya, kerjasama ini menarik bagi Dewan Kesenian Jawa Timur agar buku-buku berkualitas yang diterbitkan Dewan Kesenian Jawa Timur dapat terdistribusikan lebih luas pada masyarakat, bukan hanya terbatas pada pengurus Dewan Kesenian di Jawa Timur.

Perkenalanku dengan cetakan POD (print on demand) juga lewat Pak Johan. Saya bertemu Pak Johan saat ada acara di Perpustakaan Umum Kota Malang di Jalan Ijen. Disela-sela pameran dan bursa  buku, kami sempat ngobrol dengan gayeng. Ada Ragil Sukriwul, Iman Suwongso, Pak Djoko Saryono, dkk. Merasa jagongan belum tuntas sementara perut lapar, Pak Johan mengajak pertemuan dilanjutkan di Warung Subuh. Seusai makan malam, Pak Johan melanjutkan jagongan. “Di Toga Mas Pucang Surabaya, saya beli mesin yang dapat mencetak print on demand. Dikelola Revka Media, silakan bekerja sama.

Menindaklanjuti pertemuan tersebut, saya mencetak dua judul buku di Revka Media Toga Mas Pucang Surabaya: Antologi Puisi dan Antologi Cerpen Festival Bulan Purnama Majapahit Trowulan, diterbitkan Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto, Oktober 2010.

Bertemu kembali dengan Pak Johan, Pak Peter Wang dan Pak Bambang AW  saat pembukaan Toga Mas di Jalan Pahlawan Mojokerto. (kini Toga Mas pindah ke ruko di Jl.Gajah Mada dekat perempatan Jl.Pemuda). Lewat bendera PT Dharmasava Putera Harapan, Pak Johan bersemangat kerjasama dengan berbagai pihak untuk membuka toko buku Toga Mas di berbagai kota.

Menjelang peringatan Seabad Kota Malang, 1 April 2014 saya berniat menulis tentang sejarah sastra Malang. Saya teringat dengan buku-buku koleksi perpustakaan Bung Karno yang dibeli oleh Pak Johan dan tersimpan di Toga Mas Malang lantai 3.”Silakan monggo mas” (18/3), begitu jawaban Pak Johan lewat bb menanggapi rencana saya membaca buku-buku tersebut. Setelah pulang dari Mojokerto, saya meluncur ke Toga Mas Malang dan bertemu Mas Tjatur Adi Sutjipto, manager Toga Mas Malang. Saya menunda untuk sementara waktu keinginan membaca buku-buku koleksi salah satu keluarga Bung Karno sebagai referensi menulis sejarah sastra Malang. Meski demikian saya bersyukur, sempat melihat beberapa buku yang tersimpan di rak. Lewat pertemuan singkat dengan Mas Tjatur tersebut, saya malah mendapat informasi ada rencana membuka dan mengaktifkan Rumah Seni dan Budaya Hamur Sava. Sebuah rencana yang mulia.

Begitulah, buku menjadi ruang pertemuan saya dan Pak Johan. Sebuah pertemuan yang sungguh berkesan bagi saya. Pertemuan yang saya yakin bukan sebuah sebuah kebetulan.Ini adalah catatan sederhana dari pertemuan-pertemuan itu. Selamat jalan sahabat…..

Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah .(*)

[caption id="attachment_366554" align="aligncenter" width="300" caption="Selamat jalan, pak JBS. (foto: Herman Aga)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun