Mohon tunggu...
Kunti Masrukhati
Kunti Masrukhati Mohon Tunggu... Guru - Guru PAUD Sarinah Sidoarjo

Hal selamat datang di blog saya, dan tulisan ini adalah murni dari karya saya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Neurosains sebagai landasan pembelajaran Holistik untuk anak Usia Dini

11 Desember 2024   19:05 Diperbarui: 11 Desember 2024   19:05 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2 anak sedeang menggambar sumber gambar: (Istock)

Neurosains, ilmu yang mempelajari otak dan sistem saraf, telah menjadi salah satu bidang yang semakin relevan dalam dunia pendidikan. Kemajuan penelitian dalam neurosains memberikan wawasan mendalam tentang cara otak anak berkembang, memproses informasi, dan membangun koneksi antara pengalaman belajar dan perkembangan sosial-emosional. Dalam konteks pendidikan anak usia dini, neurosains menawarkan landasan ilmiah untuk pendekatan pembelajaran holistik yang memadukan aspek kognitif, emosional, sosial, dan fisik dalam mendukung perkembangan anak secara menyeluruh.

Pentingnya Pendekatan Holistika

Pembelajaran holistik menempatkan anak sebagai pusat dari proses pendidikan, dengan mengintegrasikan semua dimensi perkembangan. Pendekatan ini mengakui bahwa anak bukan hanya pembelajar kognitif, tetapi juga makhluk emosional dan sosial yang membutuhkan lingkungan yang mendukung untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Berdasarkan penelitian neurosains, perkembangan otak anak usia dini sangat dipengaruhi oleh interaksi lingkungan, hubungan sosial, dan pengalaman belajar. Oleh karena itu, pembelajaran holistik berupaya menciptakan pengalaman yang bermakna dan relevan, yang tidak hanya merangsang kemampuan intelektual tetapi juga memperkuat keseimbangan emosional dan keterampilan sosial anak.

Neurosains dan Perkembangan Otak Anak Usia Dini

Pada tahun-tahun pertama kehidupan, otak anak mengalami perkembangan yang sangat pesat. Penelitian menunjukkan bahwa 90% perkembangan otak terjadi sebelum usia lima tahun. Dalam periode ini, sinapsis otak terbentuk dengan cepat, dan koneksi antar-neuron diperkuat melalui pengalaman dan stimulasi. Konsep "neuroplastisitas" atau kemampuan otak untuk berubah dan beradaptasi adalah kunci dari pendekatan holistik. Anak usia dini membutuhkan rangsangan yang bervariasi dan lingkungan yang aman untuk mengoptimalkan proses ini. Faktor-faktor seperti kualitas hubungan dengan orang dewasa, pola asuh, dan pengalaman bermain berperan besar dalam perkembangan otak. Misalnya, hubungan yang hangat dan responsif dengan pendidik atau orang tua dapat merangsang pelepasan hormon oksitosin, yang memperkuat rasa aman dan meningkatkan kemampuan belajar anak. Sebaliknya, stres kronis dapat menghambat perkembangan otak dengan memengaruhi fungsi area seperti hippocampus, yang penting untuk memori dan pembelajaran.

Implementasi Pembelajaran Holistik Berbasis Neurosains

Untuk menerapkan pembelajaran holistik yang berbasis neurosains, beberapa strategi dapat digunakan dalam pendidikan anak usia dini:

  • Pembelajaran Berbasis Bermain: Bermain adalah aktivitas alami bagi anak yang mendukung perkembangan kognitif, sosial, dan emosional. Bermain bebas maupun terstruktur memberikan kesempatan bagi anak untuk mengeksplorasi, berkreasi, dan belajar dari pengalaman nyata.
  • Lingkungan yang Stimulatif: Lingkungan belajar yang kaya dengan rangsangan visual, auditori, dan kinestetik dapat merangsang perkembangan otak. Misalnya, penyediaan alat musik, bahan seni, dan buku cerita yang menarik dapat membantu membangun koneksi saraf yang penting.
  • Pengembangan Keterampilan Sosial-Emosional: Anak usia dini perlu diajarkan keterampilan seperti empati, kerja sama, dan regulasi emosi. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan kelompok, diskusi cerita, atau permainan peran.
  • Pola Asuh yang Mendukung: Orang tua dan pendidik perlu memberikan dukungan emosional, membangun kepercayaan diri anak, dan menciptakan lingkungan yang aman secara emosional. Neurosains menunjukkan bahwa hubungan yang positif dapat memperkuat jalur saraf yang terkait dengan pembelajaran.
  • Pendekatan Multisensori: Pembelajaran yang melibatkan berbagai indera dapat meningkatkan retensi dan pemahaman anak. Misalnya, mempelajari angka melalui lagu atau mengenal huruf dengan menggunakan benda bertekstur.

Tantangan dan peluang

Meskipun manfaatnya jelas, penerapan pendekatan holistik berbasis neurosains tidak lepas dari tantangan. Salah satunya adalah kurangnya pemahaman pendidik tentang prinsip-prinsip neurosains. Pelatihan dan edukasi bagi pendidik menjadi sangat penting untuk menjembatani kesenjangan ini. Selain itu, faktor seperti keterbatasan sumber daya dan tekanan kurikulum yang berorientasi pada hasil akademik dapat menjadi hambatan. Namun, dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya pendidikan holistik, ada peluang besar untuk mengintegrasikan neurosains dalam praktik pendidikan. Pendekatan ini tidak hanya mendukung perkembangan anak usia dini, tetapi juga berkontribusi pada pembentukan individu yang sehat secara emosional dan cerdas secara sosial.

Sebagai penutup dari tulisan ini Neurosains memberikan dasar ilmiah yang kuat untuk mendukung pembelajaran holistik pada anak usia dini. Dengan memahami bagaimana otak anak berkembang, pendidik dan orang tua dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak secara menyeluruh. Pendekatan holistik ini tidak hanya membangun fondasi untuk keberhasilan akademik, tetapi juga membantu anak menjadi individu yang seimbang, percaya diri, dan siap menghadapi tantangan kehidupan. Integrasi neurosains dalam pendidikan anak usia dini adalah investasi jangka panjang untuk menciptakan generasi yang lebih baik di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun