Ilustrasi - Anak-anak warga Dusun Kinahrejo menampilkan atraksi kesenian jatilan pada acara pembukaan Wisata Alam Jelajah Kinahrejo di Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta (KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO)Â Â Â
Penghargaan Seni
Oleh Abdul Malik
@kurakurabiru
ADA DUA peristiwa yang seringkali ditunggu masyarakat seniman di Jawa Timur setiap tahunnya. Masing-masing Tali asih Seniman dan Penghargaan Seniman. Tali asih Seniman diberikan kepada 500 seniman di Jawa Timur, menjelang Idul Fitri. Masing-masing seniman menerima dana 1 juta rupiah dan sembako. Sementara Penghargaan Seniman, tahun ini diberikan kepada 15 seniman dan 3 lembaga seni. Nilai nominal yang diberikan Pemprov Jatim kepada Seniman penerima penghargaan sebesar 10 juta rupiah. Baik Tali asih Seniman maupun Penghargaan Seniman, kedua program masuk dalam agenda resmi Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Penghargaan Seniman Jawa Timur dihelat pertama kali 17 tahun lalu dan dianugerahkan kepada Basuki Rahmat (alm, seniman teater, Surabaya) dan Muhammad Ali (alm, sastrawan, Surabaya). Kenapa diberikan kepada seniman yang sudah almarhum? Barangkali panitia penghargaan seniman saat itu, lebih mempertimbangkan pada karya, dedikasi seniman sepanjang hidupnya.
Penghargaan Seniman di Malang Raya
Achmad Fauzi (1964-2015), saat menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Jawa Timur periode pertama (2008-2013), pernah menyatakan bahwa Pemerintah Daerah Tingkat Dua di Jawa Timur sebaiknya memberikan Tali asih Seniman dan Penghargaan Seniman kepada seniman di daerahnya masing-masing.
Malang Raya (Kota Batu, Kota Malang dan Kabupaten Malang) memiliki seniman-seniman yang luar biasa. Dari buku Penghargaan Seniman Jatim 2015 tercatat nama seniman di Malang Raya yang mendapat Penghargaan Seniman dari Pemprov Jatim: M.Soleh Adipramono (seniman tradisi, 2000), Ratna Indraswari Ibrahim (sastrawan, 2002), Rasimun (seniman tradisi, 2003), Henricus Supriyanto (budayawan, penggiat ludruk, 2006), DR.Hazim Amir (budayawan, 2006), Agus Sunyoto (sastrawan, 2007), Emil Sanossa (penulis skenario, 2007), Karimun (tari topeng, 2008), Yuwono (penggerak kesenian, 2009), Chattam AR (seniman tari, 2009), Koeboe Sarawan (pelukis, 2009), Darmanto ‘Dengkek’ (seniman teater, 2010), Tengsoe Tjahjono (sastrawan, 2012), Sumantri (musisi, 2012), Dadang Rukmana (perupa, 2013), Moehammad Sinwan (seniman teater, 2014), Teguh Santosa (tokoh berdedikasi, 2015), Djati Kusumo (tokoh berdedikasi, 2015).
Daftar tersebut menunjukkan bahwa seniman di Malang Raya memang luar biasa. Hampir setiap tahun ada yang mendapat anugerah penghargaan, bahkan dalam beberapa kali, lebih dari 1 seniman. Tercatat tahun 2006, 2007, 2009, 2012, 2015.
Â
Yang Tertulis Akan Abadi Yang Terucap Akan Hilang Bersama Angin
(Scripta manent verba polent)
Dalam sebuah kesempatan berdiskusi dengan Moehammad Sinwan di Sanggar Teater Ideot, saya pernah mengatakan bahwa seniman di Malang memiliki potensi yang luar biasa namun kalau tidak ada yang menulis lalu bagaimana cara mendokumentasikannya? Bagaimana publik mengenalnya? Akhirnya Lek Boss, panggilan akrabnya, bersedia untuk wawancara. Hasil wawancara dimuat Majalah Kidung Dewan Kesenian Jawa Timur edisi 27/2014 dengan judul Saya Masih Percaya dengan Teater Realis. Majalah Kidung dan Majalah Sastra Suluk Dewan Kesenian Jatim adalah dua media yang cukup efektif sebagai pencatatan karya dan dokumentasi sosok seniman di Jawa Timur.Dan kitapun sama-sama mengetahui, Moehammad Sinwan mendapat anugerah Penghargaan Seniman Jawa Timur 2014 untuk Kategori Seniman Teater.
Database Seni Budaya
Penghargaan Seniman Jawa Timur adalah salah satu peristiwa budaya yang memunculkan kesadaran betapa pentingnya database seni budaya. Itulah salah satu alasan kenapa saya menulis rutin di Ruang Sastra dan Budaya Malang Post, mulai November 2013. Saya bertemu dan mencatat banyak seniman di Malang Raya. Ada seniman yang semestinya layak mendapat Penghargaan Seniman Jawa Timur, namun belum juga dapat. Salah satu contoh, Buang Sabar Arif, tokoh ludruk, pemeran Sakerah, beralamat di Dusun Krapyak Jaya RT 18 RW 4 Desa Krebetsenggrong Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang.Saya telah menuliskan di Malang Post dengan tajuk Sakerah Dari Malang Selatan. Seniman lain, Mbah Kadam, tokoh ludruk Marhaen, kelompok ludruk yang kerap diundang Presiden Soekarno ke Istana Negara. ( Mbah Kadam, Maestro Ludruk Yang Bersahaja, Malang Post, Minggu, 3/8.2014)
Masih banyak seniman di Malang Raya yang masih belum sempat saya tulis, antara lain: Ki Supatman, tokoh macapat malangan, Mbah Munawi, tokoh tari topeng malangan Gunung Sari, Mbah Yono, tokoh ludruk guru Cak Kartolo; Djiono Bardjo, tokoh tari topeng dan pimpinan Sanggar Tari Topeng Galuh Candra Kirana, Jambuwer, Kromengan Kabupaten Malang; Mbah Yem, pelestari wayang krucil di dusun Wiloso, Gondowangi, Wagir Kabupaten Malang. Lebih sedih lagi, satu persatu seniman terbaik di Malang Raya berpulang sebelum saya sempat mendokumentasikannya. Semoga kesadaran menulis dan mendokumentasikan sosok dan karya seniman bertumbuh subur. Kritikus seni yang berwibawa juga dibutuhkan oleh dunia seni budaya di Malang Raya. Saya memberikan apresiasi yang tinggi kepada Bambang Adrian Wenzel yang rutin mempublikasikan database seniman di salah satu media cetak di Malang.
Seniman yang segar bugar sehat wal afiat dan masih eksis berkarya juga berlimpah di Malang Raya. Banyak yang layak untuk mendapatkan Penghargaan Seniman dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Jika sosok dan profil seniman-seniman tersebut ditulis tiap ahad, membutuhkan durasi waktu lebih dari setahun.
Ada rasa girang dalam hati ketika mendapat kabar bahwa Bupati Malang, DR Rendra Kresna memberikan Penghargaan Satya Dharma Budaya kepada lima seniman dalam perhelatan Pengukuhan Pengurus Dewan Kesenian Kabupaten Malang di Pendopo Kabupaten Malang (17/9/2015). Bagaimana dengan Pemerintah Kota Malang dan Pemerintah Kota Batu? Semoga segera menyusul. Lebih menarik jika Penghargaan Seniman (dan Tali asih Seniman) di Malang Raya dimasukkan dalam Perda sehingga siapapun Kepala Daerah nantinya yang menjabat, kegiatan Penghargaan Seniman dan Tali asih Seniman tetap berlangsung.
Mekanisme Penghargaan Seniman
Di tahun-tahun awal Penghargaan Seniman Jatim, dewan kesenian di daerah mendapat kiriman formulir dan boleh mengusulkan sejumlah nama kepada Dewan Kesenian Jatim. Nama-nama yang masuk akan diseleksi oleh Dewan Kesenian Jatim lewat Tim Juri Independen (tahun ini berjumlah 15 orang). Tahun ini pelaksanaan Penghargaan Seniman Jatim ditangani oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan info dari Rangga Bisma Aditya, Sekretaris Dewan Kesenian Jawa Timur, tahun 2016, Dewan Kesenian Jatim akan meminta dewan kesenian daerah di Jawa Timur untuk mengajukan nominasi nama seniman penerima penghargaan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Formulir yang dikirim Dewan Kesenian Jatim, selain memuat nama dan alamat lengkap, juga mencantumkan data latar belakang aktivitas seni budaya, riwayat kekaryaan dan keterangan tentang profesi kesenian. Informasi yang terhimpun akhirnya menjadi sebuah database seniman Jawa Timur yang sangat berharga. Paling tidak data tersebut dapat menjawab pertanyaan: Berapa jumlah seniman di Jawa Timur? Data tersebut terkoneksi dengan program tali asih seniman Jawa Timur, Asuransi Kesehatan Seniman Jawa Timur dan program lain terkait seni budaya di Jawa Timur.
Epilog
Laku seni tak boleh berhenti hanya karena tidak mendapat Penghargaan Seniman Jatim. Sebaliknya seniman yang telah meraih Penghargaan Seniman juga tak boleh jumawa. Menerbitkan buku profil dan karya seniman peraih penghargaan adalah hal yang menarik untuk ditindaklanjuti. Berkaitan dengan gagasan tersebut, tahun ini, Dewan Kesenian Jatim bekerja sama dengan Keluarga komikus Teguh Santosa akan menerbitkan buku Komik Indonesia Masih Ada, Teguh Santosa (1942-2000). Separo buku merupakan profil komikus Teguh Santosa yang ditulis Dhany Valiandra, putra kedua Teguh Santosa. Bagian yang lain memuat ulasan karya komikus Teguh Santosa yang terhimpun dari beberapa penulis: Iwan Gunawan, Toni Masdiono, Syarifuddin, Bagus Ary Wicaksono, Abdul Malik.
Buku tersebut juga memuat daftar lengkap judul karya komik Teguh Santosa dan puluhan sampul komiknya. Rencananya peluncuran dan diskusi buku akan diadakan di Semeru Art Gallery Jl. Semeru 14 Malang, Sabtu, 28 November 2015 pukul 19.00 WIB. Buku komik Teguh Santosa berjudul Riwayat Pandawa juga akan diluncurkan dan didiskusikan pada hari itu. Buku terbitan Pluz+ Jakarta memuat komik berjudul Mahabharata, Bharatayudha dan Pandawa Seda. Elyda K.Rara dari Teater Komunitas akan tampil dengan mengusung komikalisasi puisi karya Dhany Valiandra.
Â
Graha Eklesia GKI Kebonagung, Oktober 2015.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H