Mohon tunggu...
Abdul Malik
Abdul Malik Mohon Tunggu... Penulis seni - penulis seni budaya

penulis seni. tinggal di malang, ig:adakurakurabirudikebonagung. buku yang sudah terbit: dari ang hien hoo, ratna indraswari ibrahim hingga hikajat kebonagung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aku Terlambat Belajar Menari

2 April 2015   16:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:37 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Eko Ujang: ”Aku Terlambat Belajar Menari”

Oleh Abdul Malik

AWAL DESEMBER tahun lalu saya diajak Eko Ujang, seorang penari, ke Padepokan Seni Mangun Dharma, Tumpang untuk mengikuti gladi bersih Rabine Sawunggaling Ludruk Lerok Anyar dan tari topeng malang Laire Panji karya Ki Soleh Adi Pramono. Dari Perumahan Cityside, Segaran rumah Eko Ujang, kami naik sepeda motor,  menyeberang lewat jembatan lori, Telogowaru Sampoerna Academy, Tajinan, Gunungsari, Candi Kidal, Glagahdowo, Tugu Tumpang, lurus, perempatan belok kiri menuju Padepokan Seni Mangun Dharma di Dusun Kemulan, Desa Tulusbesar, KecamatanTumpang. Siang itu hujan turun cukup deras. Udara segar saat memasuki padepokan. 21 tahun lalu saya bersama Agung Priyo Wibowo hadir dalam sebuah kegiatan di padepokan milik Pak Soleh ini. Saya masih ingat saat itu ibu-ibu petani dari Tengger tampil menari.

[caption id="attachment_407229" align="aligncenter" width="300" caption="Eko Ujang ( nomor dua dari kiri) bersama sanggar tari topeng Jambuwer tampil di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Tampak dalam foto Ki Soleh Adi Pramono. (dok.Eko Ujang)"][/caption]

Bagi Eko Ujang, Padepokan Seni Mangun Dharma adalah salah satu tempat menimba ilmu tari topeng langsung dari Ki Soleh . “Dari pasar Tumpang saya jalan kaki ke padepokan”, Eko Ujang menuturkan. Itu 11 tahun lalu saat dia belum memiliki sepeda motor.  Naik angkot jurusan Tumpang Sawojajar. Angkot paling malam maghrib. Kalau kemalaman berarti naik angkot dari Tumpang ke terminal Arjosari, turun perempatan Blimbing. Lalu pindah naik angkot jurusan Gadang, turun di CPM/Dodikjur. Pindah naik angkot jurusan CKL turun di terminal Sawojajar. Saat itu Eko Ujang masih kos di Perumahan Sawojajar.Terkadang dari Tumpang nunut Bu Elizabeth Karen, istri Pak Soleh (saat itu) ke Malang. Turun di perempatan Blimbing. Eko Ujang belajar tari topeng gaya Tumpang intens ke Pak Soleh selama lima tahun.”Gaya topeng malang pada musik dan kendangan hampir sama, perbedaannya terletak pada model gerakan. Gaya Tumpang lebih kalem dibanding gaya Malang Selatan (Kedungmonggo dan Jambuwer), terutama pada gerak Grebeg Jowo . Ilmu tari topeng gaya tumpang dapat ditimba juga di Glagahdowo (Pak Tris), Jabung (Pak Soparjo).” Eko Ujang menyeruput lemon tea panas. Hari masih hujan.

[caption id="attachment_407296" align="aligncenter" width="300" caption="Eko Ujang dari Komunitas Laras Aji menampilkan tari topeng Gunungsari dalam Bazar dan Pentas Seni GKI Kebonagung. (27/9/2014) (dok. Eklesia Prodaksen GKI Kebonagung)."]

14279940301685788801
14279940301685788801
[/caption]

Sebelum belajar dari topeng malang gaya Tumpang, Eko Ujang telah menimba ilmu tari topeng malang gaya Kedungmonggo, langsung pada Mbah Karimun, Sanggar Panji Asmoro Bangun, tahun 1991. Saat itu Eko Ujang masih tinggal di Jambuwer. Latihan di Mbah Karimun diadakan pada minggu pagi. Eko Ujang masih menjadi  siswa SMA Yos Sudarso Kepanjen. Dari Jambuwer naik angkot turun di Slorok. Pindah angkot jurusan Malang turun pertigaan Bendo Pakisaji. Kadang naik ojek, kadang jalan kaki ke sanggar Panji Asmoro Bangun. Menurut Eko Ujang, Pak Taslan (anak angkat Mbah Karimun) banyak mengajari gerakan tari topeng secara detil dan sabar. Pak Taslan, seorang penari dan pengukir topeng di Sanggar Panji Asmoro Bangun. Pak Suroso (putra Pak Taslan) saat itu sudah melatih tari. Menimba ilmu tari topeng gaya Kedungmonggo dilakoni Eko Ujang selama 14 tahun. Dari jaman SMA hingga selesai kuliah di Sekolah Tinggi Bahasa dan Sastra (STIBA) Malang tahun 2005.

