Mohon tunggu...
Kunthi Damayanti
Kunthi Damayanti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

menjadikan kata dan rangkaiannya sebagai kesenangan...

Selanjutnya

Tutup

Nature

Setangkai Krisan Harapan di Wonokerso

14 Juni 2013   07:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:03 905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setangkai bunga berbicara lebih banyak daripada seribu kata. Tak heran jika bunga sering diidentikan dengan makna tertentu. Bunga krisan, salah satunya, sebagai lambang keceriaan dan keberuntungan. Tak heran jika si cantik berwarna-warni ini banyak diburu masyarakat untuk berbagai perayaan.

Sayangnya, pasokan bunga krisan di Yogyakarta masih sangat kurang dibanding angka permintaanya. Pemerintah pun berupaya menyediakan sarana budidaya krisan, salah satunya di desa Wonokerso, Hargobinangun, Pakem, Kaliurang.


Lihat Peta Wonokerso di Google Maps


Budidaya krisan di Wonokerso mulai digalakkan pasca letusan Merapi tahun 2010 silam. Erupsi membawa keuntungan tersendiri bagi warga di lereng Merapi, yaitu lahan yang subur dan bernutrisi untuk ditanami.

Lahan-lahan yang dimanfaatkan sebagai tempat budidaya krisan merupakan tanah milik pemerintah. Langkah ini ditempuh pemerintah sebagai solusi untuk memanfaatkan lahan marjinal, sekaligus meningkatkan taraf ekonomi masyarakat desa.

“Saat itu orang dari Dinas Pertanian datang ke sini, lalu memberi penyuluhan tentang program pengembangan krisan. Mulai saat itulah saya menanam krisan. Budidaya krisan juga untuk memanfaatkan lahan. Dulu ada lahan-lahan yang tidak terawat, hanya ditumbuhi rumput kaliandra. Secara ekonomis kan lebih menguntungkan jika ditanami krisan,” ujar Sulistyo, salah satu petani krisan di Wonokerso.

Warga Wonokerso membudidayakan bunga krisan berbagai warna, seperti kuning, ungu, jingga, merah, dan hijau. Bunga krisan dibudidayakan dalam greenhouse, yaitu sebuah bangunan sederhana dengan atap lembaran plastik dan dinding kawat halus. Tujuannya adalah untuk melindungi bunga krisan dari hujan dan angin yang dapat merusak bunga yang sudah mekar. Greenhouse pun diberi lampu yang memadai karena bibit krisan hanya bisa bertumbuh baik jika mendapat pencahayaan yang cukup.


[caption id="attachment_248790" align="aligncenter" width="1024" caption="Greenhouse tempat menanam krisan"][/caption]


[caption id="attachment_248791" align="aligncenter" width="300" caption="Bagian depan greenhouse"]

13711682361428946884
13711682361428946884
[/caption]

[caption id="attachment_248792" align="aligncenter" width="300" caption="Krisan di dalam greenhouse"]

13711683352085029534
13711683352085029534
[/caption]


Budidaya krisan pun terbilang mudah. Dalam waktu tiga bulan saja para petani sudah bisa menikmati hasil panen bunga krisan. “Tantangannya adalah organisme pengganggu tanaman yang biasa menyerang saat krisan mulai berbunga. Tapi asal petaninya telaten, masalah itu bisa diatasi,” tambah Sulistyo.


[caption id="attachment_248793" align="aligncenter" width="300" caption="Krisan ungu"]

13711685001538930752
13711685001538930752
[/caption]

Tangan petani yang telaten dan teliti menjadi syarat mutlak keberhasilan panen krisan. Jika lengah, maka bunga yang mekar akan digerogoti hama, seperti kutu tanaman, sehingga menjadi rusak kehitaman dan tidak laku dijual. Hal itu juga yang menyebabkan petani harus menggunakan banyak pestisida untuk tanaman krisan mereka. “Jadi krisan di sini tidak bisa dijadikan minuman, mbak. Banyak racunnya,” kelakar Sulistyo sambil tertawa kecil.

“Menanam krisan memang susah-susah gampang. Tapi jika panen berhasil, anggaplah 80% jadi, saya bisa memanen sekitar 8.000 tangkai krisan. Itu sama dengan 800 ikat bunga krisan potong. Jika harga sedang bagus, saya bisa menjualnya seharga Rp 10.000 per ikat, sehingga omzet sekali panen sekitar Rp 8 juta. Namun jika hasil panen sedang buruk, setidaknya saya masih bisa membeli bibt dan pupuk untuk menanam kembali,” jelas Sulistyo lagi. Ayah dua putra ini pun telah mengatur pola penanaman di lahan miliknya sehingga bisa panen setiap bulan.

“Saya senang menanam krisan. Pertama karena bunga itu menarik, semua orang suka bunga. Kedua, hasilnya sangat lumayan karena permintaan bunga potong di Yogyakarta masih sangat banyak, jadi prospek ke depan masih sangat baik. Saya berencana akan terus menanam krisan,” tutup Sulistyo.

Lihat juga: Asosiasi petani krisan Wonokerso

http://www.youtube.com/watch?v=UfcWp61QZxg&feature=youtu.be

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun