Mohon tunggu...
kuninggg
kuninggg Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

be yourself

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ayo Bangkit

2 Juli 2024   09:41 Diperbarui: 2 Juli 2024   09:48 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

            Kehidupan yang kita punya sekarang ini adalah anugerah dari Tuhan yang sangat berharga. Mengapa dikatakan berharga? Karena kehidupan di dunia adalah sesuatu yang jangka waktunya tidak lama tetapi bermakna. Hidup bukan hanya sekedar makan dan tidur, tetapi lebih dari pada itu. 

Namun, apakah makna kehidupan di dalam pikiran semua orang sama adalah hal yang tidak dapat dijamin. Mengingat pemikiran dua orang saja sudah sangat berbeda. Masing- masing manusia melihat kehidupan dari sudut pandang kehidupan yang sedang dijalaninya. Kita tidak bisa menghakimi hidup orang lain untuk menjadi seperti apa. Namun, satu yang pasti adalah selalu berbuat baik kepada orang-orang disekitarmu, terutama diri sendiri dan keluarga.

            Saat saya masih kecil, saya melihat kehidupan itu berjalan monoton. Hanya bermain, sekolah, pulang, dan seperti itu terus. Namun, menginjak dewasa, saya melihat dunia yang berbeda. Dari situ, saya mencoba melihat makna kehidupan dari sudut pandang orang-orang di sekitar saya. 

Saya melihat ada anak kecil berjualan di pinggir jalan. Ternyata kehidupan masa kecilnya saja sudah berbeda dengan ku. Saya mencoba melihat makna kehidupan dari sudut pandang anak tersebut. Ternyata begitu keras. Akan tetapi, mengapa dia masih bisa tersenyum? Hal tersebut dikarenakan cara pandang kita yang berbeda mengenai makna kehidupan. 

Terkadang saya merasa malu pada mereka yang berjuang hanya demi sesuap nasi, sedangkan saya terbebani akan bayangan masa depan. Merasa takut mengenai hal-hal kecil yang seharusnya tidak perlu dipikirkan. Saya hanya merasa mungkin dalam menjalani kehidupan ini saya kurang bersyukur dan selalu menyalahkan diri sendiri. 

Padahal, yang seharusnya saya lakukan adalah BANGKIT. Jatuh itu biasa, namun bangkit adalah suatu keharusan yang harus ditanamkan pada diri sendiri. Karena dengan kemauan kita untuk bangkit akan menumbukan semangat yang berkali-kali lipat dari sebelumnya.

            Bangkit adalah salah satu cara yang seharusnya diterapkan bagi generasi muda yang sedang mengalami keterpurukan. Bagaimana caranya? Bangkit itu datang dari setiap diri manusia sendiri. Orang lain bisa menumbukan motivasi kepada kita, namun tidak bisa menggugah kita untuk melakukannya.

Untuk itu, diperlukan sebuah renungan kepada diri sendiri  mengenai apa sih makna kehidupan itu. Jika anak kecil yang sedang berjualan saja terlihat bersemangat, remaja-remaja  yang rela mengorbankan masa mudanya dengan banting tulang untuk menghidupi keluarganya, atau nenek- nenek dan kakek- kakek yang berdagang di pinggir jalan yang seharusnya mereka hanya duduk di rumah menikmati masa tua mereka, akan tetapi mereka semua melakukannya dengan baik. 

Saya tidak melihat gurat kekecewaan mereka dalam menjalani kehidupan. Apa pandangan mereka mengenai kehidupan? Apakah keras ataukah capek atau mungkin indah? Dari banyaknya perenungan yang saya lakukan, saya mencoba untuk bangkit. Tidak ada yang salah dari yang namanya mencoba. Istirahatlah jika memang sudah capek, karena dalam menjalani kehidupan kita butuh istirahat. Dekatkan diri dengan Sang Pencipta. 

Berdamai dengan diri sendiri. Dan ingat selalu dengan keluarga yang menanti di rumah menunggu anaknya sukses. Jika kalian merasa tidak mempunyai motivasi di dunia ini, percayalah keluarga adalah motivasi terbesar kalian. Ingat wajah bapak dan ibu kalian yang menunggu kalian pulang kerumah. Hal itu saja sebenarnya sudah cukup membuat kita sadar agar segera bangkit.

            Masalah adalah suatu hal yang tidak dapat kita hindari di dunia ini. It's okey. Semua orang punya masalah. Yang membedakan hanya lah ada yang suka berbagi masalahnya namun ada juga yang lebih suka menyimpannya sendiri, mengingat manusia memiliki karakter yang berbeda satu sama lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun