Mohon tunggu...
Abdul Malik
Abdul Malik Mohon Tunggu... Penulis seni - penulis seni budaya

penulis seni. tinggal di malang, ig:adakurakurabirudikebonagung. buku yang sudah terbit: dari ang hien hoo, ratna indraswari ibrahim hingga hikajat kebonagung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Komunitas Seni Budaya Lembah Ibarat di Malang

10 Agustus 2014   21:54 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:53 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SUPARNO SAPTO WIJOYO, seorang pensiunan polisi. Dia menjalani kehidupan bersama Yeti, istri dan dua anaknya di Desa Kepuharjo RT 01 RW 01 Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang. Ia disegani di lingkungannya bukan saja karena kharisma sebagai seorang mantan polisi, namun juga sepak terjang dalam menyelesaikan berbagai persoalan warga. Parno menyimpan keinginan menjadi Lurah. Karir pertama sebagai Ketua RT diraihnya dengan mulus. Langkah selanjutnya adalah Ketua RW dan posisi berikutnya yang diincar adalah menjadi Lurah. Melalui Satgas Berkamtib yang dibentuknya, Parno mulai menjalankan program politisnya. Namun takdir berkata lain.”Di hadapan penyidik, Barkah mengaku bahwa semua tindak kejahatannya itu dibekingi oleh Sup, seorang oknum pensiunan polisi.Sabtu kemarin, Sup digelandang ke Mapolres Malang untuk dimintai keterangan. Sesaat setelah mengakui rangkaian perbuatannya Sup mengeluhkan dadanya sesak hingga polisi bergegas membawanya ke IRD RS Syaiful Anwar. Namun sayang nyawa Sup tak tertolong. Belum sampai halaman Rumah Sakit, ia menghembuskan nafas terakhirnya akibat gagal jantung.”

SUPARNO SAPTO WIJOYO adalah tokoh rekaan dalam Lencana Tua, novel karya Geneng Dwi Yoga Isnaini (GD Yoga), aktivis Komunitas Seni Budaya Lembah Ibarat, Malang. Novel adalah genre sastra yang termasuk jarang ditulis oleh pelaku sastra dan komunitas sastra di Malang dalam sepuluh tahun terakhir. Lebih banyak puisi, cerpen, dan esai. Lencana Tua ditulis dengan bahasa dan alur sederhana, namun gagasannya masih konstekstual untuk saat ini.

[caption id="attachment_352190" align="aligncenter" width="300" caption="A.Musawir, Ketua Komunitas Lembah Ibarat Malang. (foto: A.Musawir)"][/caption]

Penerbitan buku merupakan bukti eksistensi seorang penulis maupun komunitas sastra. Hal tersebut berlaku juga bagi Lembah Ibarat atau lebih akrab dikenal dengan sebutan LI, sebuah komunitas seni budaya yang dibentuk pada tanggal 5 Mei 2009 dan memiliki padepokan di Wisma Kalimetro, Jl. Joyosuko Metro 42 A, Merjosari, Lowokwaru, Kota Malang.

Adalah Denny Mizhar dari Komunitas Pelangi Sastra Malang yang mengenalkan saya dengan A. Musawir, Ketua Komunitas Lembah Ibarat, sekaligus silaturahmi  di Wisma Kalimetro, tempat kumpul-kumpul dan diskusi Komunitas Lembah Ibarat, yang juga menjadi kantor Malang Corruption Watch (11/3/2014).

[caption id="attachment_352191" align="aligncenter" width="300" caption="Lencana Tua novel karya Geneng Dwi Yoga Isnaini (GD Yoga). (foto: Abdul Malik)"]

1407656442604717105
1407656442604717105
[/caption]

Kesan awal saya saat pertama kali bersilaturahmi ke padepokan Komunitas Lembah Ibarat di Wisma Kalimetro adalah tempat  tersebut dikelola dengan  artistik. Tak ada papan lembaga yang biasanya dipasang di depan. Rumah depan dindingnya tak dilabur semen. Nyeni.Penghuni rumah itu Luthfi J.Kurniawan dan keluarganya, aktivis Komunitas Lembah Ibarat sekaligus Ketua Malang Corruption Watch (MCW). Ruang berikutnya Intrans Publishing. Dibelakangnya adalah tempat aktivis Malang Corruption Watch mengolah data dan mendokumentasikan berita-berita di media cetak maupun online. Bagian belakang ada halaman cukup luas dan beberapa gazebo untuk kongkow kongkow dan berdiskusi. Saat Abdi Purnomo (jurnalis Tempo)  menjadi Ketua  Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Malang, Abel, panggilan akrabnya, sering nyangkruk dan berdiskusi di Wisma Kalimetro.  Hawa sejuk dari sekitaran Kalimetro mendukung pikiran-pikiran tetap tenang, nyantai dan fokus.