“Gaya Kedungmonggo lebih mudah dipelajari. Tariannya sudah ditata, direkonstruksi dan lebih banyak dipelajari di lembaga pendidikan, semisal pada gerak singget. Gaya Kedungmonggo lebih jelas pada bentuk tangan dan jarinya. Singget adalah pembatas/sekat gerak satu ke gerak yang lain. Gaya Kedungmonggo banyak dipelajari oleh lembaga pendidikan tak terkecuali kampus. Pak Chattam, dosen tari IKIP Malang adalah salah satunya. Mbah Karimun sendiri tercatat  sebagai dosen luar biasa Jurusan Tari  Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya”. Demikian penjelasan Eko Ujang. Semangkok mie ayam habis sudah. Gerimis masih turun.

[caption id="attachment_407230" align="aligncenter" width="300" caption="Eko Ujang melatih tari topeng malangan  Sekarsariâ ibu-ibu di Balai RW 01 Magersari Utara Desa Kebonagung.Program kerjasama Eklesia Prodaksen dan PKK RW 01 Desa Kebonagung. (dok.Abdul Malik)"]

14279679241007603099
14279679241007603099
[/caption]



Tari topeng malang gaya Jambuwer dipelajari Eko Ujang  saat kuliah di STIBA Malang angkatan 92. Eko Ujang menimba ilmu langsung pada Pak Bardjo Djiono, narasumber utama topeng Jambuwer Kecamatan Kromengan Kabupaten Malang. Pak Bardjo Djiono adalah pimpinan Sanggar Tari  Topeng Galuh Chandra Kirana. Beliau masih eksis hingga hari ini. “Gaya tari topeng malang Jambuwer perbedaan utama pada singget. Ada permainan sampur pada waktu singget. Gerak tari lebih banyak pengulangan. Tari topeng gaya Jambuwer belum didekonstruksi dibandingkan dengan gaya Kedungmonggo. Mereka lebih banyak menari dengan penari sepuh, anggotanya banyak penari tua ”. Demikianlah Eko Ujang mencatat ihwal tari topeng malang gaya Jambuwer”.

Keluar Negeri

Berbekal tari topeng malang Eko Ujang sempat memiliki keinginan menari di luar negeri. Tahun 2004 ada 3 kali kesempatan ke keluar negeri: Jepang (personal), Thailand (Pemkot Malang), Singapura (Mata Ati). Namun semuanya batal, padahal paspor sudah jadi. Di tahun 2014, ada undangan dari Harriz Corp menari ke Hongkong dalam rangka 6 tahun AFI Tata Rias, Hongkong. Eko Ujang menari tari topeng Gunungsari gaya Kedungmonggo di Sai Yin Pun Hall, Hongkong, 2 November 2014 di depan  buruh migran Indonesia. “Seusai menari, saya mampir ke Macau.Dari penginapan di Cos Way Bay saya ke pelabuhan naik bis kira-kira 20 menit. Lalu menyeberang naik jet sky sekitar 1 jam ke Macau.”. Memang, segala sesuatu akan indah pada waktu-Nya.

[caption id="attachment_407231" align="aligncenter" width="300" caption="Eko Ujang menari tari topeng Gunungsari gaya Kedungmonggo di Sai Yin Pun Hall, Hongkong, 2/11/ 2014 di depan buruh migran Indonesia. (dok.Eko Ujang)"]

14279680131264620642
14279680131264620642
[/caption]

Wayang Orang

Tahun 2003 Eko Ujang bergabung dengan kelompok wayang orang Slogo Budaya, Araya, pimpinan Pak Yudha Asmoro. Pelatihnya Pak KRT Ismuri (sekarang diangkat menjadi abdi dalem Keraton Surakarta). Adalah Winarto Ekram yang mengajaknya bergabung, selain Eko Ujang memang tertarik belajar tari gaya klasik. Eko Ujang belajar tari klasik Surakarta KRT Ismuri. Sempat menjadi asisten Pak Ismuri. “Saat itu badan saya kurus, diminta menggemukkan untuk peran Arjuna. Saya disarankan minum pil penambah nafsu makan. Dan hasilnya benar-benar mujarab. Berat badan  saya bertambah dalam satu bulan. Dari 49 kg menjadi 60 kg. Masak Arjuna kurus mas? Ha ha.” Eko Ujang mengudar kenangan.Tiap bulan kelompok wayang orang Slogo Budaya pentas sebagai forum untuk pembelajaran.

[caption id="attachment_407300" align="aligncenter" width="300" caption="Eko Ujang dalam sebuah pergelaran wayang orang. (dok.Eko Ujang)"]

1427994355338314377
1427994355338314377
[/caption]

Keluarga

Eko Ujang, sulung dari dari tiga bersaudara dari pasangan Sri Utami dan  Sisanto (alm).  Lahir 1973 di Dusun Krajan Desa Jambuwer Kecamatan Kromengan Kabupaten  Malang. Pak Sarengat, buyut dari bapaknya memiliki seperangkat gamelan. Ibunya asli Jambuwer, PNS guru SDN Jambuwer 2, sedangkan bapaknya petani. Keluarga bapaknya memiliki gamelan. Rumah Mbah Sarengat di Jambuwer serupa gedung kesenian. Ada pentas ludruk dan berbayar. Itu tahun 1965. Kakek dari Bapak Eko Ujang adalah  tuan tanah di Jambuwer.

