Rasa asin keringat,peluh yang bercucuran di sepanjang tubuh rekan team akhirnya tiba juga. Â Oh sungguh Anugrah Tuhan. Air yang menyejukkan tanpa terasa kesejukan sumber air menghilangkan rasa penat dan lelah. Hilang sirna dibawah hembusan angin Peniwen.Â
Kami berdialog mencari apa yang menjadi persoalan sehingga Anugrah yang berlimpah ini kok tidak mencukupi, sedangkan Berkat yang berlimpah ada mengalir tanpa bisa dihalau oleh musim panas dan terik matahari. Rupanya kita harus belajar dengan peduli kemauan mau bekerjasama melayani dan berbagi. Perjalanan air yang mengaliri bumi pertiwi, mengikuti liku liku, menuruni tanah, bergandengan dengan sang pipa yang perkasa.Â
Pahlawan Peniwen membuat kami-kami berpikir apakah kami bisa begitu setia seperti pipa sang pahlawan Peniwen.Air yang mengalir memenuhi kebutuhan Peniwen rupanya tersebar dan sempat mampir di sang tandon yang gagah perkasa. Rupanya sang tendon yang buatan manusia tidak bisa menahan masa. Waktu menggerogoti raganya. Bocor, pecah di beberapa tempat seperti kita manusia yang rapuh.Â
Tetapi jiwamu, semangatmu terpampang di depan mata kita semua. Marilah kita menyisingkan lengan dengan rasa peduli, kerendahan hati, kemauan untuk bersama-sama membangun, memperbaiki sang tandon yang perkasa. Sehingga dapat ikut melayani sebagaimana mestinya. Puji Tuhan. Kami semua diberi kesempatan, dipakai Tuhan untuk  terus melayani. Amin..Tuhan memberkati".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H