Pariwisata menjadi pembahasan yang menarik diseluruh kalangan dari anak-anak hingga orang tua. Kegiatan yang menyenangkan ini selalu dicari oleh masyarakat untuk melepaskan penat dari kesibukannya. Lokasi-lokasi wisata yang memiliki keunikan dan kenyamanan tentu akan dipilih oleh masyarakat dalam menghabiskan waktu liburannya. Di Indonesia sendiri banyak lokasi wisata yang menarik untuk dikunjungi karena memiliki ciri khas yang berbeda pada setiap lokasi wisata. Seluruh lokasi wisata menonjolkan suatu ciri khasnya sebagai potensi karena keunikan yang hanya didapat pada lokasi tersebut. Kampung Ketela menjadi salah satu kawasan yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata. Masyarakat kampung ketela ini mengolah ketela pohon menjadi berbagai jenis makanan. Hasil olahan produk dari bahan baku ketela ini menjadi keunikan yang dapat ditonjolkan sebagai potensi kawasan. Selain itu, lokasi kawasan wisata yang mana masih menyuguhkan pemandangan asri dan sejuk karena berada di kawasan pedesaan menjadi daya tarik. Adanya kondisi ini, Kampung Ketela dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata dengan menunjukan berbagai potensi lokal yang dimilikinya.
Namun dibalik potensi yang ada pada kawasan ini, bebeberapa masalah terkait dengan kegiatan produksi dan distribusi hasil olahan ketela yang menjadi ciri khas kampung ini menjadi kendala. Masih sempitnya jangkauan pemasaran, tidak adanya wadah pemasaran, dan belum terpenuhinya bahan baku produk olahan menjadi masalah utama. Masalah tersebut akan mempengaruhi kegiatan produksi dimana jumlah produksi lebih sedikit. Tidak hanya itu, jangkauan pemasaran yang sempit juga mempengaruhi dari branding produk. Aspek lain yang menjadi masalah pada kawasan ini adalah bencana rawan kekeringan yang akan menyebakan lahan pertanian menjadi kering saat musim kemarau. Kesan pedesaan yang asri akan berkurang saat fenomena tersebut terjadi. Adanya kondisi ini perlu diatasi untuk mengembangkan Kampung Ketela menjadi kawasan wisata karena potensinya yang dapat dikembangkan. Bahkan masyarakat kampung ini pun memberikan respon positif dalam pengembangan wisata yang akan dilakukan. Pemberdayaan masyarakat telah dilakukan pada proses produksi hasil olahan ketela. Adanya dampak positif yang akan dirasakan masyarakat membuat warga antusias.
Mahasiswa KKN UNDIP dibantu oleh seluruh pihak pemerintah desa dan warga setempat dalam melakukanan penggalian informasi untuk melihat gambaran wilayah secara lebih dalam ternyata membuahkan hasil. Identifikasi potensi dan masalah yang telah dilakukan menghasilkan suatu rancangan kawasan deng konsep Nature Based Tourism yang mengangkat tiga aspek utama yaitu alam, ekonomi, dan sosial. Konsep ini dinilai dapat digunakan dalam mengembangkan kawasan wisata yang berkelanjutan dengan pemanfaatan potensi yang ada dan menyelesaikan permasalahan. Objek wisata spot foto sawah, kawasan camping, panggung budaya, caf sawah, serta showroom dan gang UMKM merupakan ragam atraksi wisata yang akan ditawarkan pada kawasan ini.
Peletakan objek-objek wisata ini berdasarkan pada potensi dan ketersediaan lahan yang ada. Seluruh objek akan mengangkat keunikan kampung ini yaitu berupa olahan singkong. Wisata kuliner mendominasi pada kawasan ini namun dikemas dengan berbagai macam atraksi sehigga akan menarik wisatawan datang berkunjung. Tidak hanya itu, mahasiswa KKN UNDIP juga melakukan desain 3D untuk memberikan gambaran mengenai bentuk bangunan dari setiap atraksi wisata yang akan dikembangkan
Glamping merupakan kepanjangan dari "glamour" dan "camping" yang saat ini menjadi salah satu pilihan penginapan wisata dengan menghadirkan keindahan serta esensi alam dengan gaya modern dari camping, berada di ujung desa dengan keindahan hutan yang ada glamping memiliki konsep desain mengadaptasi gaya penginapan jepang hadir dengan jacuzzi (kolam) yang ada di dalam penginapan. membuat Glamping yang memberi orang kesempatan untuk merasakan alam lebih dekat.Panggung budaya mencadi ciri khas atau pusat dari wisata nantinya yang ada di kampung ketela, berada di tengah perkampungan panggung budaya di desain dengan konsep wayang sebagai backdrop dari panggung sendiri dan dua gapura pada kerajaan menjadi penanda selamat datang bagi wisatawan yang akan menikmati penampilan. Tetap menggunakan warn coklat bata sebagai ciri khas serta warna coklat yang memiliki filosofi perasaan menyeluruh, ketertiban, dan tetap membumi. Sederhana, kuat, tahan lama dan sederhana.
Panggung budaya mencadi ciri khas atau pusat dari wisata nantinya yang ada di kampung ketela, berada di tengah perkampungan panggung budaya di desain dengan konsep wayang sebagai backdrop dari panggung sendiri dan dua gapura pada kerajaan menjadi penanda selamat datang bagi wisatawan yang akan menikmati penampilan. Tetap menggunakan warn coklat bata sebagai ciri khas serta warna coklat yang memiliki filosofi perasaan menyeluruh, ketertiban, dan tetap membumi. Sederhana, kuat, tahan lama dan sederhana.
Showroom UMKM akan menjadi tempat oleh-oleh serta produk hasil karya dari masyarakat kampung ketela sendiri nantinya berada di depan glamping menerapan konsep minimalis efficient dengan shelf pada sisi depan dan kanan sebagai tempat display produk yang akan di pasarkan dengan menampilkan warna coklat perpaduan dari kayu jati. Hasil desain yang telah dirancang oleh mahasiswa KKN UNDIP ini diharapkan mampu mendukung pengembangan wisata di Kampung Ketela Dusun Noja-Mangunrejo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H