[caption id="attachment_407232" align="aligncenter" width="300" caption="Eko Ujang menerima penghargaan dari Soekarwo, Gubernur Jatim sebagai Penata Tari 10 Penyaji Terbaik dalam Festival Bedhaya Jatim tahun 2010. Eko Ujang mewakili mewakili Kabupaten Malang. (dok.Eko Ujang) "]

142796807853128143
142796807853128143
[/caption]

Saat aku kecil kesulitan mencari guru tari karena aku tinggal di desa. Ada latihan tari topeng namun khusus orang tua. Ada kelompok tari anak-anak namun khusus cewek. Kebetulan ada guru SMP mengajar tari di desa. Saat itu aku kelas 3 SD namun bergabung di kelompok SMP. Tahun itu ada SMP baru. Ada pendatang mengajar kesenian. Aku belajar pertama kali  tari remo pada Bu Anik Setiomurni, asal Trenggalek,” Eko Ujang membuka catatan masa kecilnya.

Waktu pun bergerak maju. Eko Ujang bergabung dengan  kelompok jangger banyuwangi yang ada di desanya. Jangger adalah kesenian dari Banyuwangi namun jaman dulu berkembang pesat di Jambuwer. Jangger semacam ketoprak dengan tema cerita soal Menakjinggo, Damarwulan. Kostum pemain jangger seadanya. Eko Ujang saat itu kelas 5 SD dan tercatat sebagai penari. Eko Ujang belajar berbicara di panggung, belajar tata rias. Orang tuanya melarang Eko Ujang sekolah tari, padahal Pak Taslan (anak angkat Mbah Karimbah karimunmun, Kedungmonggo) siap memasukkan Eko Ujang sebagai mahasiswa di STKW Surabaya. Eko Ujang memilih kuliah di STIBA Malang. Dalam perjalanan waktu, Eko Ujang menyadari bahwa bahasa inggris yang dipelajari di kampus bermanfaat bagi perjalanan karirnya sebagai penari. Eko Ujang menulis skripsi dengan judul Study on the symbols used in malangese mask (Studi pada symbol wajah Topeng Malang).

Tari Sebagai Jalan Hidup

Tahun 2003 Eko Ujang terpilih sebagai salah satu peserta Magang Nusantara dari Yayasan Seni Kelola. Eko Ujang magang di Sanggar Tari  Didik Nini Thowok, Yogyakarta selama 3 bulan. Formulir magang seni dari Yayasan Seni Kelola didapatkan  dari Agung Priyo Wibowo, kakak kelas di STIBA Malang. Agung PW pernah bekerja pada penari Sardono W Kusumo di Solo. Momen itu membuatnya makin banyak menyelami dunia seni tari. Perjalanan karir Eko Ujang bergerak menaik. Eko Ujang mewakili Kabupaten Malang dalam Festival Bedhaya Jatim tahun 2010 dan terpilih sebagai Penata Tari 10 Penyaji Terbaik. Sejak 2012 Eko Ujang menjadi Ketua Komunitas Laras Aji, komunitas yang menghimpun penari tradisi di Malang Raya. Baru saja DVD Tari Malangan Grebeg Jowo Landasan Dasar Tari Topeng Putra Malang beredar. Dalam DVD produksi Yongki Irawan dan Young-Q Production & Komunitas Lintas Budaya Malang Raya tersebut Eko Ujang menjadi penari peraganya dalam durasi 45 menit.

Hari-hari Eko Ujang sibuk dengan mendidik tari di sejumlah tempat : SMK 1, SD Islamic Global Klayatan, SLB Kedungkandang dan mahasiswa asing di VEDC Malang. Jadwal kegiatannya padat untuk menari di pesta pernikahan, BUMN, launching produk, dinner party di hotel, dan menggarap tari untuk festival dan lomba.

[caption id="attachment_407233" align="aligncenter" width="300" caption="Eko Ujang menjadi penari peraga dalam DVD Tari Malangan Grebeg Jowo Landasan Dasar Tari Topeng Putra Malang beredar. Dalam DVD produksi Yongki Irawan dan Young-Q Production & Komunitas Lintas Budaya Malang Raya. (dok.Eko Ujang)"]

1427968142583160920
1427968142583160920
[/caption]

“Aku terlambat belajar menari,” kata Eko Ujang dalam sebuah perbincangan. “Aku baru bertemu pelatih saat aku sudah SMA kelas 1, waktu kecil di desa sulit cari pelatih.” Barangkali hal tersebut menjadi pertimbangan Eko Ujang menerima ajakan Eklesia Prodaksen dan PKK RW 01 Desa Kebonagung untuk melatih tari topeng malangan “Sekarsari” ibu-ibu di Balai RW 01 Magersari Utara Desa Kebonagung. Siapa tahu dari Balai RW 01 Desa Kebonagung akan tumbuh banyak penari handal. Semoga. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun