Lantas publik telah menjadi ruang gema, dimana orang-orang menjadi hanya meyakini persepsinya sendiri, olehkarena memiliki keyakinan yang serupa dengan orang lain.
Ketakutan yang muncul ini juga berhasil memporak-porandakan perekenomian kita, orang-orang menjadi was-was untuk berpergian, sekalipun Pemerintah sudah menjamin "keamanan" di beberapa daerah wisata. Akibat pariwisata yang lumpuh, mata uang kita anjlok. Belum lagi berbicara tentang ekspor-impor yang menurun, dan banyaknya karyawan yang dirumahkan akibat lesunya perekonomian kita pasca corona. Belum lagi tempat perbelanjaan yang telah diserbu oleh masyarakat yang memborong bahan-bahan kebutuhan pangan sehari-hari dengan jumlah banyak, mengakibatkan ketersediaan menipis drastis dan harga melonjak naik.
Ketakutan yang lain juga muncul oleh karena pandangan liar, tak cuma liar kadang kala pandangan itu juga gila (tak masuk akal) dan nyeleneh.
Contoh kasus, publik berbondong-bondong "memboikot" produk-produk buatan china, karena dianggap membawa virus corona.
Pandangan seperti bahwa Pemerintah tidak cakap dalam menghadapi isu corona contohnya, publik tidak menaruh kepercayaan penuh saat pemerintah telah mengkarantina para WNI yang terpaksa pulang dari China.
Olehkarenanya, sesungguhnya ketakutan-ketakutan yang hadir lebih besar dibanding dengan virus corona itu sendiri, hal ini membuat kita lemah, panik dan paranoid. Padahal kalau kita berbicara data tentang penyebab kematian lain, ada penyakit DBD (Demam berdarah) yang tak kalah mengerikan, pun dengan stroke dan jantung yang menjadi pembunuh nomor wahid di dunia, kasus lain ada narkoba yang telah menjangkit 5 juta jiwa orang Indonesia. Maka dari itu kita tidak perlu menanggapi sebuah isu terlalu berlebihan, tetap tenang dan melanjutkan aktivitas seperti biasa.
Mahasiswa harus tetap berkuli(ah), ayah dan ibu tetap bekerja seperti biasanya. Jangan takut untuk membeli produk china, atau berhubungan dengan orang-orang luar. Hentikan kepanikan dengan tidak membagi konten foto-video para penderita corona ataupun konten yang belum bisa terverifikasi kebenarannya.
Penutup, dari meja penulis menyampaikan "Sabbe satta bhavantu sukhitatta, semoga semua makluk berbahagia.!"
Gading S,
030320
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H