Pengertian dan Indikasi Motivasi Berprestasi
Dalam psikologi pendidikan, jenis motivasi yang paling sentral, dan yang telah mendapatkan perhatian paling teoritis dan empiris, adalah motivasi kompetensi,  sering diberi label motivasi berprestasi (Salkind, 2008: 688). Konsep tentang motivasi berprestasi menjadi terkenal stelah McClelland mengemukakan hasil pemikirannya tentang kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement), yang sering disingkat dengan n-Ach.  Kebutuhan untuk berprestasi,  menurut McClelland, adalah suatu daya dalam mental manusia untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik, lebih cepat, lebih efektif, dan lebih efisien dari pada yang dilaksanakan sebelumnya  (Sabur, 2003: 185).
Sementara itu, Heckhausen menyatakan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa yang selalu berusaha dan berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan (Djaali, 2008: 103). Â
Standar keunggulan tersebut menurut Heckhausen (dalam Djaali, 2008: 103) terdiri atas tiga komponen, yaitu standar keunggtulan tugas, standar keunggulan diri, dan standar keunggulan siswa lain. Standar keunggulan tugas merupakan standar yang berhubungan dengan pencapaian tugas sebaik-baiknya. Standar keunggulan diri merupakan standar yang berhubungan dengan pencapaian prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi yang pernah dicapai sebelumnya. Standar keunggulan siswa lain adalah standar keunggulan yang berhubungan dengan dengan pencapaian prestasi yang lebih tinggi dengan prestasi yang dicapai oleh siswa-siswa lainnya.
Motivasi berprestasi, menurut Dave dan Anand (dalam Singh, 2011: 165), adalah sebagai suatu usaha  untuk  mencapai  hasil  yang  sebaik-baiknya  dengan  berpedoman  pada  suatu  standar keunggulan tertentu (standards of exellence). Sedangkan Slavin (2009: 118), mendefinisikan motivasi berprestasi atau motivasi pencapaian sebagai keinginan untuk mengalami keberhasilan dan berpartisipasi ke dalam kegiatan di mana keberhasilan bergantung pada upaya dan kemampuan pribadi.Â
Setelah membahas beberapa definisi motivasi dari beberapa ahli, Komarudin (2013: 25) kemudian menyatakan bahwa  motivasi berprestasi pada hakikatnya merupakan keinginan, hasrat, kemauan, dan pendorong untuk dapat  unggul yaitu mengungguli prestasi yang pernah dicapainya sendiri atau prestasi yang dicapai orang lain.  Dalam hubungannya dengan olahraga, Komarudin (2013: 25) menjelaskan bahwa motivasi berprestasi memberikan kesempatan kepada atlet untuk mencapai sesuatu dengan sempurna, meningkatkan kebugaran pada tingkatan tertinggi, dan berlatih secara maksimal.
Berdasarkan pendapat dari para ahli sebagaimana diuraikan di atas selanjutnya dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah dorongan atau keinginan dalam diri seseorang untuk mendapatkan hasil yang tinggi, Â lebih tinggi dari yang sudah dicapainya dan juga lebih tinggi dari yang dicapai oleh orang lain. Upaya pencapaian hasil yang tinggi tersebut dilakukan dengan tindakan yang terencana, efisien, dan bertujuan.
Ada beberapa pendapat dan hasil penelitian yang menggambarkan karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi.  Berikut dikemukakan beberapa diantaranya. Friedman dan Schustack (2008: 320) menyatakan bahwa seseorang dengan kebutuhan akan pencapaian yang tinggi cenderung tekun, bahkan terdorong untuk memenuhi tugas yang masyarakat tetapkan untuk dirinya, mereka mungkin memperoleh sederet gelar kesarjanaan  atau penghargaan,  mereka cenderung berada di posisi puncak dalam bisnis, terutama jika kuantitas lebih lebih dari pada kualitas, atau jika ketakutan atau ketekunan menghasilkan kemenangan. Slavin (2009: 118) menegaskan bahwa peserta didik yang termotivasi pencapaian ingin dan berharap untuk berhasil; ketika mereka gagal, mereka melipat gandakan upayanya hingga mereka benar-benar berhasil.
Hasil penelitian Murray dan koleganya  (dalam Mariyanti dan Meinawati, 2007: 1) tentang individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi dideskripsikan sebagai berikut:
- memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi;
- memiliki program kerja berdasarkan rencana dan tujuan yang realistik serta berjuang untuk merealisasikannya;
- memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan berani mengambil risiko yang dihadapinya;
- melakukan pekerjaan yang berarti dan menyelesaikannya dengan hasil yang memuaskan;
- mempunyai keinginan menjadi orang terkemuka yang menguasai bidang tertentu.
Komponen Motivasi Berprestasi Menurut Tripartite Model of Motivation for Achievement
Menurut Klose (2008: 13),  motivasi berprestasi,  khususnya pada peserta  didik, terdiri dari komponen-komponen:  social  comparison;   ability  and  effort;  reward salience; dan  task preference. Dengan  perbandingan sosial (social comparison), orientasi motivasi yang  positif akan diwakili oleh keyakinan bahwa perkembangan pribadi dan penguasaan terhadap suatu tugas atau pekerjaan lebih penting daripada membandingkan kinerja seseorang kepada orang lain. Kemampuan dan usaha berhubungan erat. Prestasi dapat dicapai jika ada usaha untuk mencapainya dan usaha tersebut harus didukung oleh adanya kemampuan. Arti penting suatu hadiah (reward salience) adalah orientasi prestasi yang mencerminkan keyakinan siswa tentang perhargaan dari kelas dan sekolahnya.