Hari itu, Selasa (11/3/2014),  saya mendapat hadiah 4 judul buku  yang diterbitkan Komunitas Lembah Ibarat. Masing-masing berjudul: Para Nabi dalam Botol Anggur (kumpulan 15 cerpen Ach.Dhofir Zuhry, 2011), Mahar Seribu Masjid (kumpulan cerpen Masdar Zainal, Sugeng Ali Mansur, Abdul Azis Ghofar, Khalid Amrullah, GD Yoga, A.Dhofir Zuhri, M Rusdi, Wawan S.Fauzi, 2012), Doa ‘Akasyah, Perjamuan Pertaubatan (kumpulan puisi, Masaly, Azis Ghafar Abdullah, Amrullah Budairi, Masdar Zainal, Muhammad Rusdi, Shabir, Sucipte Jumuhur, Humidatunnisa, Wawan Sulthon Fauzi, Luthfi J.Kurniawan, Emil Sanossa, 2009) dan Lencana Tua.

[caption id="attachment_352192" align="aligncenter" width="300" caption=" Bersama Aliansi Pecinta Sastra Kota Malang mengadakan aksi penolakan buku berjudul 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh. Kegiatan diadakan di depan Patung Chairil Anwar, Kayutangan Malang. (30/1/2014). (foto: dok.Komunitas Lembah Ibarat)"]

14076566021881088093
14076566021881088093
[/caption]

Anggota Komunitas Lembah Ibarat tetap suntuk dengan aktivitas sastra di Malang. Salah satunya, terlibat dalam Aksi Bersama Aliansi Pecinta Sastra Malang di depan patung Chairil Anwal, Kayutangan, “Tolak Beredarnya Buku 33 Tokoh Satrawan Berpengaruh”. Mereka melarutkan diri dalam berbagai peristiwa seni budaya: Festival Genjot Pat Ping Nem, Kampung Lowokmujo (1/12/2013), Festival Kampung Malangan, Fiestawijaya-Teater Qutub-Universitas Brawijaya, Pameren Foto Membidik Pelayanan Publik, RoadshowPuisi Menolak Korupsi yang digagas Sosiawan Leak dkk di Perpustakaan Umum Kota Malang (Februari 2014).
A.Musawir, Ketua Komunitas Lembah Ibarat, mesti membagi waktu dengan bijak antara aktivitas sastra nya dan posisinya sebagai Kepala Divisi Pendidikan Publik di Malang Corruption Watch (MCW). Dengan nama pena Sabda Musa, dia masih menulis puisi. Sebagian judulnya:  Ari-ari (Juara I Apresisasi Puisi Hari Ibu, 2006), Tahun Peristiwa Coklat (dibacakan di halaman gedung Kejaksaan Kota Malang, 2014), Orang desa (2007), Tinggal Cerita (2008), Sajak Mahasiswa II (2011), Kawin Semusim (2012), Nuansa Prahara (2012), Puisita Glamoura(dibacakan pada Parade Puisi di Ujung Bulan-Malam Puisi Malang, Launching Komunitas Sastra Bahasa Bhuana Semesta, Pesta Rakyat-Stand Kampung Malangan, Sarasehan HAM, Temu Anggota Lembah Ibarat, Padang Bulan UKM LKP2M UIN Malang, Talkshow BEM FISIP UMM-Basement Dome UMM)

[caption id="attachment_352193" align="aligncenter" width="300" caption="Doa �Akasyah, Perjamuan Pertaubatan (kumpulan puisi, Masaly, Azis Ghafar Abdullah, Amrullah Budairi, Masdar Zainal, Muhammad Rusdi, Shabir, Sucipte Jumuhur, Humidatunnisa, Wawan Sulthon Fauzi, Luthfi J.Kurniawan, Emil Sanossa, 2009) .(foto: Abdul Malik)"]

14076567591596971695
14076567591596971695
[/caption]

Sebagian karyanya dimuat di Bulletin PMT-IAIN Sunan Ampel, Kolom Puisi, Nuansa Prahara (2012), Bulletin Transisi, kolom Puisi “Siaga I, Ikrar Mahasiswa”(Januari 2014).

Dalam sebuah perbincangan santai di Wisma Kalimetro (Rabu,2/4/2014), mas Musawir mengatakan bahwa Komunitas Lembah Ibarat sejak awal terbentuk memang menghimpun berbagai aktivitas senibudaya, entah itu yang bergerak di bidang literasi, musik, tari, seni rupa, ataupun budaya lokal. Menurut mas Musawir, aktivititas senibudaya tersebut tidak bisa berdiri sendiri tanpa adanya sangkut paut dengan kehidupan masyarakat. Hal ini menjadi pemantik bagi pegiat komunitas Lembah Ibarat untuk terus terlibat dan berbaur dengan masyarakat, khususnya warga Kota Malang.

[caption id="attachment_352194" align="aligncenter" width="300" caption="Mahar Seribu Masjid (kumpulan cerpen Masdar Zainal, Sugeng Ali Mansur, Abdul Azis Ghofar, Khalid Amrullah, GD Yoga, A.Dhofir Zuhri, M Rusdi, Wawan S.Fauzi, 2012). (foto: Abdul Malik)"]

14076568931636937075
14076568931636937075
[/caption]

Untuk mengenal Kota Malang, mas Musawir dan kawan-kawan Komunitas Lembah Ibarat  melakukan pemetaan pada 5 kecamatan di Kota Malang, yaitu Kecamatan Lowokwaru, Klojen, Sukun, Blimbing, dan Kedungkandang. Pemetaan ini penting untuk mengetahui corak kehidupan masyarakat Kota Malang. Dari data tersebut, baru kemudian diolah untuk pendekatan senibudaya sebagai proses transformasi kesadaran publik. Menurut saya ini proses kerja kesenian yang menarik.

Mas Musawir adalah salah satu ‘manusia urban’ di Malang. Lahir di Pamekasan. Masuk Malang untuk kuliah di Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang ( 2008-2012 ),mutasi ke kampus IKIP Budi Utomo Malang Jurusan Pendidkan Bahasa Inggris ( 2012-sekarang). Tidak ada yang mengetahui dengan pasti apakah mas Musawir akan tetap menetap di Malang setelah menamatkan kuliahnya? Publik sastra di Malang, 25 tahun mendatang hanya mengakses karya mas Musawir yang tercetak dalam bentuk buku atau yang termuat di media cetak. Beruntung, Komunitas Lembah Ibarat memiliki Intrans Publishing yang sama-sama bernaung di Wisma Kalimetro, sehingga urusan cetak mencetak buku bukan persoalan pelik.

[caption id="attachment_352195" align="aligncenter" width="300" caption=" Para Nabi dalam Botol Anggur (kumpulan 15 cerpen Ach.Dhofir Zuhry, 2011). (foto: Abdul Malik)"]

14076570662136387377
14076570662136387377
[/caption]

Apakah artinya kesenian/ jika berpisah dari derita lingkungan/ apakah artinya berpikir/bila terpisah dari masalah kehidupan, (WS Rendra, Sajak Sebatang Lisong, 1977). Empat baris sajak Rendra tersebut dapat menjadi dasar pemakluman untuk menganalisa aktivitas Komunitas Lembah Ibarat yang pekat dengan isu sosial. Mas Musawir sendiri lebih banyak membacakan karya puisinya di tengah-tengah khalayak publik, seperti pembacaan puisi pada aksi damai di halaman kantor Kejaksaan Kota Malang, aksi bersama Warga Gemulo Batu.

Selain mendokumentasikan karya dalam bentuk buku, Komunitas Lembah Ibarat menyadari pentingnya kliping  sebagai salah satu sarana melacak jejak perjalanan sastra LI. Kegiatan Komunitas Lembah Ibarat dapat dirunut dari kliping yang mereka simpan dengan rapi: “Kritik Pemimpin Lewat Parade Puisi”, dimuat Radar Malang (Senin/01/06/2009), launchingbuku antologi puisi “Doa Akasya” karya Emil Sanossa (27/07/2009) dimuat di kolom budaya Radar Malang (28/07/2009), Sayembara Penulisan Artikel & Cerpen dengan tema “Pemilu dan Demokrasi” (Juli 2010), Refleksi Bulan Bahasa (22/10/2013) dimuat Surya (23/10/2013), Malang Post (23/10/2013).

Komunitas Lembah Ibarat adalah salah satu komunitas seni budaya di Kota Malang.  Sejumlah anak muda yang mengisi hari-hari nya dengan aktivitas  sastra di kota yang telah berusia seabad. Salut…

Berkelanalah pada lembah ibarat, dan/hikmati sampai ngarainya/niscaya kan kau dapati mutiara/dalam jengkal-jengkal kata/ yang kan mengajarkanmu/bagaimana memperlakukan cinta. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun