Mohon tunggu...
Abdul Malik
Abdul Malik Mohon Tunggu... Penulis seni - penulis seni budaya

penulis seni. tinggal di malang, ig:adakurakurabirudikebonagung. buku yang sudah terbit: dari ang hien hoo, ratna indraswari ibrahim hingga hikajat kebonagung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Goegah Semangat Ngalam

6 Agustus 2014   14:42 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:17 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14072857251544230710

DALAM even Malang Tempo Doeloe, 24-27 Mei 2012 ada satu panggung di Jl. Pahlawan Trip. Didukung beberapa stand disampingnya, ada Galeri Malang Bernyanyi, stand kuliner menu khas Malang, juga stand yang menjual kaos musisi/band legend diantaranya Bentoel Band, Ucok, God Bless. Log Zhelebour Production mendukung penuh dengan menghadirkan Elpamas, Sylvia Saartje, Abadi Soesman, Teddy Sujaya, Oegle Eyes, Jamm Session Jaguar. Itulah Kampoeng Malang. Penyelenggaranya Goe’s Ngalam (Goegah Semangat Ngalam). Di panggung Kampoeng Malang,  tanggal 26 Mei 2012  Lembaga Kesenian Indrokilo (LKI) memberikan penghargaan kepada 2 seniman tradisi: Pak Kadam (seniman ludruk) dan Mbah Munawi (maestro tari topeng Gunung Sari).

Adalah Achmad Nuh (Sam Nuh) sang penggagas Kampoeng Malang. Sam Nuh, acapkali bertanya pada dirinya sendiri, apakah kawan-kawannya juga merasa gelisah dengan kondisi Malang saat ini. Malang memiliki torehan sejarah yang besar dalam dunia seni. Malang pernah melahirkan band dan musisi musik rock yang dapat dikategorikan legend. Semisal: Bentoel Band, Jaguar, Elpamas, Ian Antono, Abady Soesman, Teddy Sujaya, Sylvia Saartje.  Bagaimana Malang hari ini? Kegelisahan itu sering muncul saat Sam Nuh  jagongan dengan dua tiga teman. Dan seturut perjalanan waktu, toh akhirnya  Sam Nuh menemukan kawan yang memiliki kegelisahan yang sama.

Sebenarnya kegelisahan seperti itu sudah muncul di benak Sam Nuh tahun 90- an. Lalu muncul kesadaran bahwa kalau berjalan sendiri gak punya kekuatan untuk mewujudkan kegelisahan itu. Kalau bersama tentu bisa lebih kuat. Tema kebersamaan dan kekeluargaan diantara komunitas-komunitas yang ada di Malang mengemuka ke permukaan. Dalam bahasa Malangan, kegelisahan kami dapat ditulis: Ngalam neyib koyok opo? (Malang dulu seperti apa?)Ngalam saiki kondisi’ne bagaimana? (Malang saat ini kondisinya bagaimana?) Ngalam kedepan kipa’e yok opo? (Malang ke depan baiknya seperti apa?)

Sam Nuh jugalah yang menggulirkan nama Goe’s Ngalam, akronim dari Goegah Semangat Ngalam,  Spirit of Solidarity. Menghimpun potensi elemen masyarakat yang ada di Malang menuju komunitas yang memiliki power yang credible. Memberikan sumbangsih terbaik yang bermanfaat langsung dan berkesinambungan bagi Kota Malang.

Sam Nuh menyodorkan beberapa data seukuran kertas folio warna krem yang telah dilaminating. Data tersebut memuat nama-nama komunitas, radio, band, geng, poster. “Namun profil lengkap band, geng, radio datanya belum terdiskripsi secara tertulis. Semuanya ada dalam ingatan di memori saya. Untuk sementara saya kumpulkan dulu, lalu  saya print dan laminating beberapa poster”, kata Sam Nuh yang bekerja sendiri mengumpulkan data.

Sam Nuh menunjukkan poster: OGLE EYES band (milik rokok Oepet, Sukun), DARKNESS the band (markasnya depan Cor je su di  Celaket), OXI 12  (komunitas jalan Sarangan 12), Seribu Satu Malam (radio amatir, di jalan Sarangan 12), KD33 (komunitas, Kidul Dalam 33), HAWK EYES (radio amatir), GRUMANN (komunitas disco, jl Ijen 42), de Jongen Onderground (70-77, geng di Jalan  Wilis).

Saya ingin menjelaskan bahwa yang dimaksud Geng adalah teman main, satu sekolah, satu kampung atau kesamaan hobi.” kata Sam Nuh. Dulu tahun 70 -80 an, di tiap kampung sekitar Malang Plaza perempatan  Gedung Flora ada Moprat (Momok Prapatan). Agak ke utara (Kidul Dalem), sekarang Hotel Oleno (dahulu Hotel  Sriwijaya)  di tengah jalan ada Argom (Armada Gombal), di Kidul Pasar sampai dengan lonceng ada geng namanya BLACKEMBEK. . Tahun 70-an: merupakan era hingar bingar. Banyak bermunculan group diskotik antara lain de Jongen Onderground. Tahun 60-an adalah era radio amatir, era cinta damai. Sejumlah nama geng  yang dapat dicatat: Aria Nada, Tornado, Ekadasa, Jaguar, Abadi, QQS, Brahma, Oegle Eyes, dll.

Sejumlah radio amatir mulai berdiri: KD33, PK17, OZY12,TMS, KDS, TENNES, El Dico, Dendy’s. Aroma hypies the flower, idolanya Scott me kenny. Tahun 50- an: era Wild West. Geng cross boy/ cross girl yang berdiri: Marabunta BC, GOBC. Tahun 40- an: zaman revolusi. Nama  Hamid Rusdi dikenal sebagai pejuang yang heroik.

Di Malang pernah berdiri sebuah komunitas bernama Klounthonk yang ditokohi Eddy Rumpoko ER, kini Walikota Batu).Terminologi Klounthonk juga merupakan counter culture, perlawanan budaya tatkala kawula muda Malang dari kelas gedongan saat itu sedang keranjingan gaya hidup Barat. Musik pun harus Rolling Stones, Deep Purple, Judas Priest, Led Zeppelin. Pakaian pun harus bergaya barat dengan harga toko modern. Mereka gandrung dengan istilah-istilah Barat. Tampang Indonesira tetapi gaya Amerika. Misalnya penamaan klub dengan terminologi Barat. Seperti “River A Complex (RAC-Kelompok anak muda di kompleks Jalan sungai-sungai di kota Malang), d’Jongen, Sexy Jongen, Rameco, NICO, OX112, PK17, dan lainnya. Berbeda dengan generasi 1970-an dengan geng untuk menunjukkan kejagoan, klub-klub ini sudah bergeser ke ranah gaya hidup, life style, mode. Terkadang gaya hidup itu mencerminkan jarak dan pembeda antara “anak gedongan” dengan “anak kampungan”.

(Anwar Hudijono, Herujogi, Assadurokhman, Dari Ken Angrok, Ebes Sugiyono Sampai Eddy Rumpoko, Pewarisan Kultur Jagoan Arek Malang, Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Kota Batu bekerjasama dengan Bayumedia Publishing, April 2002, hal.37)

ACHMAD NUH ( Sam Nuh). Lahir 29 September 1947 di Sumberpucung Kabupaten Malang. Alumni SMAN 1 Malang, SMPN 6 Malang, SDN belakang Loji (sekarang depan kantor Bank Tabungan Negara). Kuliah di FKK (Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan, sekarang FIA Unibraw) angkatan 69. “Salah satu dosen saya namanya Pak Marwan, waktu itu dekannya Pak Taher”, kata Sam Nuh.

Dalam sebuah perbincangan, Sam Nuh menjelaskan bahwa Goe’s Ngalam merupakan satu komunitas yang terlepas dari kepentingan dan atau afiliasi pada perorangan/golongan/kelompok/partai. “Ketika kita punya karep dan didanai orang lain berarti kita ditanggap. Kita bukan tandak bedes yang bisa ditanggap oleh pemilik modal”.

Untuk acara Kampoeng Malang dua tahun lalu misalnya,  Sam Nuh dkk mengumpulkan dana dengan cara urunan. “Kami berkumpul di Goe’s Ngalam karena memiliki spirit yang sama,  bukan payung dari komunitas-komunitas yang sudah ada. Yang lebih penting bagi kami adalah memberikan sumbangsih kongkrit untuk Kota Malang.”

Sam Nuh menguraikan beberapa program kerja Goe’s Ngalam. Kiprah 1: Kampoeng Malang di even Malang Tempo Doeloe, 24-27 Mei 2012. Gelar potensi: seni budaya, kuliner, band, group, radio amatir, diskotik era 60-70 an. Ini merupakan langkah awal yang kongkrit. Kiprah 2: KeLAB “dialek” NGALAM (gonomo enam osob kilawan). Kiprah 3: Mengusahakan tempat nongkrong yang menyajikan menu khas Ngalam berikut segala pernik yang dulu pernah dan masih ada.

Agar Goe’s Ngalam bukan sekedar euforia dan nostalgia belaka, Sam Nuh dkk menyusun program jangka menengah dan jangka panjang. Ada 7 poin: Kembalikan Kayutangan-ku, Swa Kelola kembali Kuliner Ngalam, Uri Budi Seni Budaya Ngalam, Gedung Kesenian yang cukup representatif berdiri di Ngalam lokasinya di pusat kota, Museum Populis berisi segala sesuatu tentang apa dan bagaimana Ngalam sejak berdirinya hingga saat ini, Talent Scouting bagi mereka yang “tidak mampu”,  tidak hanya para minus juga yang “kadit uat jalan”.  Salurkan potensinya dan tidak terkelola karenanya.  Foundation, bantuan modal dan manjemen bagi yang punya potensi pada profesinya.

Dalam perjalanannya, Sam Nuh berbahagia karena hingga hari ini sejumlah komunitas turut mendukung program-program Goe’s Ngalam. Mereka antara lain, Sam Hengky & sam Sangean (Galeri Malang Bernyanyi), mbak Tutik & mbak Toetoek (Komunitas Pecinta Kayutangan), sam Andik S (Family Televisi), sam Dwi Cahyono (Yayasan Inggil, Festival Malang Tempo Doeloe), mbak Sari (Lembaga Kesenian Indrokilo), sam Mad Nuh & sam Dori (de Jongen Onderground Wilis), sam Mulyono (Radio Amatir KD 33), sam Ronnie & sam Yanto Real MOHE (Monyet Hewut, Kelud), sam Bison (God Bless Community), sam Supandi (Rokok Win Mild), sam Log Zhelebour (koordinator artis Malang di Jakarta), Elpamas band, Abadi Soesman band, Teddy Sujaya, Jaguar Band, Baby Blues Band, Taman Dewasa Band, Club Tembang Kenangan Malang, sam Hadi Prasetyo (Makan Time), sam Agoes Soerjanto (Guna Bangun Perkasa).

Saya beberapa kali bertemu dan kongkow-kongkow dengan Sam Nuh. Sejak pertemuan pertama di Kampoeng Malang di Jl.Pahlawan Trip, kami masih beberapa kali bertemu, antara lain di kantor redaksi GerbangNews.com di Sawojajar, sekretariat Dewan Kesenian Malang di Jl.Majapahit, di Galeri Malang Bernyanyi Perum Griyashanta. Sam Nuh, orangnya gayeng kalau jagongan. Suka minum kopi. Ngrokoknya nyetet. Akhir-akhir ini saya jarang bertemu Sam Nuh, sampai sekitar seminggu lalu saya mendapat info dari sedulur Arief Wibisono (Bison Ngalam, penulis buku Sejarah lahirnya musik rock di Kota Malang; In Memorium Pungky Dheaz, Kwartet S, Pelawak Intelek Indonesia; Sejarah Terminal Pattimura), bahwa Sam Nuh sakit. Saya meluncur ke Jl.Cisadane 11A namun rumah kosong. Untuk pemulihan kesehatan, Sam Nuh lebih banyak beristirahat di rumah Jl.Permata Saxofone A2. Semoga catatan pendek ini dapat menjadi penyemangat bagi Sam Nuh. Salam satu jiwa. (*)

[caption id="attachment_351260" align="aligncenter" width="300" caption="Achmad Nuh (ketiga dari kiri) sedang memberikan penghargaan kepada Mbah Munawi,96, maestro tari topeng malangan Gunung Sari dan Pak Kadam, 77, maestro seni ludruk di. (26/5/2012) (foto: Andhang Sayidhimas SC)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun